59 Day 3: Bandungan-Semarang

10.2K 514 48
                                    

R~ : Sa, udah bangun?
R~ : Sini ke atas
R~ : image received

Rony mengirimkan pesan ke Salma ketika didengarnya suara kamar mandi dibuka dan ditutup. Jam menunjukkan pukul 05.30. Rony sudah bangun lebih awal, iya kebiasaannya. Dibukanya gorden yang menutup jendela kaca besar, selebar ruang kamarnya. Dia sedang menikmati kopi yang tidak terlalu hangat di tumbler tahan panasnya. Dia memesan minuman itu semalam sebelum kembali ke kamar. Menikmatinya dari atas kasurnya, memandang matahari yang pelan-pelan menyembul dari balik kabut. 

Tak berselang lama ada suara kaki menaiki tangga dengan tergesa. Salma membawa tumbler tahan panasnya juga.

"Aaaah curang!" teriaknya iri saat tiba di lantai mezzanine dimana Rony tidur. Si empunya kamar hanya tersenyum tengil.

Dari jendela lebar di kamar mezzanine tampak matahari yang sudah sedikit lebih tinggi. Tidak terlalu terang karena terhalang kabut tipis, namun tetap menawan. Foto pemandangan yang tadi dikirimkan Rony pada Salma. Rony menepuk ranjangnya, meminta Salma duduk disana.

"Cakep banget Ron! Sumpah ya, gue kek dapet surprise bertubi-tubi," ucap Salma sambil mengambil gambar dengan hp-nya.

"Caca seneng?" tanya Rony di sebelahnya.

Salma, langsung merangkulkan lengannya ke lengan Rony, "Gue seneng, seneng banget, Ron!!!"

Rony lebih dari senang melihat perempuan itu kegirangan. "Liat mataharinya dulu," titah Rony.

Keduanya diam melihat pergerakan pelan matahari. Perlahan sinarnya menyentuh pucuk-pucuk pepohonan di indahnya perbukitan Gunung Ungaran. "Indah banget ya? Kita sama-sama tahu, hal ini terjadi setiap hari, just like another ordinary day. Tapi sering kali kesadaran kita mengabaikannya," ucap Rony pelan.

"Iya, sebenarnya ga perlu ke tempat seperti ini, cukup bangun pagi," ucap Salma.

Lanjut Rony, "Atau nggak tidur sama sekali, hehehe."

"Lo tidur nyenyak?" tanya Salma sambil minum lemon tea di tumbler-nya sendiri.

"Hm..." Rony hanya menyahut, masih memandang matahari.

"Gue enggak," Salma bercerita sendiri.

"Kenapa?"

"Mungkin, over excited, semalam begitu manis," Rony tersenyum dengan sikap Salma.

"Itu Lo sugarush, hehehe," ucap Rony dengan suara seraknya. Lanjutnya, "Gue juga enggak."

"Eh?"

"Gue nggak nyangka aja kita di tahap ini, tiap kali awal pertemuan kita, pasti kenalan lagi, kenalan lagi, gimana mau bertambah tahapannya,"

"He... iya juga," ucap Salma, terkekeh dengan apa yang baru saja Rony sampaikan.

Rony menyandarkan dagunya ke bahu Salma yang masih fokus menyaksikan matahari yang meninggi. Tangan Rony melingkar di pinggangnya.

"Sa, gue sayang banget sama Lo, Lo mau ya terus bareng-bareng sama gue. Kita berbagi perjalanan hidup, meski berliku, naik turun, juga berbagi segala kejutan-kejutannya," ungkap Rony panjang. 

Salma langsung terkejut dengan pergerakan Rony. Juga ucapan kalimatnya yang lebih panjang dari biasanya. Jantungnya berdetak hebat. 'Sayang'? Kata itu baru terucap dari bibir lelaki itu, bahkan semalam kata itu tidak keluar dari keduanya. Bukankah itu yang ia harapkan selama ini?

Salma melonggarkan pelukan Rony, ia menatap mata teduh Rony. Mereka saling berhadapan. Sebelah tangan salma ditangkupkan ke wajah Rony.

"Ron... gue juga sayaaang banget sama Lo, perjuangan Lo, perjalanan kita, semuanya kasih warna baru di hidup gue. Gue mau banget Ron, berbagi jalan hidup bareng-bareng sama Lo," ucap Salma tanpa melepas tatapan ke wajah Rony.

Katakan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang