B.A.N.G.S.A.T!
Harusnya gue lebih selow, mestinya masih ada kesempatan ngobrol lagi, Rony goblok!
Malam itu kepala Rony berpikir berlebihan, bagaimana kalau Salma sampai hati beneran menghentikan perjodohan ini? Disaat dia sedang sayang-sayangnya dengan Salma, Sayang? Bagaimana dengan kondisi om Anang? Bagaimana hubungan kedua keluarga? Bagaimana dengan perasaannya? Rony sudah tidak bisa menghubungi Salma lagi, nomornya di-block. Dia tidak mau mencoba berkirim pesan melalui sosmed, khawatir dia juga ngeblock dia di sosmed. Paling tidak dia masih bisa memantau Salma. Astaga kenapa rollercoaster banget...
Rony berpikiran, oke masih ada besok pagi, dia akan coba ngobrol dengan Salma besok pagi.
Tapi rupanya ide ketemu Salma esok harinya pupus juga. Dia bangun lebih siang, katanya Salma dan mamanya pergi ke rumah eyang mereka. Sesuatu telah terjadi. Rony kehilangan arah, dia menangis. Dia masih tidak menyangka, benarkah ini semua berakhir? bahkan mulai saja belum...
__________
Rony masih terbaring di kasurnya, meraih Hp.
Rony : Paul tolong lo handle urusan studio dulu ya, gue butuh waktu sendiri dulu. sorry and thanks.
Besoknya Maya masuk ke kamar Rony, anak lelakinya hanya berbaring. Dari sarapan pagi kemarin dia belum keluar dari kamarnya. Abangnya Nabila ini udah kayak kanebo basah, nglumbruk. Dia masih mengenakan pakaian yang sama ketika pulang dari Jogja. Maya melihat kekalutan anaknya. Maya beberapa kali membawakan makanan, namun tetap utuh. Hanya air minumnya yang berkurang.
"Ron," panggil Maya sambil menyentuh bahunya. "Makan dulu yuk? Dari kemarin pagi kan cuma makan sedikit," Bahkan yang sedikit itu juga tidak habis. Rony hanya beringsut. Lalu merem, lagi. Dia hanya mengadu pada bantal dan lari ke alam tidur, sedang tidak cukup kuat di alam nyata. Mamahnya duduk di tepi ranjang, mengamati dan memperhatikan anaknya beberapa saat.
"Sometimes we make mistakes, that's ok, Ron. Somehow, even God let it happen. Yang lebih penting adalah bagaimana merespon kesalahan itu kemudian. Apakah berdiam diri, atau mengupayakan yang lebih baik?"
Rony memindahkan kepalanya bersandar di pangkuan mamahnya. Dia memeluk erat, Maya memeluk balik anaknya. Rupanya sepatah itu hati Rony. Anaknya benar-benar telah jatuh cinta, dan sekarang jatuh dalam kekalutan.
"Mah," itu kata pertama yang terucap oleh Rony.
"Kalau kayak gini ngapain Rony mau sunat mah?"
"Tapi Rony juga tau, ini gara-gara kejadian sebelumnya, salahnya Rony juga, Mah," Rony meracau.
"Caca sedih ga ya mah?"
"Mah, Caca kayaknya lagi sedih banget ya?"
"Aku ngecewain mamah papah ya?"
"Om Anang baik-baik aja nggak ya?"
"Mah, aku harus gimana?"
"Aku pengen marah ke diri aku sendiri,"
Rony meracau. Banyak sekali yang sedang dipikirkan oleh Rony, tapi Maya tersenyum dengan racauan Rony, paling tidak Rony sudah mau bersuara.
Rony masih merutuki keputusannya untuk balik ke Jakarta, harusnya dia ke rumah nenek Salma saja. Menyusul sehingga ada kesempatan bicara, tapi sepertinya Salma sama sekali nggak mau ketemu Rony. Om Anang juga tidak memberi akses. Tidak ada yang bisa menjadi alasan lagi untuk Rony. Bagaimanapun kelakuannya itu salah. Kondisi emosi yang tidak stabil membuat Rony malah justru menyerang Salma dalam beberapa hal, kekanakan sekali.
Dia mungkin gelap mata karena kehadiran Dimas. Mestinya dia bisa lebih mengontrol emosinya.
"Rony, stay health itu salah satu cara yang bisa kamu buat sekarang, supaya bisa berjuang untuk Salma," kalimat Maya sedikit membuat Rony terhenti dari isaknya.
Rony memandang mamahnya sekarang.
"Ya kalau Kamu mau mengupayakan Salma, ya Kamu harus kuat. Ntar kalau Kamu mau nyamperin Salma, eh Kamunya letoy ya ilang kesempatannya, kan?"
"Emang bakal ada kesempatan itu?"
"Kita sama-sama nggak tau, ya kalau nggak si gapapa, kalau iya, mau gimana?"
"Mah, tapi ini sedih banget... nyesek banget," Rony menunjuk dadanya. Rony seperti anak kecil yang kehilangan barang kesukaannya.
"Iya, mamah mengerti. Beri waktu ke tubuhmu biar mengerti. Tapi jangan lama-lama. Ada mamah-papah-Nabila yang khawatir disini. Ada Paul, Novia, Neyl, dll. yang butuh arahan Kamu di studio. Mungkin juga ada kesempatan lagi ketemu Caca. You have to be strong,"
"Rony bener-bener merasa menjadi orang tergoblok di dunia,"
"Satu si pertanyaan mamah ke Kamu, sebenarnya bagaimana perasaanmu ke Salma? Dan kalian sudah sejauh mana?"
"Mamah kepo...."
"Ye, mau dibantuin juga,"
"Rony sayang Caca mah, kalau nggak sayang kenapa Rony bela-belain ke Jogja?" Rony mulai mengakui perasaannya.
"Ada dua perkara si Ron. Melakukan sesuatu untuk orang bisa jadi karena transaksional. Misal ada syarat dan kamu melakukannya. Atau karena pekerjaan dan Kamu di gaji. Yang kedua karena ada dorongan yang kuat, ga peduli bagaimanapun respon orang itu, bahkan pun gak dapat apa-apa dari orang itu. Kamu yang mana?"
"Yang kedua,"
"Paham resikonya jika melakukan yang kedua?"
"Ga dianggap, terus kecewa,"
"Kalau udah tau gitu, kamu pilih yang pertama?"
"Ke Caca? Maunya tetep yang kedua Mah. Sesayang itu aku sama Caca, Mah," seperti pohon Rony mengingat ungkapan Salma yang bilang suka pohon.
"Kalau Caca lebih suka nggak sama Kamu?"
"Berat banget si Mah, apa nggak ada kesempatan lagi? Tapi kayaknya emang susah, aku sebrengsek itu," Rony bertanya dan menjawab sendiri pertanyaannya.
"Ron, ada yang namanya unconditionally love. Kamu tetap sayang, seberat apapun pengorbanannya, ikhlas..." iya mah, kek pohon.... batin Rony lagi.
"Emang ada? bisa gitu ya? Rony rasanya ancur banget,"
"Ada Ron, kek sayangnya mamah ke Kamu. Jalan Kamu masih panjang, banyak yang sesayang itu juga ke Kamu. Kita nggak tau juga gimana jalan hubunganmu sama Caca besok,"
Maya menarik nafasnya panjang, mencoba sabar dengan anaknya yang sedang hancur.
"Kesempatan itu juga bisa diupayakan, dan untuk mengupayakannya kamu harus sehat,"
"Iya, Mah. Intinya makan kan?" Rony tau arah obrolan mamahnya.
"Nah! Yuk?" Maya membujuk lagi.
"Nanti kalau Rony mau, Rony ambil sendiri," sedikit senyum ia paksakan ke mamahnya. Dia ingin mengakhiri obrolannya dengan Maya.
Maya mengusap lembut rambut Rony. Mengecup hangat keningnya.
Mungkin juga ada kesempatan lagi ketemu Caca.
Terngiang kembali ucapan Maya di kepala Rony. Mungkinkah seperti pohon...?
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan [End]
FanfictionCerita mengenai perjodohan lelaki dan perempuan yang tidak mudah. Perjalananan panjang untuk bersatu bertemu cinta. Seperti layaknya perjalanan, dalam prosesnya bertemu jalan yang berlika liku juga tanjakan dan turunan. Sebuah perjalanan menelusuri...