#14# Stop or not ?

1.5K 139 0
                                    

Aku meneguk ludah karena tegang menunggu tanggapan Jess. Gadis itu masih terdiam seolah sedang mencerna apa yang baru saja dilihatnya dari pikiranku.

Tiba-tiba, Jess tertawa keras sambil memegangi perutnya.
"Kau benar-benar lucu, Dylan ! Kau pikir aku bisa termakan gurauanmu itu ??? Ini belum april mop loh ! Tapi, kuakui kau aktor yang hebat ! Aku hampir saja tertipu !" Jess masih tergelak. Aku bengong melihatnya.

"Aku tidak bercanda. Itu serius."

Suaraku terdengar jelas di antara tawanya yang keras. Jess berhenti tertawa dan memandangku kembali.

Memangnya kau tidak heran kenapa aku selalu memikirkan darah ??? Tentu saja karena aku ini memang benar-benar vampir !
Aku berusaha menjelaskan padanya melalui pikiranku karena tidak mungkin aku membeberkannya terang-terangan.

Jess mengernyit dan mencondongkan tubuhnya ke arahku untuk berbisik.
"Memangnya hal seperti itu ada ? Ini abad 21 loh."

"Kenyataannya keluargaku ada sampai sekarang. Tidak ada yang tau soal ras kami sama sekali. Akan sangat berbahaya jika orang-orang memgetahuinya." Aku ikut berbisik ke arahnya.

"Kenapa berbahaya ?" Heran Jess.

Jika mereka tau, mereka pasti akan memperlakukan kami dengan tidak adil dan mengucilkan kami. Mungkin saja mereka membunuh kami. Padahal kami tidak menyakiti atau membunuh manusia sama sekali !
Aku selalu menjelaskan hal-hal seperti itu melalui pikiranku agar tidak ada yang curiga.

"Bagaimana aku bisa yakin kalau kalian tidak melakukan hal-hal seperti itu ? Di film-film 'kan sering dibilang kalau va..."

"Sssttt !!! Jangan katakan ! Pakai kode saja !" Desisku. Aku tidak ingin ada yang mendengar percakapan kami sama sekali walaupun kami sedang duduk di bawah pohon dekat lapangan bola yang ramai karena pertandingan kecil-kecilan.

"Ah, baiklah. Maksudku kalo di film-film, V ini selalu membunuh M untuk mendapatkan D. Bahkan jika V menghisap D, si M bakal jadi V juga 'kan ?" Jess bicara cepat tanpa kesulitan mengubah kata-katanya menjadi.kode.

Tidak seperti itu pada kenyataannya. Kami hanya membutuhkan darah untuk memperbaiki rupa kami hingga bisa mendapatkan kehidupan yang lebih layak.

Jess mengangguk setelah memandangku beberapa detik. Keningnya berkerut berusaha memahami hal ini walaupun nampaknya ia masih kurang percaya.

"Kalau gitu, kau seharusnya gak buntal dan mengenaskan seperti ini dong ?"

Aku menghela napas meratapi diriku lagi. Jess tidak menoleh dariku untuk membaca pikiranku.

Karena keluargaku miskin makanya aku masih tetap dalam bentuk buruk rupa. Semua vampir awalnya juga sama seperti aku. Hanya saja jika mereka berhasil menemukan manusia yang sukarela memberikan darah mereka, wujud mereka akan berubah rupawan dan tentunya mereka akan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak hingga bisa menjadi konglomerat atau milyuner. Setelah itu, jika mereka menikah dengan manusia, anak mereka bisa mendapatkan keuntungan dari kekayaan orangtuanya. Mereka bisa membeli budak untuk dihisap darahnya. Tapi, nasibku apes sekali. Tidak ada gadis yang mau kudekati...padahal aku cuma ingin merubah nasib saja...

Jess menatap iba padaku.
"Kenapa harus wanita ?" tanyanya.

Sudah menjadi aturan bahwa darah yang berlaku untuk mengubah penampilan adalah darah dari lawan jenis yang manusia. Jika sesama vampir, tidak akan berguna sama sekali.

Ia mengangguk-angguk lagi. Tiba-tiba, dijulurkannya lengannya ke arahku. Aku menoleh bingung.

"Coba buktikan. Gigit saja aku. Aku mau lihat apa bisa diubah penampilanmu ini hanya dengan mengandalkan D." Jess terlihat mencibir dan aku tahu dia belum percaya semudah itu.

Tapi, apa tidak salah dia menyodorkan darahnya terang-terangan seperti ini padaku ???

Aku masih cukup kaget dan terdiam beberapa saat. Kupandangi sekeliling untuk memastikan tidak ada orang yang melihat. Tapi, lokasi kami benar-benar tidak strategis.

"Ayo, ke perpus saja." ajakku. Jess menaikkan sebelah alisnya dan mengikutiku.
"Awas saja kalau kau bohong atau kau coba-coba menjebakku. Aku ini pemegang sabuk hitam Taekwondo loh."

Well, memang Jess kelihatan lebih berotot dibandingkan para gadis di sekolahku walaupun dia kurus.

"Kalaupun aku mau macam-macam padamu, akan mudah bagimu untuk menggelindingkan aku kayak bola, bukan ? Aku beritahu padamu ya, aku ini kalau sudah terjatuh bakalan susah berdiri. Untuk bangun pagi saja aku harus mencari pegangan karena lemak ini membuatku susah menekukkan badan." Celotehku dengan satu tarikan napas. Memang itu kenyataannya kok.

Kami sampai di perpustakaan dan melihat beberapa siswa yang fokus pada buku mereka. Jess mengajakku ke sudut ruangan, tempat favoritnya.

Dijulurkannya lagi tangan kanannya ke arahku.
Setelah memastikan keadaan aman, aku langsung memegang pergelangan tangan Jess. Taringku mulai keluar...

Unusual VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang