52 Pulang ke Kotamu

10.3K 580 14
                                    


Jam menunjukkan pukul 01.35 ketika kereta api Gajayana sampai di Stasiun Tugu Jogja. Meski lewat tengah malam Stasiun itu masih banyak orang. Selain yang bertujuan ke Jogja, ada juga yang bersiap naik kereta yang sama menuju Malang. Rony sudah bersama backpacknya, dia sudah nampak segar karena terjaga lebih dulu, sedang Salma nampak masih mengumpulkan nyawanya. Dia sibuk dengan handphone-nya.

"Kita naik taksi aja ya Ron, aku ga enak kalau minta dijemput Pak Amin, pasti udah tidur,"

Rony mengangguk. Keduanya menuju pangkalan taksi online yang tersedia di halama parkir stasiun sebelah Selatan. Ya, sekarang stasiun juga menyediakan tempat untuk taksi online. Entah bagaimana kerjasama kedua perusahaan tersebut. Mengingat dulu sempat terjadi keributan antara taksi online dan yang biasa di wilayah stasiun. Logo taksi online tersebut nampak terang menyala di malam yang gelap. Apalagi di musim kemarau yang sangat dingin.

Keduanya berjalan pelan, Salma karena mengantuk, Rony karena.... entah seperti ada yang ditahannya. Mungkin kegundahannya akan bertemu keluarga Salma. Salma yang mengatur pemesanan taksi, karena dia yang lebih paham alamat rumahnya. Dia memesan ke petugas taksi online yang berjaga disana. Mereka mendapat satu kendaraan. Tas besar yang mereka bawa diletakkan di bagasi.

"Sa," panggil Rony ketika sudah duduk berdua di seat belakang.

"Hem..." Salma sepertinya masih melanjutkan ngantuknya.

"Sa, tadi nasi goreng Lo nasi goreng apa si?" tanya Rony.

"Nasi goreng tuna," jawabnya santai, namun seketika seperti kesadaran masuk ke tubuhnya. Dia menutup mulut dengan tangannya.

"Ron, Lo nggak papa?" tanya Salma kemudian. Rony mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya, tapi sedetik kemdian ia menggeleng.

"Pak, mampir apotek ya, dimanapun," pinta Salma ke drivernya.

"Ron? Kerasa dari tadi?" tanya Salma.

"Belum terlalu lama si, setelah stasiun terakhir sebelum sampai," ucapnya menahan sesuatu.

Setelah Salma mendapat obat untuk Rony, dia langsung meminumnya, 2 keping kali ini. Perjalanan ke Rumah mereka pun dilanjutkan. Sekarang Rony menahan kegundahannya. Gundahnya semakin menjadi saat Rony mulai mengenali jalan-jalan yang ia lewati sudah dekat dengan rumah Salma.

"Makasih Pak," ucap Salma pada driver yang mengantar mereka.

Salma menelpon mamahnya untuk dibukakan pintu. Tak lama mbak Asri dan Mamahnya nampak di teras rumah. Salma berlari menghambur ke mamahnya. Melepas rindu. Rony berdiri di belakang Salma menunggu giliran. Saat Salma melepas pelukannya Rony mencium tangan Santi. Santi membalasnya dengan pelukan hangat. Tak sabar ia mendengar cerita anaknya mengenai hubungan sepasang muda-mudi yang penuh kejutan, sebentar penuh penolakan, sebentar semanis gulali, sebentar kisruh, tapi ini baik lagi..

"Mah, apakabar?" tanya Rony.

"Sehat, Ron! Kamu gimana? udah sembuh kan sekarang?"

"Sehat, Mah. Ehm, udah kok,"

"Udah apanya, tadi aja masih muter-muter nyariin apotik dulu, mana tengah malam, gara-gara obatnya ketinggalan,"

"Duh, Ron.... yuk masuk, istirahat dulu," ketiganya masuk ke rumah.

Sambutan Santi begitu hangat. Tapi dimana Papah Salma? Kenapa tidak ikut menyambutnya? Apa tidak suka dengan kehadirannya? Namun malam terlalu larut, juga terlalu melelahkan. Rony, Salma dan Santi menuju kamarnya masing-masing.

"Nite, Ron," ucap Salma sebelum menuju tangga.

"Sleep tite, Sa..." balas Rony.

Rony malah teringat ucapan terakhirnya di ruang yang sama, sebelum Salma memakinya dan berujung petaka beberapa minggu yang lalu. Kali ini rasanya hangat. Hanya ketidak hadiran Anang yang membuat Rony gelisah. Rony ragu menghadapi esok.

Katakan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang