#73# The Wedding

854 77 12
                                    

Aku dan Jess mengikuti orangtua kami melewati semua orang-orang yang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.
Ada beberapa orang yang menyapa orangtuaku dan orangtua Jess. Nampaknya mereka saling mengenal.

Ibu Jess membuka sebuah pintu kayu di ujung ruangan yang sepi. Kami ikut masuk ke dalamnya dan kembali ternganga.

Sebuah ruangan yang sangat mustahil ada di depan kami. Bayangkan saja, bagaimana mungkin ada pepohonan di bawah tanah seperti ini ???
Belum lagi ada cahaya matahari yang entah dari mana datangnya !

Ini...seperti hutan mini dengan udara yang hangat. Aku bahkan harus memeriksa telingaku yang mendengar bunyi kicauan burung. Dengan mengernyit, aku memandang ke seluruh penjuru mencari burung-burung itu. Dan ternyata memang ada...(-___-")

Seseorang muncul dari balik pepohonan hingga membuat kami mengernyit kembali.

Pria berambut dan berjanggut putih semua dengan jubah berwarna putih juga. Ia kelihatan ramah dan tersenyum pada kami.
Orangtuaku dan orangtua Jess langsung menyalaminya.

"Tetua Leicos, kami datang sesuai janji yang ditentukan." Ibu Jess tersenyum pada beliau.

"Ah, pernikahan anakmu, bukan ? Ya, ya...aku sudah menunggu kalian dari tadi. Silahkan ikut aku." Tetua Leicos berjalan ke dalam hutan dan kami semua mengikutinya.

Ada sebuah lingkaran di tengah-tengah hutan itu dengan gambar pentagram berwarna putih. Tetua Leicos berdiri di tengah pentagram dan melambaikan tangan menyuruhku dan Jess mendekat.

"Kalian pasangan yang sangat serasi... walau jujur ini termasuk kejadian yang sangat jarang. Maksudku, menikah dengan ras yang berbeda sangat jarang terjadi. Kalian tahu bukan ? Apalagi kaum Witch sangat tertutup dengan pernikahan beda ras." Tetua Leicos lebih terlihat sedang mengoceh pada dirinya sendiri.

"Tapi, aku mencintainya pak tua..." celetuk Jess tiba-tiba sambil merangkul lenganku dengan erat.
Uh-oh, wajahku memerah...(-/////-")

Aku hanya bisa tersenyum malu dan mengelus kepala Jess perlahan.

Tetua Leicos tersenyum juga dan ia hanya mengangguk.
"Baiklah, aku akan mulai melakukan ritual pernikahan. Silahkan berdiri di depanku."

Aku dan Jess mengikuti perintahnya. Ayah Jess memberikan sebuah kotak kecil pada Tetua Leicos. Isinya dua buah cincin emas.

Tetua Leicos berdiri diam dan memejamkan matanya. Kami hanya memperhatikan dan tiba-tiba suasananya berubah.

Angin semilir berputar di sekeliling kami hingga membuat Jess semakin merapat padaku karena takut.
Tetua Leicos membuka matanya kembali dan kami terkejut saat melihat matanya bersinar biru laut.

Beliau mengulurkan kedua tangannya meminta tangan kami masing-masing.
Kami melakukannya dan tangan tetua Leicos sangat hangat.

"Pejamkan mata kalian." Perintahnya pada kami.

Kami memejamkan mata dan kegelapan mulai masuk di pandanganku.

Perlahan-lahan kegelapan itu berubah menjadi putih berkabut dan ada serbuk-serbuk emas bertaburan di pandanganku.
Ada seseorang yang duduk di ujung sana. Aku menebak siapakah itu ?

Seorang gadis dengan rambut panjang mengenakan terusan berwarna putih yang compang-camping. Tubuhnya lusuh sekali dan rambutnya berantakan.
Ia menoleh dan aku terkejut luar biasa !

Jess dengan kulit dipenuhi luka sedang menangis ke arahku. Aku langsung berlari menghampirinya di dalam alam bawah sadarku itu.

"Jess ! Apa yang terjadi padamu ???" Tanyaku cemas. Aku melihat banyak darah padanya.

"Aku...akan jadi seperti ini beberapa tahun lagi...kau hanya akan menderita bersamaku, Dylan...kita tidak akan bisa bersama..." Jess menangis menangkupkan wajahnya di telapak tangannya.

Aku membelalak terkejut.
"Bicara apa kau Jess ??? Aku akan selalu melindungimu ! Tidak akan kubiarkan kau menjadi seperti ini beberapa tahun lagi ! Aku berjanji padamu !"

Entah kenapa aku merasa sangat sedih melihat keadaan Jess seperti itu dan aku tidak ingin membiarkannya mengalami hal seperti ini.

Aku tidak tahu jika saat ini orangtua kami sedang memperhatikan bahwa aku dan Jess menangis dalam keadaan mata terpejam.

"Kalian bisa mendengarku ?"

Tiba-tiba suara tetua Leicos masuk dalam telingaku. Aku mengangguk tanpa sadar.

"Saat kalian melihat pasangan kalian berada dalam keadaan terendah sekalipun, apakah kalian masih ingin menikah dengannya ?" Pertanyaan tetua Leicos bergema di telinga kami.

"Ya...aku ingin melindungi Jess selamanya..." jawabku masih sambil memejamkan mata dan tanpa sadar air mata menetes dari sudut mataku.

Di dalam alam bawah sadarku, aku sedang menangis memeluk Jess yang terluka dimana-mana. Aku tidak ingin membiarkannya seperti ini dan rasanya hatiku sangat sakit melihatnya menderita...

"Aku...tidak...akan...meninggalkan... Dylan..." Jess juga ikut sesengukan di sampingku dan aku bisa mendengarnya. Nampaknya ia juga mengalami mimpi yang sama.

"Kalian boleh membuka mata lagi." Kata Tetua Leicos.

Pemandangan menyedihkan itu menghilang dari pandanganku. Perlahan-lahan aku membuka mataku dan rasanya mataku basah sekali.

Aku menoleh memandang Jess di sampingku yang ternyata juga sedang menangis. Ia bahkan langsung memelukku seakan-akan aku akan mati besok.
Aku mengelus kepalanya perlahan dan ikut memeluknya juga.

"Dengan ini, aku mengesahkan kalian menjadi pasangan suami istri."

Tetua Leicos melepaskan tangan kami yang dipegangnya dari tadi. Kami terkejut saat melihat cincin itu telah terpasang di jari manis kami. Kapan dilakukannya ???

Aku dan Jess masih terbengong-bengong melihat ritual pernikahan yang cepat ini.

"Tidak ada wedding kiss ?" Tanya Jess tiba-tiba.

What ??? (=/////=")
Aku sendiri malu mendengarnya tapi nampaknya Jess blak-blakkan sekali.
Nampaknya istriku ini sangat agresif.

"Silahkan jika kalian ingin melakukannya. Saya akan mengurus surat-suratnya." Tetua Leicos tersenyum pada kami dan ia meninggalkan aku dan Jess di sana.
Orangtua kami bahkan mengikuti tetua Leicos hingga membuat kami berdua saja di tengah pentagram itu.

Jess menatapku dengan malu-malu. Sebenarnya dia yang mau melakukan wedding kiss tapi dia malu melakukannya.

Aku hanya bisa mendengus hendak tertawa melihatnya. Kalau sudah begini, cowok lah yang harus punya inisiatif maju duluan. Biasalah...yang cewek malu-malu kucing...(-v-)

Kupeluk pinggangnya yang ramping dan mendekatkan dirinya padaku. Tangan Jess berada di dadaku dan ia tersenyum menatapku.

Kudekatkan wajahku padanya dan Jess memejamkan mata. Kukecup bibir mungil itu dengan lembut dan lama.
Rasanya seperti ada bunga-bunga yang bermekaran di hatiku dan aku bahagia sekali.
Dia jadi milikku...

Saat aku melepas bibirku darinya, kupandangi matanya yang cokelat indah. Aku tersenyum ke arahnya.

Lagi-lagi, aku mendekatkan diri padanya dan hendak menciumnya kembali.

"Hoy ! Hoy ! Pengantin baru ! Ntar aja mesra-mesraannya ! Ayo kita pulang !" Panggil ayah Jess hingga membuat kami berdua malu luar biasa.

Ow, okelah...hal pribadi begini lebih baik jadi rahasia kami aja deh...
(-v-")

Unusual VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang