Di Jakarta teror untuk Rony berlanjut. Satu minggu berlalu sejak perginya mereka ke Jogja. David dan Maya seperti memberi ruang untuk Rony berpikir ulang. Namun sepertinya anak lelaki mereka tidak bergeming dari pendiriannya. Jadi sore ini David dan Maya berupaya untuk membahasnya lagi.
"Ron, ada kesibukan nggak?" tanya papahnya tiba-tiba sepulang dari kantor.
"Belum si Pah, aku juga baru balik,"
"Kami mau ngajak Kamu ngobrol, duduk sini," ajak mamahnya di teras samping rumahnya. Mereka tahu ini perlu segera dibahas, tidak ada Nabila juga, sehingga lebih intens dengan anak lakinya ini.
"Bentar, ambil rokok," Rony berlalu, menata hatinya, dia curiga ke rencana orangtuanya.
"Ron!" panggil mamahnya lagi karena si anak tidak kunjung datang.
"Bentar Mah, kencing dulu,"
Sambil kencing Rony bermonolog, nasib Lu tong... dia menyeringai ngeri sendiri. Ah, Babi! Dia merasa ngeri sendiri dengan pikirannya. Bebannya semakin terasa berat. Rony menuju teras belakang menemui orangtuanya.
"Duduk, Ron," mamahnya pelan bersuara, meminta Rony duduk di sampingnya yang masih kosong, tapi Rony memilih duduk sedikit berjarak, dia mau merokok. Dinyalakannya sebatang.
"Langsung aja Mah, soal kemaren kan?" tandas Rony langsung, dia tidak suka basa-basi soalan ini. "Mestinya mamah sama papah udah tau si jawaban Rony,"
"Ron, sebelum ngobrol lebih jauh, mamah tanya dulu. Gimana Caca?" Tanya Maya.
"Gimana apanya? Ya udah gitu, mau gimana lagi? Orang baru ketemu trus kasih syarat aneh-aneh, ya apa lagi yang mesti dikomentarin?" jawabnya ketus.
"Gimana personalitynya? Cantik nggak, gitu," tanya Maya.
"Udah lah mah, nggak penting. Sejak awal Rony udah bilang, oke cuma perjodohan tapi nggak lebih,"
"Ron, sebenarnya kami nggak mau maksa, tapi tolong pikirkan sekali lagi ya..." pinta mamahnya. Rony bergeming.
"Mah, kalau mesti sunat dulu, Rony nggak mau!" nadanya meninggi.
"Iya, mamah ngerti,"
"Kayaknya kalian nggak mau ngerti, Rony takut mah. Setakut itu,"
"Iya, sayang,"
"Ron, toh nggak ada salahnya buatmu kan? Buat kebersihan dan kesehatanmu juga," David ikut bersuara.
"Pah, tolonglah. Aku nggak suka dipaksa," ucap Rony memelas.
"Apa sih yang Kamu takutkan? Sekarang metodenya udah banyak, mestinya nggak sesakit itu,"
"Mamah nggak ngerti!" Rony menjawab ketus.
"Yah, besok lagi kita bahas," David yang merasa obrolan tidak akan berujung sekarang yang memutuskan mengakhirinya. Dia kenal anaknya yang tidak bisa dipaksa.
Maya hanya merasa tidak enak dengan keluarga sahabat mereka di Jogja. Maya dan David belum memberikan kabar perkembangan bagaimana Rony. Mereka tahu, Anang pasti sudah menunggu.
Hari lainnya...
"Ron, ini lho ada teknologi baru buat sunat, katanya ga terlalu sakit," ungkap Maya.
"Itu kaya si Marcell, Stand Up komedian kan? Dia pendarahan, ada tuh Vlog-nya di Youtube," Rony berhasil menyangkal lagi.
"Tapi ini banyak yang coba, Ron. Owh dia pendarahan karena petakilan, kalau enggak mestinya gapapa ya..." mamahnya menambah info.
"Ada yang bilang itu sebenernya ga cocok buat dewasa,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan [End]
FanfictionCerita mengenai perjodohan lelaki dan perempuan yang tidak mudah. Perjalananan panjang untuk bersatu bertemu cinta. Seperti layaknya perjalanan, dalam prosesnya bertemu jalan yang berlika liku juga tanjakan dan turunan. Sebuah perjalanan menelusuri...