Kana berjalan menggerakkan kakinya senada dengan ritme musik yang mengalun. Walaupun tatapannya menancap lurus ke depan, perhatiannya melayang dan berkelana jauh entah kemana. Jemarinya sesekali meremat dan menggulung kabel earphone yang menggantung pada kedua telinga.
Lagu berjudul Glide dari soundtrack film All About Lily Chou Chou sedari tadi terputar tanpa adanya jeda.
"I wanna be, I wanna be
I wanna be just like a melody
Just like a simple sound
Like in harmony~"Ransel biru muda yang terpasang kini mulai luruh dari pundak. Seragamnya masih terlihat rapih karena ia tak begitu mengikuti banyak aktivitas seharian. Keringatnya perlahan kembali mengering berkat hembusan angin yang kerap kali bersinggungan.
"I wanna be, I, I wanna be
I wanna be just like the sky
Just fly so far away
To another place~"Langit sudah menunjukkan rona menjelang senja. Burung-burung sesekali berterbangan di atas udara sebagai pengingat kepada manusia untuk segera bergegas pulang.
Karena lingkungan sekitar yang begitu sunyi, tanpa sadar Kana mulai ikut bersenandung lirih.
"To be, to be, to be
To be away from all
Oh I want, I want, I need be one
Oh, to be one of everything~"Kana sadar betul tanggal berapa hari ini.
1 September.
Dan karena alasan itulah, perasaanya melembab menjadi lebih melankolis.
Apakah ia sedih?
Tak juga.Apakah ia bahagia?
Yang pasti ia tak terpuruk seperti dahulu kala.Kana tak kenapa-napa.
Hanya saja... Hari ini, di setiap tahunnya, labirin memori milik Kana akan terbuka dengan lebar. Mau tak mau, ia akan merasakan cengkraman nostalgia dari masa lampau.
Kenangan lama dari saat jiwanya masih utuh, sampai kenangan yang belum begitu lama saat ia sudah hancur, semuanya akan kembali Kana ingat.
Secara tak sadar, Kana akan mulai membandingkan kehidupannya yang sekarang dengan kehidupannya yang sudah berlalu.
Itulah yang biasanya ia lakukan.Tetapi untuk saat ini, rasanya ada yang berbeda.
Kana merasa kebas.
Ia tak merasa begitu kesakitan saat mengingat kenangan pada hari ini ditahun-tahun sebelumnya.Ia merasa... Baik-baik saja.
Tepat pada pukul dua belas malam, Fino mengiriminya pesan beruntun yang begitu panjang. Semuanya berisikan doa-doa dan harapan. Jangan lupa dengan emoji acak yang selalu ia gunakan.
Kana menggelengkan kepalanya geli, lalu ia membalas bentuk ucapan selamat itu dengan sama antusiasnya.
Ternyata Fino masih ingat.
Kegiatan Kana hari ini di sekolah pun terasa ringan. Entah ada apa gerangan, tetapi para guru hanya datang untuk memberikan tugas dan berlalu begitu saja. Soal-soal yang diberikan pun tidaklah sulit untuk dikerjakan.
Oleh karena itu, ia memiliki waktu lebih untuk berbincang dengan teman-temannya.Ia menghabiskan sepenggal dari hari ini hanya dengan tertawa renyah.
Walaupum begitu, Kana belum memberitahu mereka pasal peringatan apa mengenai hari ini. Jadi Kana pun sama sekali tak berekspetasi untuk mendapatkan kata-kata manis atau perlakuan spesial.
Tak usah menunggu untuk hari ini datang, setiap harinya mereka selalu memperlakukan Kana dengan penuh kepedulian.
Setelah berjalan selama kurang dari setengah jam, akhirnya Kana sampai pada pekarangan rumahnya. Kana mengatur nafas dan melepaskan earphonenya terlebih dahulu, lalu ia kembali melanjutkan perjalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkana dan Albara
RomanceSurat cinta untuk masa remaja, simfoni pahit dan manisnya cinta pertama, senandung kosong berdebu dari sebuah duka. . . . Arkana memutuskan untuk kembali melanjutkan hidupnya setelah sempat terjatuh ke jurang depresi. Rumah baru, sekolah baru, kota...