29 I Know We're Not Fine

11.1K 581 13
                                    


"Mbak Asri, Caca dimana?" suara seorang laki-laki pada Mbak Asri yang terdengar dari kamar Rony.

Siapa lagi?

"Di teras belakang, Mas. Langsung aja kesana," sepertinya orang yang udah dikenal di rumah ini.

"Ca... Ca...!" panggilnya, terdengar tergopoh-gopoh. Namun tidak terdengar sambutan.

"Eh, Kamu..."

"Ca, Kamu nggak papa kan?" tanya suara tadi, "Aku khawatir banget tau! Kok nggak ngasih tau aku? Aku baru tau dari twitternya Galuh, duh.... itu kepala kenapa?" suara itu nampak sangat mencemaskan kondisi Salma.

Mendengar percakapan mereka Rony jadi penasaran. Rony sudah terbiasa dengan panggilan aku-kamu yang nampaknya umum di Jogja, tapi ini lain.

"Bocor, dijahit 3, tapi nggak papa, paling jadi jelek,"

"Ya ampuuun, tapi buatku Kamu tetep yang paling cantik!" ungkap suara berkarakter pria itu.

Rony sejenak curiga, menjadikannya tidak konsentrasi dengan pekerjaannya. Rony kemudian beranjak dari depan laptopnya. Hatinya bergemuruh, disambarnya handphonenya keluar dari kamar. Dilihatnya seorang cowok yang sekarang duduk di sebelah Salma, dia menjulurkan tangannya di sandaran belakang kursi Salma. Pemandangan yang terasa aneh, meskipun mungkin biasa untuk Salma yang punya banyak teman cowok. Tapi aneh.... Sekali lagi Rony meyakinkan dirinya.

Rony membuka hp-nya, membuka aplikasi pesan.

Rony : Paul, gue check agak maleman ya, suasana nggak kondusif.

Paul : oke Ron, take your time!

Dia tidak langsung menuju teras, tapi dia menuju dapur, membuat kopi.

"Ca, kita tu lama banget nggak ketemu, Kamu nggak ada kabar. Sekalinya ada kabar kok ya kecelakaan. Kamu nggak kangen po?"

Rony penasaran dengan respon Salma, "Eh, iya Dim," pendek saja.

"Kamu kalau butuh kemana-mana mbok kabari aku aja, biar aku anterin. Dari dulu sama aku Kamu nggak pernah jatuh kan?"

Deg! pernyataan yang bikin Rony sedikit tersentak. Siapa sebenarnya laki-laki ini? Rony berjalan ke teras.

"Eh, ada yang mau kopi?" ucap Rony sambil mengangkat gelas kopinya.

"Wedeeh, mau bikinin Ron?" tanya salah satu dari teman cowok Salma.

"Enggak donk, nanti minta tolong mbak Asri, hehehe,"

"Boleh deh," beberapa temen Salma menyahut.

"Jadi berapa?" Rony memastikan.

"7 Ron," Galuh memastikan.

"Lo enggak Do?" tanya Rony, Edo menggeleng.

"Aku lagi menjaga suaraku, ehm..." jawabnya.

"Alah alah...." ejek Salma. Rony pun menyampaikan pesanannya ke mbak Asri.

"Eh, sodara Lo ni Ca?" tanya cowok ngeselin tadi.

"Oh iya, Ron, kenalin temen gue satu lagi, Dimas. Dimas ini Rony dari Jakarta," Salma memperkenalkan, tapi tidak menyebutkan statusnya. Oh gini rasanya ga disebut statusnya. Saat ini Rony seperti haus validasi.

Rony dan Dimas bersalaman. Rony lalu menyalakan sebatang Rokok.

"Sa, Lo nggak pesen makanan apa gitu? lagi ngumpul gini," tanya Rony.

"Eh, iya, boleh tu, apa tapi ya?"

"Pizza atau apa kek," jawab Rony.

"Nanamia!" Galuh memberikan ide, menyebutkan salah satu kedai pizza di Jogja.

Katakan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang