Yerim pov
Pada dasarnya aku disini. Menunggu suamiku untuk bangun dari komanya. Sudah beberapa hari namun ia belum juga bangun dari tidur panjangnya. Sayang... aku mohon bangun sayang.. apa kamu tidak ingin melihat bayi kita? Aku akan melahirkannya untukmu.. tolong bangun.
Aku duduk di sisi ranjangnya setia mendampinginya hingga mengenggam tangannya erat tanpa ingin melepaskan genggamannya.
"Sayang... aku disini lagi... aku selalu menunggu kamu bangun... tolong kali ini bangun please... aku sangat merindukanmu.. juga nada" kataku menitihkan air mataku.
Sejak kemarin putriku bertanya dimana appanya berada. Dia ingin tau dimana appanya dan kenapa tidak datang kerumah untuk menemuinya. Aku katakan padanya semua akan baik baik saja dan appa akan segera pulang.
"Kau tau? Nada kita terus mencarimu.. dia ingin bertemu appanya.. ayo bangun dan temui dia.. bermain kembali dengannya sayang" kataku menangis tersedu sedu di sisinya.
Aku mencium punggung tangannya sambil menangis tersedu sedu. Aku harap dia akan bangun dan menemui kami semua.
Tak lama, pintu kamar ruang inap suamiku terbuka. Itu ibuku dan beardy yang datang bersama putri kami. Oh apa mereka membawanya kemari?.
"Momma!!" Putriku berlari menghampiriku dan aku menyambutnya penuh suka cita bahagia.
Sebanyak aku sedang sedih, aku perlu tersenyum di depan anakki tercinta. Aku menggendongnya sebentar lalu menghujani banyak ciuman untuknya. Sejak aku menemani appanya disini aku jarang bertemu dengannya.
"Kamu datang hm?" Tanyaku padanya.
"Yerim, maaf.. mom harus membawanya.. dia menanyakan atasa terus" ibuku berkata dan aku tak masalah.
"Tak apa,mom.. sudah seharusnya nada tau dimana appanya" kataku dan mereka tersenyum.
"Momma? Itu appa?" Tanyanya menunjuk appanya yang tengah berbaring lemah di ranjang rumah sakit.
Aku membawanya ke arah appanya agar dia bisa melihat appanya. Aku meletakan dia di atas ranjang agar dia bisa melihat appanya dengan jelas. Dia duduk di sisi appanya menghadap appanya.
"Momma? Appa tenapa? Tenapa appa bobo dicini?" Tanyanya dan aku tersenyum lirih ke arahnya.
"Nada... appa sedang sakit.. itu sebabnya appa tidur disini.. nada doakan appa semoga appa cepat bangun dan sembuh ne" kataku dan anak itu menganggukan kepalanya cepat kemudian menatap appanya lagi.
"Hawoo appa... ni nada.. appa! Nada dicini!! Anun appa!" Anakku membangunkan appanya. Dia mendekati wajah appanya lalu menangkup kedua pipi appanya dengan tangan mungilnya.
"Appa? Appa tenapa bobo dicini? Ayo puyang! Bobo cama nada appa!" Katanya dan apa aku bisa menahan tangisku? Tidak! Ya tuhan.. sanggupkah dirimu melihat anakku menangis jika harus kehilangan sosok pelindung yang dia cintai selama ini?.
Aku membuang wajahku kemudian menumpahkan tangisku. Ini benar benar menyakitiku secara batin karna aku tau bahwa seberapa dekatnya nada dengan appanya.
"Appa... micyu... ayo puyang appa... nada inin bobo cama appa" katanya saat dia memeluk tubuh appanya, menyandarkan kepalanya di dada appanya dan dengan tenang berbaring disana seperti yang selalu ia lakukan ketika ia akan tidur dimalam hari.
Aku semakin menangis melihat ini. Betapa aku sangat takut kehilangan dirinya dalam hidup kami.. aku harap tuhan berbuat baik pada kami untuk membangunkannya.
"Atapu appa... nada cayang appa.." katanya mengecup pipi appanya dengan manis.
Aku membalik tubuhku untuk menangis sekeras mungkin karna tak sanggup melihat ini. Ibu ku mendekatiku lalu memelukku dengan hangat dan penuh kasih.. aku harap dia benar benar bangun untuk kami. Aku tak sanggup jika harus kehilangan dia saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky & butterfly 3 the next gen manoban
FanficBuku ketiga Sky dan butterfly. Menceritakan kehidupan asmara kedua anak remaja jenlisa yang sudah tumbuh dewasa dengan pasangan hidup mereka masing masing Futa!!! Gk boleh salah lapak!! 20++++ Selamat membaca