"Banyak juga cewek yang udah kesini?" sebuah pertanyaan dadakan dari Salma.
"Banyak," jawab Rony sambil menghitung jumlah dengan jarinya. "Lo cewek ke 6 yang pernah kesini,"
Mendapati jawaban Rony Salma sedikit kecewa. Dia membuang pandangannya ke jendela, melihat deretan padat kampung kota Jakarta. Rony punya masa lalu sama sepertinya, dia harus menerima itu. Embrace it as a part of him. Salma berkata dalam hati. Ada kekecewaan yang menyentil hatinya. Egonya maruk ingin jadi yang terspesial, hal yang manusiawi. Tapi itu juga hal yang mustahil, Salma bertemu dengan lelaki dewasa, bukan anak kecil. Meskipun dia baru disunat belum lama ini.
Melihat gelagat Salma, Rony merasa ada yang salah dengan ucapannya yang bermaksud bercanda. Momennya nggak tepat kayaknya, hubungan mereka belum sebaik itu, dia juga masih hutang penjelasan, masih perlukah penjelasan itu? Setelah..... ah sudahlah.
"Sa, Kamu orang ke-6 setelah, Mamah, Nabila, Mbak Sri, Novia dan Anggis," cepat-cepat Rony memberikan penjelasan.
"Kok aku agak nggak percaya ya, Ron,"
"Serius, Lo bisa nanya ke orang-orang,"
"Soalnya kan 'agak' banyak ya cewek Lo,"
"Temen cewek, Sa," Rony geram dengan persoalan yang terus dibahas ini.
"Ya, masa nggak ada gitu, apalagi Bella,"
"Gue baru kenal Bella tahun lalu, gue udah nggak tinggal disini,"
Ada cerita yang tidak berurut, missing link. Salma mencoba menyambungkannya.
"Eh, kenapa sih Lo nggak tinggal disini lagi, enak lho rumahnya?" pernyataan Rony justru mengundang pertanyaan dari Salma yang lebih mendasar.
Rony menghela nafas panjang, dia menimbang perlu tidaknya menceritakan masa lalunya. Ada ragu disana, juga khawatir. Salma menatap Rony, penasaran. Air mukanya berubah, tidak lagi seceria sebelumnya, datar. Rony yang menunda jawaban justru membuat Salma kian penasaran, adakah hal aneh yang Salma tidak boleh tau?
Rony meletakkan gitar di pangkuannya, ikut membuka sebuah jendela lagi yang dekat dengan sisinya. Mengambil asbak dari atas buffet, membawanya ke dekat jendela.
"Gue ngrokok ya, Sa," Rony meminta izin karena di dalam ruangan.
Salma mengangguk. Apa pertanyaannya salah?
"Kalau itu privacy Lo nggak usah cerita gapapa, Ron," ungkap Salma memberi ruang pada Rony, Salma menjaga boundaries-nya.
"Pas kuliah gue pernah 'make', gue kecanduan," jawab Rony setelah menimbang beberapa saat, menghembuskan nafas panjang setelah membongkar masa lalunya.
Fakta baru mengenai Rony. Salma sedikit terkejut. Suasana sesaat terasa hening. Apa kata papahnya kalau tau Rony pernah jadi pecandu?
"Mestinya bokap Lo tau. Gue pernah rehab di Jogja, jalur spiritual. Tapi nggak mempan, balik Jakarta gue relapse lagi," terang Rony seperti tahu apa yang dipikir Salma. Salma hanya mendengarkan, dia menunggu ceritanya utuh.
"Gue akhirnya rehab lagi di rumah, dibawah pengawasan konsultan dan dokter. Nyokap akhirnya memutuskan berhenti kerja, ngurusin gue. Sesayang itu keluarga gue, padahal gue udah berantakan. Sejak saat itu, keluarga jadi yang terpenting buat gue. Itu juga alasan gue mau datang ke Jogja, ke rumah Lo pertama kali," Rony kembali memandang jendela, ketika Salma justru memandang parasnya, memperhatikan setiap detil ceritanya. Apakah Rony perlu menyandang status cowok redflag?
"Saat masa rehab itu gue nggak boleh tinggal sendiri. Gue cabut dari rumah ini. Takut relapse lagi. Pergi-pergi pun selalu dalam pengawasan. Gue dipepet terus sama keluarga, atau sama temen-temen gue. Ya yang bareng sama gue di studio sekarang, mereka yang terus sama gue gimana pun keadaan gue. Mereka yang jagain gue. Gue bersyukur banget dengan adanya mereka," Rony menceritakan bagaimana kedekatannya dengan teman-temannya. Persahabatan yang manis.
![](https://img.wattpad.com/cover/347744651-288-k971590.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan [End]
Fiksi PenggemarCerita mengenai perjodohan lelaki dan perempuan yang tidak mudah. Perjalananan panjang untuk bersatu bertemu cinta. Seperti layaknya perjalanan, dalam prosesnya bertemu jalan yang berlika liku juga tanjakan dan turunan. Sebuah perjalanan menelusuri...