Everlasting (Chapter 14)

365 45 6
                                    

Boruto tidak bisa melepas senyumnya sejak berangkat dari kastil ke akademi. Hari ini dia mengajar anak-anak kembali. Sebelumnya, di depan gerbang, dengan aura pengantin baru yang menguar dari dirinya dan Sarada hingga Mitsuki menatap malas, memilih pergi ke rumah penyihir hitam dari pada menjadi lalat hijau diantara mereka. 

Boruto mendekap erat Sarada yang mengenakan dress panjang berwarna kuning, menambah kesan cerah dan ceria di sekeliling mereka. 

"Aku akan kembali sebelum petang." Ujar Boruto menatap onyx yang bersinar indah. Rasa enggan untuk melepaskan tangannya dari pinggang ramping Sarada berkali-kali dia rasakan. Boruto mendesah panjang. "Bisakan aku bolos saja?"

"Kau bilang menyukai pekerjaan ini."

"Tapi aku lebih menyukai bersama denganmu dari pada pekerjaan ini."

Sarada mengulum senyumnya. Dengan mata berkilat menggoda, wanita itu menaruh tangannya di pundak Boruto. Mengelus pundak tegap yang merengkuhnya dengan panas sepanjang malam.

"Jangan memulai, Sarada!" Boruto memperingati. "Tanpa kau goda aku sudah tergoda."

Sarada menyemburkan tawanya. Mengabaikan perintah itu, Sarada makin mendekatkan wajah mereka menarik tengkuk Boruto. "Kalau kau sudah bosan dengan anak-anak di akademi. Aku bisa membantumu memiliki yang seperti mereka di kastil ini."

"Memiliki yang seperti mereka?" Boruto bergumam pelan. Tak lama matanya membelalak dengan rona merah di pipinya. "Sarada kau benar-benar—" Boruto membekap mulutnya. Apa Sarada mengajaknya membuat anak? Buah hati mereka? Itu bukan ide yang buruk. Tapi sanggup membuat jantung Boruto berhenti berdetak sepersekian detik untuk kemudian berdetak jauh lebih kencang dari sebelumnya.

"Bagaimana?" Tawar Sarada dengan wajah berseri-seri. 

"Aku ingin." Boruto berkata jujur. "Tapi karena kau membahas itu. Aku jadi berfikir akan jadi apa aku di mata anak kita jika tak punya pekerjaan apapun untuk ku banggakan. Jadi.. Sampai jumpa nanti malam." Boruto melambaikan tangannya. Membuat Sarada cemberut. Dan dengan satu gerakan lelaki itu mengecup dahi Sarada sebelum benar-benar pergi.

*****

"Ku rasa ada yang tidak sabar untuk pulang."

Kawaki di sebelah mejanya menatapnya menggoda dengan alis di naik turunkan. 

"Apaa?"

"Terlalu jelas Boruto. Kau... tersenyum seperti orang tidak waras bahkan saat mengajar anak-anak kau banyak tidak fokus. Apa wanita yang mengacaukan pernikahanmu itu wanita yang kau bilang paling cantik yang pernah kau temui?"

Boruto tertangkap basah mengangguk.

"Huh?! Dia juga menyukaimu rupanya. Padahal aku ingin berkenalan saat pertama melihatnya."

"Apa?!" Boruto memekik marah. Kawaki tertawa melihat ekspresi kesal Boruto.

"Hanya bercanda kawan." Ucapnya memukul pundak Boruto yang kaku. "Tapi ku akui.. Pujianmu untuknya bukan omong kosong. Kapan kau melamarnya?"

"Dia sudah menjadi istriku."

Kawaki membelalak. "Apa?" 

"Aku tetap menikah hari itu. Dengan wanita yang kusuka bukan wanita yang di jodohkan denganku."

"Bajingan beruntung. Pantas saja hari ini kau seperti tak sabar untuk pulang." Kawaki mencekik leher Boruto dengan lengannya lalu berteriak mengumumkan pernikahan Boruto pada teman-temannya yang lain. 

Namun, diantara banyaknya sorak bahagia. Seseorang menatapnya dengan raut kebencian di wajahnya.

*****

21+ BorutoxSarada Fanfiction (Kumpulan Cerpen BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang