Everlasting (Chapter 13)

473 55 9
                                    

Setelah semalaman memberi waktu Boruto berfikir. Sarada tak dapat menahan diri untuk mendengar pendapat lelaki itu.

Tapi sebanyak apapun dia mengitari kastil, Boruto tidak ada disana.

Mitsuki yang baru saja akan pergi ke desa untuk mencari beberapa perlengkapan yang suda habis melihat Nona-nya termurung di depan pintu. Lelaki itu mendekati Sarada.

"Kenapa kau berdiri disini dengan baju tipis itu?" Tanya Mitsuki.

Sarada bergeming dengan rona sedih di wajahnya. Mitsuki menatap matahari yang sudah mulai meninggi. "Jika Nona bertengkar dengan Tuan. Kau bisa memukulnya saat dia kembali. Aku harus pergi memberi beberapa rempah."

Mitsuki menghentikan langkahnya karena Sarada menahan bajunya. Wajah Sarada tertunduk dalam. "Kemana Boruto?" Tanya Wanita itu pelan.

"Tentu saja mengantar Nyonya Hinata. Tadi pagi-pagi sekali mereka pergi dan karena Tuan bilang kau masih tidur. Uzumaki-sama tak ingin membangunkanmu."

Sarada termenung di tempat. Bahkan ketika Mitsuki sudah jauh pergi. Dia terduduk sendirian di depan pintu gerbang. Menatap lurus ke jalanan setapak menuju desa.

"Kau.. Akan kembali kan, Boruto?" Bibirnya bergetar berucap lirih.

*****

Hinata meraih wajah putranya saat mereka sudah sampai di rumah keluarga Uzumaki. "Kunjungi Kaa-san lebih sering Boruto. Otou-sama mu tak sungguhan saat menyuruhmu tidak pernah kembali kesini."

Boruto tersenyum. Mengenggam tangan Kaa-san nya lembut. Mengangguk pelan mengiringi langkah Hinata masuk ke rumah itu.

Setelah mengantar Hinata. Senyum di wajah Boruto menghilang. Lelaki itu berjalan pelan di setapak desa. Tak berminat kembali ke kastil sekarang.

Sepanjang malam dia berfikir banyak hal.

Jika Sarada imortal, juga jika Sarada adalah anak dari Uchiha Sasuke dan Sakura. Berarti...

"Dia tunangan Kakek buyutku." Boruto mendengus kesal menyadari fakta itu. Ada kecemburuan di hatinya saat berfikir wanita itu pernah menjadi milik pria lain. Walaupun Sarada dan Kakek buyutnya tak pernah bertemu. "Tapi tetap saja. Sialan."

Boruto rasanya ingin mencabik-cabik Kakek buyutnya yang juga tak pernah dia temui itu. Boruto tau itu kecemburuan yang tidak rasional. "Tapi tetap saja—"

Ketika dirinya memasuki area pasar. Pedangan-pedagang begitu bersemangat menawarkan dagangannya. Berteriak menarik pembeli.

"Gunakan ini untuk menjadi awet muda Tuan.. Bahkan saat umurmu 100 tahun kau bisa berwajah seperti 20 tahunan." Ucap seorang pedagang yang tak sengaja Boruto dengar membuatnya tertegun.

'Tunggu—' Boruto melupakan hal terpenting dari semua keterkejutannya perkara ke imortalan Sarada.

Langkah kakinya terhenti di depan pedagang lulur lumpur pegunungan terkenal itu.

'Jika Sarada adalah bayi itu. Berarti..  Usianya sudah.. 100 tahun?'

Boruto merasa kepanikan dalam dirinya. Jika dirinya yang berumur 100 tahun sudah pasti dia akan terlihat seperti aki-aki dengan perut buncit, tubuh pendek, beruban, dan bungkuk. Bukan sosok tampan seperti dirinya sekarang. Sementara Sarada.. Di umur 100 tahun.

"AISHHHH..!!! DIA MASIH SANGAT CANTIK DAN SEKSI." Boruto mencengkram rambutnya, berucap keras-keras melupakan orang-orang. Dengan gerudukan, lelaki itu membelah kerumunan orang yang mengerubungi pedagang lulur itu. Dan Boruto memborong semua lulur itu tak bersisa.

"Siall—" Boruto harus rajin merawat diri jika tak ingin Sarada meninggalkannya karena dia yang menua dengan cepat.

Ketika kembali, Boruto terkejut melihat Sarada tertidur di kursi dekat pintu. Lelaki itu dengan membawa banyak kantong lulur yang dia beli mendekat.

21+ BorutoxSarada Fanfiction (Kumpulan Cerpen BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang