77 Lo Bahagia, ya!

8.2K 489 48
                                    


R~ : Sa, gue ke Rumahsakit sore ya
SS : iya, enggak juga gapapa, Lo istirahat aja
R~ : gue mau temenin Lo
R~ : Lo mau nitip apa?
SS : enggak Ron

Sore hari Rony kembali ke Rumah Sakit. Dia menghitung waktu saatnya berganti untuk menemani Salma berjaga di malam hari. Dia membawa beberapa kotak pizza untuk dibawa ke rumah sakit. Rony menelusuri lorong-lorong panjang untuk mencapai lokasi ICCU, karena ia masuk dari arah Barat, sementara ICCU berada di sebelah Timur rumah Sakit.

Di lorong terakhir sebelum ruangan dimana Anang dirawat ada sosok laki-laki yang Rony kenal berjalan ke arahnya. Dimas lagi. Apakah dia baru saja menemui Salma? Rahang Rony menggeretak, tapi dia ingat ini adalah rumah sakit. Di kejauhan dia melihat Salma. Santi pun masih ada disana. Dilihatnya Salma menggeleng pelan. Rony tau kalau perempuannya benar-benar mengerti sifatnya. Rony menahan amarahnya saat berpapasan dengan Dimas. Keduanya hanya saling melempar tatapan sinis.

Rony menyerahkan pizza yang dia bawa, juga lemon tea untuk Salma dan teh melati hangat untuk Santi. Meminta Salma membagikan sebagian kotak pizza untuk keluarga yang menunggu pasien di ICCU. Rony hanya berharap bisa memberikan kebahagiaan kecil untuk orang-orang yang sedang menawar nyawa disana. Senyum ramah mereka terpancar meski pasti hatinya masih diliputi kekhawatiran.

Santi masih sinis padanya. Dia pasti sangat kecewa pada Rony. Rony menebalkan mukanya. Rony hanya bertumpu pada Salma sekarang. Berharap bisa bersama-sama keluar dari masalah ini. Tapi kehadiran Dimas benar-benar mengganggunya. Ingin sekali Rony meminta penjelasan pada perempuannya. Salma tau itu dari tatapan Rony padanya. Tapi lagi-lagi segala perasaan harus ditahan untuk saat ini. Tapi ada yang sedikit aneh dengan sikap Salma padanya.

Tak berapa lama kemudian pintu ruang ICCU dibuka. Seorang perawat keluar.

"Keluarga Bapak Anang?" panggilnya.

Jantung tiga orang disana berdegup kencang. Santi yang tadinya sudah hendak beranjak untuk pulang masuk ke dalam ruangan ICCU. Rony dan Salma harap-harap cemas. Keduanya bertukar pandang berkali-kali. Santi keluar beberapa menit kemudian.

"Ca...!" panggil Santi.

"Mah....??"

"Papah boleh keluar dari ICCU,"

"Alhamdulillah.... terimakasih ya Tuhan," ucap syukur Salma.

Rony memejamkan matanya, sangat bersyukur.

Kondisi Anang sudah stabil. Dia sudah melewati fase akut. Santi dan Salma mengurus kepindahan Anang ke ruang rawat inap. Santi mengurus administrasi, kaitannya dengan pemilihan kamar, dan lainnya. Rony dan Salma mengemasi barang bawaan mereka untuk dibawa ke ruang rawat inap. Beberapa keluarga pasien lain memberikan senyum, ikut bahagia. Harapan selalu ada. Salma menyalami mereka satu persatu. Mengucapkan terimakasih sudah dua malam bersama.

Anang yang terbaring di brankar yang didorong nampak terlelap. Rony melihatnya dari kejauhan saja. Hatinya bergetar. Dia sedih melihatnya, merutuki kesalahannya. Setelah Anang menempati ruang rawat inap, Santi mengatakan akan tidur di rumah sakit. Ingin selalu menemani suaminya. Ruangan VVIP memiliki sofa bed yang bisa digunakan untuk keluarga berbaring istirahat. Salma menyetujui rencana Santi. Rony jadi tidak perlu menginap lagi.

Rony menunggu di luar ruangan. Menunggu Salma keluar. Namun lama tidak juga keluar. Hatinya gelisah.

"Ron..." panggil Salma ketika dia akhirnya keluar dari ruangan papahnya.

"Sa..."

"Bisa ngobrol bentar? Keluar mau?" ucap Salma. Ada raut aneh di wajahnya, Rony tidak berani menterjemahkan.

Katakan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang