40 Lekaslah (mem)Baik

11K 589 14
                                    

Paginya seluruh anggota keluarga berkumpul di ruang makan ditambah Salma. Rony dan Salma sudah rapi, dan nampak siap untuk keluar. Salma akan menyelesaikan urusannya dan Rony mau mengantarnya. Seperti biasanya momen makan bersama adalah moment untuk ngobrol.

"Caca, papah-mamah sudah tau kan Kamu menginap disini?" tanya Maya.

"Udah tante, semalam Caca udah ngabarin mamah-papah. Salam dari mereka untuk Om dan Tante,"

"Makasih Ca, nanti Om telepon papah Kamu, semalam mau telepon udah kemalaman,"

"Ron, nanti kamu ketemu dokter dulu ya, jam 09.00," ucap mamahnya.

"Dokter apa, Mah? Mamah ni sukanya dadakan," Rony kaget dengan acara yang dibuat mamahnya dadakan.

"Biar Kamu nggak bisa nolak. Lha semalam kan papah nanya, masih bengkak enggak. Ini udah sebulan lho, kok ga sembuh-sembuh. Jadi mending kita periksakan lagi aja,"

"Mah, ga perlu lah Mah. Aku udah googling, katanya wajar. 3-6 minggu downtime-nya,"

"Ya ga pa pa, nanti dilihat aja. Katanya kemarin kata Nab juga gatel. Biar tahu jelas kondisinya aman enggak," Rony kesal, semakin kesal ke Nabila karena di-cepu-in. Rony menatap tajam Nabila. Nabila berlindung pada Salma. Salma bergantian memandang Nabila dan Rony, Rony jadi kikuk.

"Mah, aku udah ada rencana jalan sama Caca mah. Mesti pagi ini karena siang mesti ke studio," kilah Rony lagi. Dia juga berlindung pada rencana Salma.

"Gue nggak papa kok Ron. Yang penting Lo cepet OK," Salma yang mengetahui kondisi Rony tidak baik-baik saja mengesampingkan rencananya. Apalagi itu disebabkan karena syarat yang ia minta.

"Sa, gue nggak papa, serius," Rony tetap menolak.

"Emang kalian mau kemana?" tanya David.

"Caca mau cari penginapan sama kost, Om,"

"Kenapa nggak tingal disini aja dulu? Kamu bisa anggep ini rumah saudara atau bahkan rumahmu sendiri, Ca. Jangan nggak enak sama kami, ini malah bikin kami nggak enak sama mamah-papah Kamu," ucap Maya.

"Eh, iya Tante," Salma hanya menjawab sopan.

Salma menyadari satu kekeliruan kecil dengan keputusannya tinggal di rumah Rony tadi malam. Niat baiknya berujung tidak enak hati untuk pindah ke penginapan. Dia terjebak di rumah itu, yang artinya semakin banyak peluangnya bertemu Rony.

It's her guilty pleasure. Di satu sisi Salma masih ingin menjauhi Rony, tidak terburu-buru untuk kembali lebih dekat.  Di sisi lain tidak ada salahnya memperbaiki hubungan yang sudah baik dan sayang untuk ditinggalkan. Pun, Salma sekarang lebih nyaman berstatus teman dengan Rony, meski sakit hatinya belum sepenuhnya terobati.

"Nggak usah cari kost, tinggal disini aja," usul David.

"Untuk kost Caca mau yang deket kampus aja Om, takut sering telat, hehehe,"

"Kenapa nggak pake rumahnya kak Rony aja?" Nabila nyeletuk, setelah dari tadi diam.

"Iya Ca, dulu waktu Rony kuliah dia tinggal disana, deket kampus," Maya ikut meyakinkan Salma.

"Emang gada yang make Mah?" tanya Rony. Sebelumnya biasanya saudara mereka yang menempati rumah tersebut.

"Bulan lalu Iwan sepupumu yang tinggal disana, udah enggak sekarang. Kan ngepas nanti Caca masuk kuliah kan?"

"Bayarnya berapa tante?"

"Udah itu gampang. Ini intinya nanti Rony tunggu dokter dulu. Datang kesini kok, ga perlu ke Rumah Sakit," Maya mengingatkan soalan dokter.

Katakan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang