Jam 5.00 sore, Rony, Salma dan Nabila undur dari studio. Mereka bertiga bilang akan melanjutkan kerjaannya di rumah. Tentu Rony punya satu kerjaan lagi, membahas kehadiran Salma ke orangtuanya. Ketika Rony sudah memarkir mobilnya, Nabila dan Salma masuk ke mobil. Salma memilih duduk di belakang. Mungkin Salma masih nggak nyaman terlalu dekat dengan Rony. Rony sedikit kecewa.
Selama perjalanan Rony melihat Salma dari spion tengahnya, tidak banyak obrolan yang terjadi. Mungkin karena kikuk ada Nabila juga. Di tengah perjalanan Nabila tidur, mungkin kelelahan. Setelah kuliah dia sudah ke studio membantu urusan abangnya. Di salah satu lampu merah Rony meminta Salma mengambilkan jaketnya di jok belakang, lalu menutupkan jaketnya itu ke tubuh Nabila. Salma melihat perhatian abang ke adeknya itu, merasakan ketulusannya.
"Enak ya punya abang," komentar Salma.
"Enakan punya suami si gue bilang,"
"Sial... kalau suaminya brengsek si, amit-amit," keduanya tertawa... lalu Rony terdiam. Iya, dia memang brengsek. Dia menghela nafas panjang. Kemudian hening, larut dalam pikiran masing-masing, keduanya sama-sama merasa salah ngomong, tapi tidak ada satupun yang meloloskan kata dari mulut mereka hingga mereka tiba di rumah Rony. Rony membangunkan Nabila.
"Caca....." teriak Maya. "Jadi ini 'temen' Kamu, Ron?" Maya berseloroh.
"Hai Tante, Om," Salma mencium tangan kedua orang tua Rony. Seperti dulu, Salma masih belum mau memanggil mereka mamah-papah.
"Tante seneng Kamu kesini lagi,"
"Maaf ya Tante, Caca ngrepotin terus. Malam ini Caca nginap disini," ungkap Salma malu-malu.
"Apasih Kamu. Orang Kamu udah om anggap kayak anak sendiri,"
"Ayok masuk, kita makan malam. Taruh tas di kamarmu aja, udah disiapin," Maya memberi petunjuk. Kamarmu?
Mereka langsung makan bersama. Maya masak beberapa sajian yang lebih dari biasanya. Sayur asem kesukaan Salma, kentang mustofa, semur daging , ayam bakar, dan cumi asam manis.
Setelah makan mereka tidak langsung beranjak.
"Ca, apapun yang terjadi, jangan sungkan sama kami ya, anggap aja saudara,"
"Iya, Om, Caca juga maunya gitu,"
"Sayang, tante jadi makin sayang sama Kamu," ungkap Maya, tulus. Dia merangkul Salma yang duduk di sebelahnya, mengusap lengannya.
"Tante, Om, Caca juga mau minta maaf ya," semua menanggapinya dengan senyum. Rony lebih banyak menunduk, wordless.
"Iya sayang, tidak masalah. Meskipun kami sempet shock, tapi kami menyadari ini bagian dari proses hidup. Tidak mudah memang, tetep bahagia ya, Ca," David memberi petuah.
David dan Maya tidak membahas banyak mengenai relasinya dengan Salma. Salma sudah mau berteman lagi dengan Rony sudah satu hal positif. Mengingat kelakuan yang sudah dilakukan anak lelakinya. Mereka tidak mau mencampuri banyak hal mengenai anak-anak mereka. Nampak Rony dan Salma sudah akur saja sudah mereka syukuri, jadi relasi kedua keluarga tidak saling sungkan. Mereka lebih menjunjung relasi persahabatan David dan Anang yang sudah cukup lama terjalin.
Setelah makan, Rony mengambil obatnya dan meminumnya.
"Kak, kok minum obat terus, tadi kan udah pas abis makan sushi. Sorenya lagi," Rony tidak menjawab.
"Ron, are You okay?"
"Ehm, gapapa ko mah," Rony menyembunyikannya, takutnya memicu ide absurd kebiasaan mamahnya.
"Masih bengkak?" tanya David. Rony membuat kode nggak usah membahasnya dengan gelengan kecil kepala dan lirikan mata, karena ada Salma. Malu. David tidak melanjutkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/347744651-288-k971590.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan [End]
FanfictionCerita mengenai perjodohan lelaki dan perempuan yang tidak mudah. Perjalananan panjang untuk bersatu bertemu cinta. Seperti layaknya perjalanan, dalam prosesnya bertemu jalan yang berlika liku juga tanjakan dan turunan. Sebuah perjalanan menelusuri...