Brukkk!!!!
"AAaawh, bangsat!!" pekik Rony kesakitan, seorang perempuan turun dari tangga lalu bertumbukkan dengannya di persimpangan. Sebuah map di tangannya terjatuh.
Sialnya barang yang dibawa perempuan itu tanpa sengaja mengenai bagian bawah Rony dengan sedikit kencang karena terayun. Dia memegang area bawah perutnya dengan satu tangannya. Sementara tangan lainnya berpegangan ke dinding, menjaga badannya tetap berdiri, kepalanya menunduk menahan sakit yang mengejutkan. Biasanya dia akan marah-marang dengan orang yang mengganggunya, tapi kali ini rasa sakitnya mengalahkan itu.
"Sorry, maaf! Gue nggak sengaja, tadi nggak lihat," ucap perempuan itu lalu mengambilkan map yang tadi terjatuh. Lalu perempuan itu memegang bahu kiri Rony, "Duuh maaf, sakit banget ya?"
Lelaki berkemeja hitam, celana jeans dan sepatu boots kulit, ditambah kacamata, sepertinya perempuan itu mengenal orang yang ditabraknya. Rony masih menahan sakitnya, lalu memalingkan wajahnya. Deg! Rony kaget luar biasa, begitu pula dengan perempuan yang kemudian menarik cepat tangannya dari bahu Rony.
"Sa..."
"Ron..."
Ucap keduanya hampir bersamaan. Rony masih di posisi yang sama beberapa saat, karena sakitnya yang tak terkata. Meski sebenarnya dia sedikit malu, tapi juga bingung dengan perasaannya, setengah hatinya melompat gembira namun setengahnya lagi dia kebingungan, ada haru, ada syukur. Doa dalam tangisnya tiap malam seakan tiba-tiba dikabulkan semudah itu.
Bertemu Salma. Senyum tipis merekah di sela bibirnya yang meringis sakit. Kebetulan yang ajaib, kayak di film-film hollywood, atau mungkin FTV yang sering ditonton mamahnya. Semesta seperti sedang bercanda dengannya.
Salma masih terpaku di tempatnya, bingung juga. Kenapa harus ketemu? Hatinya belum siap bertemu secepat ini. Bahkan Salma sudah menghitung betul rencananya ke Jakarta. Memperkirakan saat lelaki ini pasti sibuk dengan acara pertunjukannya, untuk meminimalisir kemungkinan pertemuan. Jakarta sangat luas dan padat penduduk. Dari jutaan manusia di Jakarta kenapa harus ketemu lelaki satu ini.
Tapi lelaki itu masih kesakitan di tempatnya. Sesakit itukah?
"Ron, perlu gue bantu?" tanya Salma ragu, Rony menggeleng.
Rony lalu mencoba menegakkan badannya, matanya mencari tempat duduk disekitar. Salma memperhatikan Rony yang jalan dengan sedikit tertatih, tubuhnya sedikit membungkuk. Salma mengikutinya di belakang.
Huft! Salma melenguh, kalau saja dia tidak bertumbuk dan Rony tidak kesakitan, pasti dia sudah lari menghindar dari lelaki tadi. Tapi melihat Rony yang kesakitan empatinya tak bisa dibendung. Kayaknya sakitnya karena syarat yang dulu diminta oleh Salma. Salma jadi sangat merasa bersalah. Ngapain si orang ini disini....?
Dari tadi Rony juga tidak berani bertatap langsung dengan Salma, selain malu, rasa bersalahnya juga masih lekat, ditambah dia menjadi semakin insecure setelah kejadian di Jogja terakhir kalinya. Tapi Salma justru duduk di sebelahnya sekarang.
"Lo nggak papa?" tanya Salma sekali lagi, memastikan. Lagi-lagi hanya dijawab gelengan.
"Mau minum?" tawar Salma, menyodorkan tumbler berwarna ungu miliknya. Rony tersenyum tipis menerimanya, dia mengambil obat dari tas selempangnya, lalu membuka dua keping. Meminumnya untuk menahan rasa sakit yang dialami sekarang. Lalu Rony membuka lagi satu keping obatnya, berharap sakitnya segera mereda.
Rony memandang ke depan, ke halaman gedung kampusnya dulu, dimana mereka berada sekarang. Melihat beberapa pohon disana, nampak satu pohon menjulang lebih tinggi dari yang lainnya. Sepertinya kampus ini membiarkan hidupnya lebih lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan [End]
FanfictionCerita mengenai perjodohan lelaki dan perempuan yang tidak mudah. Perjalananan panjang untuk bersatu bertemu cinta. Seperti layaknya perjalanan, dalam prosesnya bertemu jalan yang berlika liku juga tanjakan dan turunan. Sebuah perjalanan menelusuri...