#75# Newly Weds

1.1K 55 4
                                    

"Apa...kau masih bisa membaca pikiranku...?" Tanyaku di sela-sela 'sesi panas' kami.

Jess tidak langsung menjawab karena aku masih sibuk menciumi lehernya. Napasnya sangat tidak beraturan dan ia meremas rambutku perlahan.

"Tidak...kau jadi...seperti...orangtuaku yang...tidak...bisa...kubaca...pikirannya...dan...itu...menyebalkan...aahh...!" Jess mengerang kembali saat aku terus 'menyerang'-nya.

"Bukankah...itu...bagus...?" Aku menyeringai ke arahnya sambil menatap mata itu. Keringat membasahi tubuh kami dan aku kembali menciuminya sebelum ia bisa menjawab.

"Bagimu...itu...bagus...tapi, aku...jadi... tidak...tahu...kau sedang...memikirkan apa...hmmph...!" Jawab Jess lagi sebelum aku membungkamnya dengan bibirku kembali.

"Kau 'kan...bisa tanya padaku..." senyumku dan Jess tidak mengatakan apapun lagi selain mengerang. Nampaknya ia sedang berkonsentrasi pada puncaknya.

***

Jess tertidur dalam dekapanku setelah malam pertama kami. Ups, salah... sore pertama kami. (A_A)
Dan patut kukatakan nikah itu enak coy ! 8D

Matahari baru akan terbenam ketika ia akhirnya bangun dan meregangkan tubuhnya. Aku hanya menatapnya sambil tersenyum.

"Lelah sekali...?" Tanyaku pelan padanya.

Jess menoleh ke arahku dan ia tersenyum manis. Ya, aku suka sekali melihatnya tersenyum.

"Lumayan...kau nampaknya tidak kehabisan tenaga sama sekali..." ia menyentuh hidungku sambil tertawa malu.

Aku hanya mendengus tertawa mendengarnya.
"Harus bikin kesan yang tak terlupakan untuk yang pertama, bukan ?" Seringaiku lagi padanya.

"Apa kau pikir tadi aku benar-benar mengataimu bau ?" Kataku lagi padanya.

Jess tertawa dan mengangguk.
"Aku sudah hampir marah padamu." Jawabnya.

"Hampir ? Kurasa kau memang sudah marah dari jawaban jutekmu itu. Tapi, sekarang masih marah ?" Aku mencubit pipinya perlahan.

Jess tersenyum lagi dan wajahnya memerah. Ia menggeleng pelan.
"Tidak. Aku baru tahu itu taktikmu untuk menggodaku." Kekehnya lagi.

Aku hanya tertawa mendengarnya. Kupeluk ia kembali dan menciumnya mesra.

"Kau belum lapar ? Ini sudah waktunya makan malam." Kataku padanya.

"Aku lapar sekali karena energiku habis kau kuras...ayo cari makanan." Jess bangkit hingga menampakkan tubuh atasnya yang topless.

Aku meneguk ludah melihatnya karena mau bagaimanapun juga biniku ini putih mulus dan menggoda. Yah, aku akan menarik kata-kataku yang bilang dia kayak papan setelah aku tahu dalamnya seperti apa... (=v=)a

"Ayo, aku perlu mengisi tenagaku kembali sebelum melanjutkan serangan berikutnya nanti malam." Kekehku sambil merangkul pinggangnya dan mengelus dadanya sebentar. Kutinggalkan tanda merah kembali di leher belakangnya.

"Oh..jangan mulai memancingku, Dylan..." jantung Jess mulai berdegup kencang lagi menerima seranganku.

Aku hanya tertawa sebelum melepaskannya.
"Itu hanya permulaan. Nanti kita sambung lagi setelah makan malam. Ayo, aku lapar sekali." Kataku dan bangkit memakai jubah tidur yang sudah disediakan di sana.

"Apa kau akan memasak sesuatu untuk suamimu ini ?" Aku tersenyum memandangnya yang masih sibuk memakai jubah tidurnya.

Ia menoleh memandangku,
"Aku tidak bisa masak." Jawabnya polos.

Aku langsung tertawa mendengarnya.
"Istri macam apa kau ini, sayang ? Masa' mau nikah tapi gak pandai masak ??? Kasian suamimu ini gak bakalan nyicip masakan buatanmu karena istrinya nyonya besar." Ejekku.

Jess menggembungkan pipinya dengan sebal.
"Kau tau aku selalu dilarang melakukan ini itu di rumah 'kan ??? Jadi, jangan salahkan aku jika aku tidak bisa masak."

Aku hanya tertawa dan berjalan keluar dari kamar. Ia mengikutiku dari belakang.

"Jadi, kita pesan delivery saja ?" Tanyanya.

"Tidak. Aku yang akan masak untukmu." Jawabku sambil membuka kulkas. Sudah kuduga, ibunya pasti meletakkan segala macam keperluan kami dalam apartemen ini.

Mata Jess membelalak mendengarnya.
"Kau bisa masak ???" Kagetnya.

"Tentu saja. Percuma aku tinggal sendirian selama ini kalo gak bisa masak untuk ngirit biaya hidup." Jawabku sambil mengambil beberapa bahan dari kulkas.

Jess nampaknya terpukau dengan jawabanku. Ia mungkin tidak menyangka mendapatkan suami serba bisa sepertiku.

Aku sibuk masak dengan Jess duduk di meja makan sambil mengamatiku bekerja.

Kuhidangkan dua piring spaghetti di meja dan mata Jess kembali berbinar-binar.

"Ini benar kau yang buat ?" Ia memandangku dengan tidak percaya.

"Memangnya kau tidak lihat siapa yang mengerjakannya tadi ?" Senyumku padanya.

Jess tertawa dan ia menyuap makanan itu ke mulutnya. Matanya kembali melebar.

"Hmm ! Ini enak sekali, Dylan ! Kau memang pandai memasak !" Pujinya tiba-tiba. Aku hanya tersenyum dan ikut makan bersamanya.

"Enak atau kau sedang kelaparan ? Kalo lapar, makanan basi aja bisa enak." Kekehku dan ia tertawa seketika.

"Tidak sampai seperti itu tau !" Katanya sambil memukul lenganku pelan.

Kami menikmati makan malam itu dengan candaan dan suasananya memang sangat menyenangkan. Tidak ada yang akan mengganggu kami di tempat ini.

Malam itu bahkan berubah menjadi 'panas' karena pergulatan kami yang kembali dilanjutkan.

Unusual VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang