#39# Fakta

1.1K 109 4
                                    

Atas desakan orangtua Jess, mereka menyuruhku kembali menginap di rumah mereka. Bahkan mereka tidak mengizinkanku keluar dari istana mereka hari ini.
Aku tahu mereka nampaknya sangat tertarik padaku tapi aku pun tidak bisa menolak permintaan mereka karena aku ingin tahu juga bagaimana reaksi Jess saat mengetahui dirinya bukan manusia biasa.

Ayah Jess mengatakan padaku bahwa mereka berniat mengatakan semuanya setelah makan malam.
Entah kenapa malah jantungku yang berdebar-debar menanti berita yang akan mengejutkan Jess nanti.

Orangtua Jess meminta anaknya untuk duduk bersama di ruang keluarga yang luasnya seperti lapangan sepak bola. Semua pelayan diminta untuk tidak masuk dan mengganggu sama sekali.

Aku sempat melihat ayah Jess melambaikan tangannya ke arah pintu dan dinding ruangan itu. Ada cahaya keperakan tipis yang mengikuti lambaian tangannya.
Aku tahu beliau pasti sedang melakukan sesuatu.

Aku hanya memberikan pandangan bertanya pada ayah Jess dan ia melirikku sekilas.
Inilah enaknya berbicara pada orang yang bisa membaca pikiranmu, kau tidak perlu repot-repot membuka mulut hanya untuk bertanya.

"Anti penguping." Jawab ayah Jess dan aku langsung mengerti ia tidak ingin ada orang yang mengetahui fakta besar ini.

Jess duduk tenang mengira kami hanya melakukan kegiatan bersama setelah makan malam.

"Jadi, apa yang mau kita lakukan ? Main kartu ? Oh, aku ingin sekali melakukannya setelah sekian lama aku bermain sendirian !" Jess terlihat antusias.

"Tidak sayang...ada yang ingin mom dan dad sampaikan padamu." Ibu Jess memegang tangan anaknya dengan tersenyum.

Melihat ekspresi semuanya sangat serius, Jess membesarkan matanya.
"Apa ini pembicaraan penting ?" Tanyanya.

"Ya, sangat penting." Jawab ayahnya.

Jess langsung tegang seperti menunggu sebuah berita yang akan menggemparkan dirinya.

"Kau sudah tahu 'kan kalau Dylan adalah seorang vampir ?" Tanya ayahnya. Jess langsung mengangguk.

"Dia mengatakannya sendiri padaku dan aku memberikan darahku padanya untuk melihat perubahan yang dikatakannya. Apa itu dilarang ?" Jess langsung mengatakan semua kejujuran itu tanpa diminta. Ia tahu ia tidak akan bisa berbohong pada orangtuanya setelah mengetahui mereka bisa membaca pikiran juga.

"Sebenarnya dad khawatir kau memberikan darah pada seorang vampir. Tapi, karena nampaknya kau sudah sangat percaya pada Dylan, makanya dad juga mengajak Dylan ikut dalam pertemuan ini." Ayah Jess memandang anaknya dengan sangat serius.

"Dylan bilang aku tidak akan menjadi vampir walaupun aku telah digigit olehnya. Jadi, dad tidak perlu khawatir !" Kata Jess langsung.

"Dad tidak mengkhawatirkan kau akan menjadi vampir, nak. Karena itu sama sekali tidak mungkin. Kau adalah kaum Witch." Tatapan ayahnya membuat Jess tertegun.

"Witch ? Maksud dad penyihir ? Memangnya ada ?" Kernyit Jess mengira ayahnya sedang bercanda dengannya.

"Tentu saja ada. Karena dad dan mom adalah kaum Witch juga. Kita memiliki kemampuan yang berbeda dari para kaum magis lainnya. Derajat kita lebih tinggi karena kita mampu melakukan hal-hal melampaui kaum lainnya. Tapi, bangsa Witch tidak sama dengan nenek-nenek penyihir yang membuat ramuan seperti yang biasa kau lihat di film. Bangsa Witch lebih agung karena kita mempertahankan darah murni kita dengan menikah sesama bangsa Witch. Karena pernikahan murni inilah kekuatan kita tidak pernah terbagi ke kaum lainnya." Jelas beliau.

Kening Jess semakin berkerut bingung. Wajahnya jelas-jelas mencerminkan rasa ketidakpercayaan dan menganggap orangtuanya sedang bercanda dengannya.

Ayahnya tidak menjelaskan apapun lagi melihat wajah ketidakpercayaan putrinya itu. Ia hanya melambaikan tangan dan membuat sinar keperakan yang otomatis mengagetkan Jess.

"Dad sedang main sulap ??? Keren sekali !" Kagum Jess.

"Ini bukan sulap nak. Ini kekuatan kaum Witch." Kata ayahnya dan ia mengibaskan kembali tangannya ke arah lemari cangkir di sudut.

Lemari itu terbuka mendadak dan beberapa cangkir keluar melayang ke arah meja kami. Penataannya sangat rapi sekali hingga membuatku juga melongo.

Dengan satu jentikan, cangkir-cangkir itu langsung terisi teh hangat hingga membuat mata Jess membelalak.

"Ini hanya yang sederhana. Bahkan kalau dad mau, dad bisa membunuh orang hanya dengan satu jentikan juga." Kata ayahnya lagi hingga membuat kami berdua membelalak dan aku meneguk ludah. Bahaya nih kalo macam-macam dengan bapaknya...(=__=")

"A...aku benar-benar bingung dengan semua ini...kalian hanya bercanda 'kan ?" Jess memandangi orangtuanya seakan berharap ini hanya sebuah gurauan belaka.

Ayahnya mengacuhkan pertanyaan yang dilontarkan Jess.
"Alasan kami mengurungmu di rumah ini karena kau memiliki kekuatan yang melebihi kemampuan mom dan dad. Dan kemampuanmu ini diincar oleh banyak kaum. Terutama kaum Zola." Ayahnya mulai menjelaskan mengenai kaum Zola hingga membuatku mengantuk.

Mata Jess terus saja melebar hingga aku hampir mengira ia akan mengeluarkan bola matanya yang indah itu.
Apalagi saat mendengar kemampuannya yang sanggup membangkitkan orang-orang yang sudah mati. Tentu saja Jess lebih syok mendengarnya.

Wajahnya memucat hingga aku sendiri tahu kalau Jess ingin memukul pipinya sendiri untuk mengingatkan dirinya bahwa ini bukanlah mimpi.

"Ja...jadi, darahku yang kuberikan pada Dylan bagaimana...? Bukankah itu sama saja artinya Dylan mendapatkan kekuatanku ?" Heran Jess.

"Dylan tidak mendapatkan kekuatanmu, nak. Kekuatanmu bukan berasal dari darahmu. Kekuatanmu ada pada jiwamu. Dan jika kekuatanmu berpindah pada orang lain, itu bukanlah melalui sentuhan fisik. Melainkan dengan keinginan hatimu. Apakah kau bersedia memberikan kekuatanmu pada orang itu atau tidak. Kuncinya ada pada hatimu." Kata ayah Jess.

"Namun, karena Dylan telah meminum darahmu, auranya berubah menjadi keemasan yang berarti stamina fisiknya menjadi lebih kuat dari para vampir biasa. Derajatnya pun menjadi lebih tinggi di antara para vampir. Jika ada vampir yang melihatnya, mereka akan menyadari bahwa status Dylan telah berubah. Dengan kata lain, Dylan bisa memerintah vampir lainnya." Ayah Jess memandang ke arahku.

Aku syok mendengarnya. Itu tandanya aku seperti panglima tertinggi di antara rakyat jelata ??? (0A0")

Jess bahkan juga membelalak padaku seakan sama terkejutnya denganku.

Aku jadi membayangkan aku adalah tokoh dalam game yang mendapatkan elixir untuk menaikkan HP (Health Point). (0w0)a

Unusual VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang