16 Sebuah Awal

12.9K 615 10
                                    

"Caca, nanti kalau sekalian bareng Rony mau nggak?" tanya Maya setelah sarapan bersama.

"Kemana tante?" tanya Salma.

"Tante lupa, hari ini jadwalnya Rony check ke rumah sakit. Tante ada arisan pagi ini."

"Eh, nggak usah repot si tante, aku naik gojek aja," kilah Salma tidak mau merepotkan.

"Nggak usah, Rumah Sakitnya sejalan kok sama kampus yang kamu mau kunjungi. Eh, tapi itu kalau ga ganggu jadwalmu si,"

"Ngapain lagi si Mah mesti ke rumah sakit, kenapa ga di rumah aja?" tanya Rony enggan.

"Rony, kemarin kan perawatan ganti perban aja. Ini katanya biar diperiksa langsung sama Dokter yang Kamu kemarin,"

"Males banget, Mah,"

"Ron, biar cepet sembuh, nurut dong,"

"Aku males aja mesti pake sarung kemana-mana,"

"Coba pake celana yang longgar ya..."

"Ron, bagi lah nomor Bang Diman, nanti aku minta tolong dia aja?"

"Nggak! sama gue aja," Rony menepis malasnya, dari pada Diman, bangsat juga Lo Sa...

Jadilah mereka pergi bersama, Rony memakai celana yang longgar. Namun meringis berkali-kali karena kondisinya yang masih sensitif. Dia sudah menggunakan celana dalam khusus berbatok, tapi tetap saja hanya membantu sedikit. 

Karena jadwal Rony yang pagi, mereka pergi dulu ke rumah sakit baru setelahnya mereka akan mengunjungi kampus yang Salma tuju.

________

Di rumah sakit Salma ikut turun dan membantu Rony, mengurus administrasinya. Mereka berdua duduk di ruang tunggu untuk menunggu giliran.

"Ron, hubungan kita aneh banget nggak si?"

"Kenapa, Sa?"

"Ya, gue ngerasa aneh aja sama keinginan bokap gue. Dia ga mau gue punya suami yang bokap gue ga kenal. Tapi apa dia kepikiran gimana perasaan anaknya yang menjalani pernikahan sama orang yang nggak dikenal?"

Rony bingung menanggapinya, sejak obrolannya dengan papahnya, Rony lebih mengerti mengapa bokapnya menyetujui perjodohan ini. Mungkin Salma belum paham soalan ini. Tapi selain itu juga pandangan Rony terhadap Salma mulai berubah, beberapa waktu mengenal Salma, bagaimana personality-nya, sebenarnya banyak hal yang nyambung antara mereka. Salma cantik, baik, juga asik, Rony juga kehabisan alasan untuk menolaknya lagi.

"Ya udah kita kenalan dulu, gue Rony anaknya David dan Maya," ucap Rony sambil mengulurkan tangannya dan senyum tengil. Salma menerima uluran tangan itu juga... tersenyum kelu.

Tidak mendapat tanggapan yang diharapkan dari Rony, Salma melanjutkan pertanyaannya, "Gue sebenernya syok juga, ketika Lo mau disunat, mau menjalani proses yang ribet dan menyakitkan ini. Kenapa si Ron?"

"Kan gue udah jawab, nggak ada salahnya juga sunat, memang sudah seharusnya. Persyaratan dari Lo jadi triger aja. Cepat atau lambat juga kayaknya gue mesti menjalaninya, kan?" Rony menyembunyikan satu alasan lainnya, Salma.

"Jujur deh Ron, Lo terpaksa enggak?"

"Awalnya iya, males banget nurutin syarat aneh Lo. Tapi gatau kenapa sekarang enggak tuh," tumben Rony menjawab dengan santai.

Salma hanya membalas dengan senyum, meraih tangan Rony yang bikin Rony kagok. Jangan mendadak gitu dong Sa, kaget...

"Tangan Lo dingin banget, Ron? takut ya?"

"Ahm, AC Sa, dingin banget AC-nya," kilahnya. Tapi Salma tau Rony berpura.

"Makasih ya,"

"Untuk apa?"

Katakan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang