04 Obrolan Dua Pria Dewasa

14.5K 621 8
                                    

Jalanan Jogja masih ramai meski sudah malam. Perjalanan kembali ke hotel sedikit memutar karena melewati jalan yang searah. Lampu kota menerangi tepian jalan, beberapa ornamen khas Jogja menghiasi di trotoar. Jogja nampak cantik meski di malam hari. Di tepi jalan banyak angkringan dan kedai makanan berderet yang ramai.

"Mah, Salma cantik ya?" David membuka obrolan dalam perjalanan ke hotel.

"Iya, pinter lagi. Sebagai cewek tu kek apa ya, punya sikap gitu lho, Pah. Itu menurut mamah lho ya," Maya menanggapi, memancing tanggapan anak lelakinya. Namun Rony hanya bungkam. Pikirannya kacau gara-gara syarat Salma yang aneh baginya.

"Iya, Anang sesayang itu sama anaknya,"

"Lha anak satu-satunya, papah juga bakal gitu sama anak-anak papah,"

"Nabila nggak mau dijodohin!" cletuk Nabila yang duduk di antara mereka.

"Hem, yang udah punya Paul," ejek mamahnya.

"Ya kalau enggak pun, tetep Nabila nggak mau, Mah!"

"Doain papah sehat ya, Nak," pinta David ke putrinya, "Papah juga sebenernya nggak mau kalau papah harus memaksakan soalan cinta ke anak-anak papah, itu hak kalian," ungkap David yang berat melihat beban perjodohan ini di pundak Rony. Nabila memeluk papahnya. Sedang hati Rony dibikin tak karuan. Sehat terus pah...

"Ya, tapi kalau Salma yang jadi jodohnya berat juga ya buat ditolak," Maya sekarang yang berseloroh, dibalas tawa mereka. Kecuali Rony, dia tau arah obrolannya mukanya ditekuk sepanjang jalan. Hatinya kacau. Bolak balik dia menyalakan hp, menggulirkan, membuka aplikasi, lalu menutupnya, lalu menyalakan kembali.

Sampai di hotel Nabila membuat drama. Dia meminta sekamar dengan mamah papahnya. Tentu saja, dia menghindari kakaknya. Sejak salah omong tadi, Rony jadi dingin padanya. Dia bisa jadi bulan-bulanan kekesalan Rony di kamar twin bed mereka. Akhirnya Nabila tidur dengan mamahnya, sementara papahnya yang mengalah tidur dengan Rony.

Di kamar bersama Rony, David langsung bebersih dan berganti pakaian, dia tidak mandi, karena usia dan rentan masuk angin. Sementara Rony melarikan diri dari kenyataan ke game di hp-nya. Dia lelah, pikirannya kacau sedang hatinya galau. Game hanya pelarian saja. Dia sudah mandi, saat Nabila drama dengan kamarnya. Dia masih marah dengan Nabila yang menambah kekacauan pikirnya.

Selesai mandi ayahnya membuat kopi dengan water heater yang disediakan di pantry kecil kamar mereka. Rony menuju balkon, David tau, merokok. Setelah air mendidih, David membuat dua gelas kopi, ya dia membuatkan kopi untuk anak lelakinya. Dia ikut duduk di balkon. Rony meliriknya. David menyerahkan kopi ke anaknya.

"Jogja cantik ya Ron," tanya David ke anaknya, menunjukkan lampu-lampu yang berkedip membuat gradasi sampai ke kaki langit.

"Ga tau dimana indahnya, Pah. Baru sehari kesini, langsung aneh pengalamannya,"

"Kamu nggak inget ya, dulu kita kan tinggal di Jogja, Ron. Bahkan, papah ketemu mamah juga di Jogja,"

"Lupa," Rony sedikit ketus, dia masih suntuk dengan nasibnya.

"Ya, orang dulu Kamu masih bayi. Bikin Kamu di Jogja juga, makanya ini kota yang berkesan banget buat papah,"

"Eits, kayaknya Papah nggak pernah cerita soal ini," Rony mulai tertarik dengan cerita papahnya lalu meletakkan hp-nya.

"Dulu itu papah temenan sama om Anang, kami memulai usaha bareng, Om Anang dulunya temen nongkrong, trus bikin usaha bareng, eh malah keterusan. Awal dulu mulai dari jualan clothing, kaos-kaos gt, dari event ke event, trus bisa bikin toko, berkembang deh,"

"Mamah dulu gimana ketemu Papah?" tanya Rony, cerita itu mungkin yang ia butuhkan sekarang.

"Mamah tu bestie-nya tante Lia, Kamu kenal kan? Tante Lia itu sepupunya om Anang, gitu... dulu keluarga mamah mu itu menentang hubungan kami," cerita David.

Katakan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang