••••
••••
Kaynara menunggu dengan cemas. Hatinya tidak tenang karena hingga bel masuk berbunyi, Rafael masih belum datang juga. Ia beranggapan bahwa Rafael mungkin datang terlambat, tapi sampai sekarang pria itu masih belum datang. Padahal jam pelajaran pertama sudah dimulai sejak lima belas menit yang lalu.
Berkali-kali Kaynara menatap ke arah pintu kelas, berharap Rafael akan muncul dengan cengirannya dan meminta maaf karena datang terlambat. Meskipun nantinya pria itu akan mendapatkan hukuman, entah berdiri di dekat papan tulis ataupun tidak diperbolehkan mengikuti pelajaran, tapi setidaknya Kaynara bisa melihat kehadirannya.
Tapi, sekarang tidak. Rafael sama sekali tidak terlihat. Diam-diam Kaynara melirik guru yang sedang fokus menjelaskan lalu ketika merasa cukup aman Kaynara mengeluarkan ponselnya. Ia melihat sebentar untuk memastikan, apakah Rafael memberikan kabar padanya atau tidak?
Dan ternyata tidak. Rafael tidak memberikan kabar. Ia juga tidak berangkat ke sekolah hingga membuat Kaynara terus memikirkannya sepanjang jam pelajaran pertama berlangsung.
Kaynara benci situasi ini. Ketika ia begitu mencemaskan Rafael yang sering kali menganggap remeh rasa cemasnya terhadap pria itu. Rafael sering sekali seperti ini, menghilang tanpa kabar dan ketika tiba-tiba muncul Ia akan bersikap biasa saja.
"Ghea, kira-kira kenapa Ael enggak masuk?" tanya Kaynara sambil melirik ke arah teman sebangkunya.
"Mungkin.., sakit? Nanti kita tanya Elang," jawab Ghea, menyebutkan nama teman baik Rafael.
"Tapi, Elang juga enggak datang," kata Kaynara yang membuat Ghea menoleh untuk melihat.
"Eh? Lah iya, beneran enggak ada juga. Mungkin mereka telat bareng, kita lihat nanti pas pelajaran kedua, siapa tau mereka masuk kelas." Ghea mengusap pelan pundak Kaynara agar temannya itu tidak cemas.
"Kenapa dia enggak ngabarin kalau enggak berangkat ke sekolah?" keluh Kaynara.
Dia bukan hanya cemas karena Rafael tidak datang, tapi juga kesal karena pria itu tidak memberikan kabar apa-apa padanya.
Kaynara berdecak kesal. Ia mengambil pulpen yang ada di atas meja dan mencoret-coret bagian belakang bukunya dengan penuh kekesalan. Ghea yang melihat itu pun hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Terkadang Ia bingung dengan Kaynara dan Rafael. Kedua orang itu selalu mengatakan bahwa mereka hanya teman, tapi memang ada teman yang seperti mereka???
Entahlah Ghea juga tidak mengerti.
••••
"El, kalau Kaynara marah gue enggak tanggung jawab."
Perkataan Elang barusan membuat Rafael tersenyum tipis. Ia tak menanggapi, sibuk dengan rokok yang ada di tangannya. Rafael tau jika Kaynara melihatnya merokok pasti gadis itu akan marah, ditambah kalau Ia tau Rafael melakukannya di area sekolah, pasti akan semakin marah.