"Risa?" tanya Salma bingung.
"Si anak manager cafe tadi," Rony lupa dia belum memberi tahu Salma.
"Owh, bohong si kalau gue nggak kesel. Lo-nya aja yang nggak peka, peluk sana peluk sini,"
"Emang Lu kagak?"
"Gue cuma peluk Bang Andy,"
"Gue aja belum pernah dipeluk. Oh ya lupa, kudu spesial," Rony sedikit mengejek.
"Nggak biasa si gue peluk-peluk, tadi sekangen itu sama Mas Andy. Gue respect banget sama dia,"
"Gue si enek banget tadi liat Lo pelukan,"
"Lo nggak ngaca? bangsat!"
"Iya, itu yang gue tanyain tadi, Lo ngrasa enek juga nggak?"
"Gue sebenernya bingung, sama kayak Lo bilang tadi. Cuma gue lambat mencerna, gua mesti kesel nggak si? Gue berhak kesel nggak si? Terus gue pikir itu biasa di Jakarta, beda sama Jogja, jadi gue mesti paham. Lagi pula gue belum tau siapa cewek-cewek itu, jadi kek yang gue pengen ngerti dulu. Nggak pengen langsung marah-marah. Cuma pas denger cerita Novia, sebenernya gue bener-bener kesel sih,"
"Kenapa keselnya? Lo nggak pengen ngerti gitu siapa mereka, atau dengerin cerita versi gue?"
"Gue kesel, bokap gue si paling kenal anak sahabatnya, terus seenak udelnya jodohin gue sama cowok yang ternyata buaya, suka marah-marah lagi, kan tai!"
"Si anjing ngatain gue buaya, Lo sama kayak bokap lo, si paling ngerti!"
"Iya, tapi kalau gue nunggu waktu, ngobrol dulu sama Lu, nggak pake marah-marah. Kalau gue langsung nuduh Lo, udah balik dari tadi gua,"
Lagi-lagi Rony merasa bersalah, sikap Salma sudah cukup bijak tadi, malah dia yang kalap.
"Gue nggak pernah komitmen serius sama cewek sebelumnya, terakhir gue pacaran SMA, cinta monyet. Pas kuliah, gue asik main musik dan membangun studio," Rony mengaku.
"Tu kan buaya! Ngibul Lo, kalau Lo nggak ada cewek gimana ada nama-nama tadi yang Lo sebutin. Itu baru 3 yang Lo sebutin, gue si yakin ada banyak selain itu,"
"Gue kan bilang, gada yang serius komitmen. Gue biasa aja sama semua cewek, kalau ada yang ngajak jalan ya hayok, tapi ya udah ga lebih," Rony menjedanya,"Gue males ribet,"
Salma membelalakan matanya, tanda tak percaya.
"Ya, mungkin karena gue biasa ngejabanin ajakan cewek-cewek ini jadi mereka merasa punya peluang yang sama buat jadi cewek gue,"
"Lu mainin mereka?"
"Ya, gue ga bermaksud gt,"
"Gak ada yang Lo tembak?" tandas Salma, Rony menggeleng, "Kalau yang nembak Lo?"
"Ada beberapa, ya gue tolak,"
"Anjir, definisi buaya sesungguhnya, mendingan playboy, bahkan Lo nggak mau berkomitmen,"
"Ya, karena gue tau, gue nggak bakal bisa nurutin seperti yang mereka mau,"
"Masa si nggak ada yang bikin Lo minimal jealous atau kebakaran jenggot gitu?"
"Ya kalau mereka jalan sama cowok lain, gue tinggal jalan sama yang lain, as simple as that,"
"Anjing, uwedan tenan rek! Bajingan Lu, jahat tau, ngasih harapan semu," cletuk Salma, Rony terkekeh melihat reaksi salma.
"Ya gue tulus temenan sama mereka, kalau jalan ya tulus gue jalan sama mereka. Yah, tapi belum ada yang bikin gue bergetar gitu,"
"Terserah Lu deh, Ron. Ngeri juga kalau mereka tau Lo dijodohin,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan [End]
FanfictionCerita mengenai perjodohan lelaki dan perempuan yang tidak mudah. Perjalananan panjang untuk bersatu bertemu cinta. Seperti layaknya perjalanan, dalam prosesnya bertemu jalan yang berlika liku juga tanjakan dan turunan. Sebuah perjalanan menelusuri...