34 Check the Group!

10.8K 531 1
                                    

Pukul 10.05 pagi, Rony sudah sampai di Studionya. Perasaannya sudah mendingan. Malamnya dia tidur nyenyak? tidak. Dia tidak bisa tidur hingga kokok ayam pertama terdengar. Tapi pikirannya lebih tenang untuk memikirkan hidupnya selanjutnya.

Dia mengelilingi ruang demi ruang. Ada banyak barang yang baru di studio itu, sepertinya barang-barang persiapan untuk acara mereka, beberapa wardrobe dan properti. Rony membuat secangkir kopi americano dari coffee mesin di pantry.

Dia memilih duduk di meja besar biasa mereka berkumpul. Studio ini tidak memiliki ruang kerja yang pasti, hanya satu meja khusus untuk Anggis sebagai admin, karena dia harus menyimpan berkas-berkas. Lainnya bisa bekerja dimana-mana hatinya senang. Rony kemudian membuka laptopnya.

Rony : Nanti kalau bisa meeting ya di studio, jam 11.00, gue butuh update.

Begitu pemberitahuan yang ia bagikan di grup chat. Dia tidak membaca balasan-balasannya yang membuat hp-nya bergetar cukup sering. Entah karena memang rajin atau penasaran dengan kondisi Rony, jam 10.30 tim sudah lengkap. Beberapa sudah langsung membuka buku catatan di meja yang sama dengan Rony. Ada yang membuat minuman, ada pula yang makan sarapan terlebih dahulu.

Rony tidak banyak berbicara, hanya menyapa teman-temannya sekedarnya saja. Teman-temannya tidak ada yang berani menyapanya juga. Melihat kondisi Rony yang kuyu, sedikit pucat dan mata yang tidak segar teman-temannya tau kalau Rony tidak baik-baik saja. Mereka tidak mau merusak mood Rony sebelum meeting selesai. Bahkan Paul dan Neyl yang dekat dengan Rony menahan diri untuk berbicara banyak. Pesan mereka berdua selama dua hari kemarin diabaikan oleh Rony.

Setelah semua siap, pukul 11.07 rapat dimulai. Rony memimpin Rapat tersebut.

"Selamat siang teman-teman. Sebelumnya gue mau berterima kasih atas pengertian kalian beberapa hari kemarin, gue juga mau minta maaf karena profesionalitas gue sedikit terganggu," ucap Rony memulai rapat.

Suasananya agak sedikit tegang. Jarang sebenarnya rapat seformal ini di antara mereka. Biasanya rapat mulai begitu saja dengan santai. Teman-teman Rony memandangnya dengan seksama.

"Update ke gue yang udah dikerjakan masing-masing team dan yang diperlukan serta hal-hal yang perlu diputuskan segera. Kalau dari update kemarin 80% persiapan kita sudah cukup oke. Gue minta rapat ini dilakukan dengan cepat saja. Gue tau kalian lebih penasaran dengan pembahasan kehidupan pribadi gue," ungkap Rony, kalimat terakhirnya membuat teman-temannya tersenyum dan lebih rileks.

Suasana sedikit lebih cair. Setiap tim mengungkapkan perkembangan urusan masing-masing. Beberapa kali antar tim juga saling cross-check dengan tim yang lain. Teamwork mereka sudah terjalin selama 3 tahun di studio ini, sehingga mereka seakan sudah memiliki chemistry yang kuat. Mengenal kelebihan dan menerima kekurangan satu sama lain.

"Paul, untuk acara ini tolong kau jangan banyak-banyak menghabiskan anggaran untuk pengairan," ungkap Novia. Yang disebut pengairan maksudnya adalah minuman.

"Enggak lah Nov, nanti aku dimarahin Nabila," jawab Paul yang langsung dilirik oleh Rony yang memasang wajah datar, namun mengintimidasi, "Nanti aku bisa digorok abangnya!" canda Paul.

"Tenang gue tetep alokasikan tapi nggak banyak-banyak. Yang butuh banyak sebenarnya untuk properti, panggung kita sederhana, namun konsepnya lebih bermain di lighting untuk menghidupkan suasana. Jadi kita perlu sewa lighting dalam jumlah banyak,"

"Oya, karena itu kita juga perlu ekstra genset," pinta Paul.

"Kau yang benar sewa genset Man. Jangan keliru lagi dengan genset sedot air," Anggis mengingatkan.

"Hahahaha...." tawa pun pecah, mengingat kejadian setahun lalu yang masih lucu kalau dibahas kembali.

"Kak Rony, nanti ada beberapa berkas yang mesti ditandatangani untuk kontrak dengan beberapa vendor dan artisnya. Aku udah revisi dari review Kak Rony kemarin," Anggis yang melapor sekarang. Rony mengangguk.

Katakan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang