20 Save for the Worst

11.8K 615 6
                                    

Salma memilih tidak membuka matanya sama sekali selama perjalanan, hatinya letih. Kelap-kelip lampu jalanan kota Jakarta yang nampak cantik harus ia lewatkan malam ini. Mestinya ini menjadi moment yang indah, harapnya. 

Rony memilih untuk diam. Berulang kali dia mencuri menatap wajah Salma. Hatinya kacau. Dalam diamnya Rony mencoba melihat kembali apa yang sudah terjadi. Dia sadar dia sudah cemburu buta.

He admit it.

Tapi dia juga terlalu reaksioner karena memaksa Salma pulang. Rony menduga tadi Salma sudah berusaha untuk menjaga suasana, meski Rony tau hatinya juga kacau karena Bella dan cerita-cerita Novia. Atau sebenarnya Salma biasa saja dengan keberadaan perempuan-perempuan tadi?

Mungkin sebenarnya Rony kebingungan dengan perasaannya sendiri, mau marah mereka belum ada pernyataan perasaan dan hubungan apa-apa. Tapi hatinya begitu kelu, melihat Salma dengan Mas Andy-nya yang nggak tahu siapa. Mestinya dia sabar dulu tadi, nggak maksa pulang... Tapi api cemburunya yang membutakannya...

Apakah Rony memang pencemburu?

Apakah Salma nyaman jika ia cemburu?

Apakah Salma juga cemburu?

Jangan-jangan tingkah Salma sengaja membuatnya cemburu karena dia juga cemburu.

Ah, mungkin Salma memang biasa saja. Asumsimu saja berlebihan, Ron.

Harusnya gue sedikit bersabar, mungkin tadi masih bisa ngobrol dengan Salma, membicarakan semua ini. Ah, mungkin nanti di rumah.

Rony terus berdialog dengan dirinya sendiri. 

Rony mencoba bersabar sampai di rumah, untuk mengajak Salma ngobrol baik-baik. Mungkin saat ini Salma kelelahan dan ingin mengistirahatkan pikiran, Rony membatin saat melihat paras Salma yang masih menutup matanya. Air mata Salma yang berlinang tadi membuatnya nggak karuan. Hatinya gelisah, dia tidak dapat duduk tenang, berulang kali dibenarkan letak duduknya. Berulang kali pula dia hembuskan nafas panjang.

Sekitar 40 menit perjalanan mobil mereka sudah sampai di rumah Rony. Begitu mobil terparkir dan mesinnya mati Salma langsung turun dari mobil. Rupanya dia tidak tidur sama sekali.

Mbok Nah sudah membukakan pintu rumah saat mendengar suara mobil sampai. Salma langsung masuk ke dalam rumah, hanya memberikan senyuman ke Mbok Nah.

"Sa... tunggu Sa, bisa ngomong bentar nggak si?!" pinta Rony yang tidak digubris sama sekali oleh Salma. Rony kesulitan berjalan, tertatih. Efek obat penahan sakit sepertinya sudah mulai habis, membuatnya mulai tidak bisa menahan ngilu lagi.

"Anjing!" Rony memekik pelan.

Beruntungnya, orang tua Rony sudah masuk kamar, sehingga Salma tidak perlu berbasa-basi. Mesti ngomong apa nanti kalau ketemu Om David dan Tante Maya? Hal yang dipikirkan Salma selama di perjalanan. Salma langsung meringsek ke kamar tamu, kamarnya malam ini. Mengunci pintu lalu membenamkan tubuhnya ke tempat tidur. Dia menangis dalam hening.

Tok! Tok! Tok! Rony mengetuk kamar Salma, dengan jarinya yang ditekuk.

"Sa, bisa ngobrol bentar nggak?" panggil Rony di pintu kamar Salma yang dekat dengan ruang tamu.

"Sa, please..." lanjut Rony memohon pelan dia tidak mau diketahui orang tuanya.

Tok! Tok! Tok! ketukan di pintu kamar Salma terakhir tidak Rony lanjutkan, dia sudah tidak bisa berkata-kata.

Dan Salma tetap bergeming. Batu! Rony berlalu menuju kamarnya, dia sudah risih dengan celana dan ingin segera menggantinya dengan sarung.

__________

Katakan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang