"Ron, Aku mau ngobrol," ucap Anang setelah Rony selesai makan siang.Anang mengajak Rony ke kebunnya tidak seberapa jauh dari rumah. Mereka berjalan melewati desa, Anang memandu di depan. Disana ada Kolam ikan yang cukup besar dengan sebuah gazebo di salah satu sisinya. Ada satu set kursi sedan yang menghadap ke kolam itu. Beberapa pohon besar berdiri tegak di tanah pekarangan yang cukup luas itu. Salma suka pohon-pohon.
Sepanjang jalan Rony deg-degan.
Rony baru tidur setelah adzan subuh berkumandang, alhasil dia bangun kesiangan. Salma sudah pergi ke rumah neneknya tadi pagi, hal itu membuat hatinya kacau balau.
Sepertinya Anang sekarang sedang serius. Ada emosi yang ditahannya, nampak dari rupa wajahnya. Sekarang mereka sudah ada di gazebo dengan pantry kecil di salah satu sudutnya. Ada sebuah mini compo di meja kecil di sudut lainnya. Sepertinya ini tempat favorit Anang. Anang mengambil dua buah gelas di rak pantry, kemudian menarik sebuah laci kecil memanjang, rupanya ada sederet botol disana.
Rony sudah duduk di salah satu kursi, memandang kolam yang airnya nampak tenang kehijauan. Matanya sembab. Perdebatannya dengan Salma tadi malam membuat perasaannya kacau sekali. Dia menangis semalam. Ajakan Anang ke tempat ini membuatnya gelisah sekali. Tempat yang nyaman, kenapa dia harus kesini dalam keadaan seperti ini.
Anang memberikan sebuah gelas kepada Rony. Rony sempat terkejut memandangnya, segelas wine.
"Ambil Ron," ucap Anang.
"Apa ini Pah? Pah, lagi ngetes aku kah?" tanyanya kikuk, berniat bercanda tapi setengahnya kegelisahannya.
"Nggak, Ron, Aku cuma pengen ngobrol santai sama Kamu," ungkap Anang sambil sedikit tersenyum. Kenapa laki-laki dewasa sedang senang sekali mengajak pemuda ini ngobrol berdua. Rony menyambutnya. Anang menyeruputnya, Rony memandangnya lantas mengikutinya. Sebuah wine kualitas baik.
"Enak," ungkap Rony tulus.
"Iya, Aku punya beberapa wine terbaik. Wine untuk moment-moment penting dalam hidup aku. Ini salah satu yang papahmu suka juga, Ron,"
"Papah? Wine?" Rony sedikit terkejut.
"Sesekali, nggak papa, yang penting Kamu nggak bilang ke mamah Kamu, hahaha..."
"Mamah bakal kesel banget kalau tahu,"
"Iya, dia kesel karena nggak diajak," jawab Anang. "Oops, keceplosan..." Rony sedikit tersenyum. Dasar orang tua.
Rony merasakan kehangatan saat ini, Anang seperti tidak menganggapnya seperti orang lain. Seperti teman saja, atau saudara, atau anaknya?
"Papahmu pasti kesini kalau ke Jogja. Kadang kita mancing, atau ya cuma duduk begini saja. Ah, hidup di ibu kota pasti penat sekali. Aku nggak setangguh itu buat ke Jakarta. Papahmu lebih berani, makanya Aku yang minta papahmu yang mengembangkan bisnis kami di Jakarta," cerita Anang.
Kepingan cerita lain dari persahabatan papahnya dan Anang. Rony yang sekarang sedang mengupayakan perkembangan studionya sendiri merasakan perjuangannya.
Rony menyeringai sedikit, mengingat kejadian semalam membuatnya begitu kesal pada dirinya sendiri. Dia sudah menyakiti Salma. Dia merasa dirinya begitu bodoh. Menjadi orang yang temperamen, emosional dan bandel. Dadanya terasa sesak. Dia sudah mengecewakan Anang sedalam itu. Pasti papahnya juga kalau nanti sudah tahu masalah ini.
"Maafin Rony, Pah," ucap Rony, "Eh, Om, eh... Rony nggak tau apa masih pantas panggil seperti itu lagi,"
"Gapapa Ron, Kamu masih jadi anakku," jawab Anang yang malah semakin membuat Rony sesak. Matanya berkaca, diseruputnya lagi seteguk wine di gelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan [End]
FanfictionCerita mengenai perjodohan lelaki dan perempuan yang tidak mudah. Perjalananan panjang untuk bersatu bertemu cinta. Seperti layaknya perjalanan, dalam prosesnya bertemu jalan yang berlika liku juga tanjakan dan turunan. Sebuah perjalanan menelusuri...