54 Ijin untuk Pulang

9.6K 583 19
                                    


"Ca..." panggil Santi ke anaknya yang rupanya masih di kamar mandi kamarnya.

"Iya mah bentar, lagi cuci muka,"

Santi sudah duduk di atas ranjang. Suaminya, Anang, yang rupanya bersamanya sudah duduk di kursi, yang digeser mendekati ranjang tadi. Keduanya tentu punya maksud tersendiri mendatangi kamar anaknya. Mungkin mereka telah berdiskusi.

"Eh, Mah, Pah, wah ada apa ini?" ucap Salma yang terkaget akan keberadaan kedua orang tua dikamarnya.

"Sini duduk, Ca," pinta Santi sambil menepuk kasur di dekatnya. Salma mendudukkan dirinya di dekat Santi.

"Wah, aku mau di sidang ini,"

"Ye... Kamu ini, buruk sangka aja. Ya kan Kamu baru balik, bawa cowok lagi, mbok yo papah ni dicritani,"

"Pah, aku ga bawa, dia ngintil!"

"Mosok?" tanya Santi.

"Ya kan kemarin juga Caca bilang sama Mamah, Mamah juga tanya Papah kan, pas dia bilang mau ikut,"

"Iya, mamah tau dia mau ikut, tapi kok bisa, mau ngapain?"

"Travelling," ungkap Salma enteng.

"Ca, papah tanya serius. Gimana hubunganmu sama dia?"

"Terakhir Kamu nangis lho sebelum dia balik dari sini beberapa minggu lalu," Santi mengingatkan kejadian terakhir di rumah itu karena Rony. "Tadi dengerin cerita kalian udah kayak yang akrab banget,"

"Iya Mah, Pah, sekarang udah baikan,"

"Kamu jangan gampangan ah jadi cewek, Ca," Mamahnya memberi peringatan.

"Hemf," Salma menarik nafas, mungkin tiap orang yang tidak mengerti prosesnya ini akan mengira Salma sebagai cewek gampangan, padahal prosesnya panjang juga. Dan mengaduk emosi juga.

"Gara-gara surat itu?" tanya Santi.

"Itu salah satunya," Salma menunduk memulai cerita, "Surat itu bikin Caca sadar kalau Caca juga salah malam itu. Caca hanya ngikutin emosi. Rony juga gitu, gara-gara ada Dimas yang datang hari itu, dia juga emosi. Salahnya Caca sama Rony cuma ngobrol di chat. Padahal kami di rumah yang sama. Ya, intinya kita sama-sama salah malam itu,"

"Terus kok bisa baikan lagi?" Anang yang penasaran sekarang, mendengar cerita anaknya seperti melihat putrinya yang mendewasa, bukan lagi anak kecil.

"Ketemu di kampus, nggak sengaja, ajaib banget, deh Pah. Kek semesta tu kasih jalan gitu aja," cerita Salma bersemangat menceritakan pertemuannya kembali dengan Rony.

"Terus, terus?" tanya Santi, tidak kalah penasaran.

"Mamah kek tukang parkir deh,"

"Caca.... terus gimana bisa baikan?" Anang yang meluruskan, ini serius.

"Ya, kami ngobrolin duduk perkaranya. Caca sama Rony si sama-sama nggak mau hubungan dua keluarga yang udah baik jadi ga baik. Itu aja niatnya. Kami berteman aja. Terus, Caca bantuin tim studionya, Caca tinggal di rumahnya, gimana ga baikan?"

Anang dan Santi merasa kedewasaan anak perempuannya beranjak dari putri mungilnya, juga Rony. Keduanya memikirkan relasi kedua keluarga. Anang menyungging senyum tipis.

"Makin deket?" tandas Anang.

"Ya sama aja kek sebelum marahan,"

"Eh, mamah penasaran, kalian jadian kapan si?" Santi ikut penasaran.

"Belum jadian," jawab Salma datar.

"Heh? Ga percaya, di rumah sakit waktu itu Rony udah kek gitu kok ga jadian. Kemarin bilang udah ada rencana travelling dari sebelum Rony sunat. Ini dia ikut kesini lagi," Santi memberondong dengan kenyataan-kenyataan.

Katakan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang