05 Jogja Cantik

12.9K 609 5
                                    

R~ : Heh, Babi, bisa nggak si syarat Lo nggak aneh-aneh

SS : Apanya yang aneh? Kamu aja yang aneh.

Salma membalas sebuah pesan singkat dikirim oleh Rony.

Rony tidak menyangka pesan itu dibalas secepat itu. Belum tidur rupanya... Si pengirim juga tahu kalau pesan itu darinya. Satu hal yang disadari Rony juga saat itu, si cewek aneh itu juga pasti gelisah dengan kemauan para orang tua.

R~ : Ya aneh lah, ngadi-ngadi

SS : Sebagian besar rakyat Indonesia Raya yang cowok juga melakukannya.

R~ : Ya jelas lah, karena mayoritas islam

SS : berarti beneran kan Kamu yang aneh, anj

R~ : bangsat!

SS : Tai

Bisa kasar juga si Babi, menarik. Rony tidak membalasnya lagi, karena.... ketiduran! Dia chatting tadi sambil berbaring di tempat tidur satunya, papahnya juga sudah terlelap.

Besoknya mereka sekeluarga sarapan di hotel tempat mereka menginap. Restorannya berada di lantai 4, di sebuah balkon menghadap ke Utara. Hari itu cerah, pandangan ke Utara langsung menghadap ke Merapi. Setelah selesai packing barang-barang bawaan mereka sekeluarga ke restoran untuk sarapan. Cukup kesiangan untuk jam sarapan.

"Nabila mana?" tanya David.

"Masih dandan tadi," jawab Maya sembari memeluk dan mencium kening Rony.

Rony hanya melirik kedua orangtuanya. Tak lama Nabila datang menuju mereka.

"Semalam nyenyak boboknya?" tanya David ke Nabila sambil memeluknya.

"Apaan, orang kami baru tidur jam 2, kesiangan kan ini,"

"Weeh, ngapain kalian?" tanya David lagi.

"Ada yang curhat," jawab Maya.

"Curhat apa si, Nak?" tanya David sambil mengelus punggung anaknya.

"Rahasia~" jawab Nabila centil sambil berlalu mengambil sarapannya.

"Pah, Jogja cantik ya?" tanya Rony sekarang, sambil menunjuk ke arah Merapi.

"Iye, Salma juga," jawab David mengulang semalam.

Maya kebingungan bergantian melihat suami lalu anak lakinya.

"Hah, apaan nih?" Maya bingung sambil tersenym, lalu, "Hem, r.a.h.a.s.i.a!" mereka tertawa.

"Kamu juga cantik, May," ungkap David. Mencondongkan wajahnya, lalu Maya mengecupnya.

"Pah, tolonglah..." ungkap Rony.

"Sabar Ron nggak usah iri! Berjuang!" Papahnya tiba-tiba bersemangat.

"Siapa yang iri, malu tau! Ini di Jogja, Pah. Kalo lupa," tegas Rony mengingatkan. Papahnya celingukan.

Nabila datang ke meja mereka, wajahnya nggak ceria. Membuang muka tiap kali abangnya melihatnya. Perang dingin masih berlangsung rupanya. Silent treatment. Saat mereka selesai makan, datanglah Anang dan Santi menghampiri mereka. Rony agak gugup, dia tidak tahu mereka akan datang pagi ini. Orang tua Salma menghampiri mereka lagi. Dia sedikit panik takut persyaratan itu akan dibahas.

"Hey, Vid, May," mereka berpelukan.

"Udah sarapan semuanya ya?" tanya Santi, yang ditanya mengangguk semua.

"Ini tante bawain Serabi kocor, Rony nggak suka yang manis-manis kan? ini gurih nggak manis,"

"Wah, makasih tante, kok tante tau sih aku nggak suka manis?"

"Lha wong Kamu kecilnya juga sering sama tante Ron, Ron. Aku lho, yang gantiin popok Kamu," cerita Santi.

Ah, dia selalu menolak kalau keluarganya ke Jogja, kalaupun ke Jogja, dia akan memilih jalan sendiri, entah kemana. Baginya urusan orang tuanya tidak menarik. Sekarang dia sadari kalau dia ketinggalan banyak cerita.

"Nabila, besok udah masuk kuliah kah?" tanya Anang sekarang.

"Udah Om, ini semester baru,"

"Sekarang semester berapa?"

"3 Om, kan aku selisih 4 tahun sama Kak Salma,"

"Oh iya, Salma nggak ikut?" tanya Maya. Rony sedikit bersyukur pembahasan pernikahan tidak berlanjut, tapi anehnya sedikit kecewa juga dia tidak datang.

"Dia ada bantu temannya resital musik. Jadi ada temannya yang belum lulus, jadi dia bantuin ngurusin itu. Kalau Salmanya kan udah lulus, dulu juga dia dibantu teman-temannya, jadi kek saling bantu gitu lah. Jadi maaf ya dia nggak bisa ikut melepas kalian,"

"Oh, bagus itu, nggak papa harus didukung hal positif kek gitu, besok-besok kan kita pasti ketemu lagi," jawab David mewakili keluarganya. Oh resital... musik... rony bergumam.

"Jadi, Ron..." Anang menjeda bicaranya. Deg! Rony yang degdegan kali ini, "Ada kegiatan apa habis ini?"

"Aku nyiapin konser beberapa teman Om, mereka pendatang baru, baru mau launching album, tapi ini ngeluarin beberapa single dulu," Rony mengingat cerita mengenai jasa Anang dalam hidup papahnya semalam.

"Bagus, bagus, konser kek festival gitu?"

"Enggak si Om, ini karena baru jadi semacam intimate show gitu, paling 100-200-an orang,"

"Wih, jaman sekarang ya...seru juga,"

"Dia ada band juga sebenernya, tapi kok malah nggak launching-launching?" bocor David.

"Santai Pah, belajar dulu urus yang lain," kilah Rony.

"Ayolah, semangat! Om juga pengen nonton konsernya," dukung Anang, sama sekali tidak membahas perjodohan.

"Iya, Om doain ya. Om sehat-sehat ya, besok nonton konser Rony!" ucap Rony sambil menepuk lengan Anang yang disambut tawa bahagia. Obrolan pagi ini begitu hangat, menyenangkan.

"Iya, apalagi energy jatuh cinta itu ajaib Ron! Bisa menghasilkan karya-karya yang dahsyat," ungkap Anang sambil melirik David, lalu David menyodorkan satu kepalan tangan kanannya yang disambut kepalan tangan kanan Anang juga, sambil mereka melirik istri-istri mereka. Rony tersenyum melihatnya, mengingat obrolan mendalam semalam dengan papahnya. Sayangnya ingatan persoalan syarat dari Salma membuatnya tertegun lagi.

"Mas Anang, Jogja cantik ya?" ungkap Maya ke Anang, yang disambut tawa semua, rupanya itu justru rahasia mereka.

Di boarding room.

R~ : Babi, Lo nggak tertarik syarat lain gitu?

SS : apaan njir?

R~ : minta pesawat misalnya, atau minta beliin pulau gitu, pasti bokap gue bakal jabanin

SS : pulau njir? Buat apa? Lo pengen gue ilang gitu di pulau, trus nggak ketemu Lo gitu? gila

R~ : ya apa kek, rumah, mobil, emas, saham?

SS : SORRY ya, gue nggak bisa dibeli pake uang

SS : lagian uang bokap Lo aja songong

R~ : soalnya yang pengen nikahin kan bokap Lo sama bokap gue, ya udah ngapain ngrepotin gue

R~ : Bokap Lo yang minta kok gue yang repot sama syarat Lo

SS : gue nggak maksa ya, terserah Lo bangsat

R~ : babi!

Katakan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang