#46# Face to Face

954 90 0
                                    

Aku sedang menemani Alecia yang kebetulan datang hari itu. Dia nampaknya berbicara dengan sangat antusias dan sepertinya sudah mencariku beberapa kali tapi selalu tidak menemukanku. Yah, wajar saja...aku 'kan sedang dalam pelarian...(=___=")

"Dylan ! Aku dari kemarin mencarimu ! Ada yang ingin kuceritakan padamu !" matanya berbinar-binar hingga membuatku tersenyum.

"Katakan saja nona. Saya akan mendengarkan." Jawabku tenang. Ya, aku paling ahli menjadi pendengar yang baik.

"Apa kau tahu kalau aku senang sekali saat melihat pria yang kutaksir waktu itu kembali lagi bersamaku ??? Aku sudah bertanya padanya mengenai gadis yang kulihat waktu itu, dan dia menjawab wanita itu hanya kenalannya saja ! Ohh, aku senang sekali saat mendengarnya, Dylan ! Rasanya kesempatanku masih terbuka lebar !" Alecia terus saja berceloteh sementara aku tetap mempertahankan senyumku. Aku senang ada yang merasa terbantu dengan saran-saranku.

"Bagus sekali kalau seperti itu, nona Alecia. Anda hanya perlu lebih berusaha agar bisa mendapatkan perhatiannya saja." Aku kembali memberikan senyum terbaikku padanya hingga wajahnya memerah malu.

"Tentu saja ! Aku akan berjuang agar dia melihatku sebagai wanita !" seru Alecia masih dengan bersemangat.

KLEK !

Pintu ruangan kami terbuka dan aku melihat ekspresi Alecia. Matanya melebar seperti terkejut melihat siapa yang masuk. Tentu saja aku juga menoleh untuk melihat siapa itu.

"Dylan...itu wanita yang kuceritakan padamu..." gumam Alecia tidak melepaskan pandangannya dari sosok yang membuatku terkena sambaran petir seketika.

Jess !!! Kenapa dia mesti ada di sini sekarang ??? Padahal ini adalah hari terakhirku bekerja dan aku tidak mau dia menemukanku sebelum aku berhasil kabur darinya !

"Tidak perlu kabur dariku, Dylan. Kita perlu bicara." Jess menatapku dan aku tahu dia sudah membaca pikiranku untuk bersembunyi darinya.

Aku hanya menghela napas panjang pertanda menyerah karena terus menerus bersembunyi darinya. Tiba-tiba, Alecia menarik-narik ujung bajuku dengan tatapan mata yang tidak berkedip ke arah Jess.

"Dylan ? Apa kau mendengarku ?" panggilan Alecia membuatku menoleh kembali padanya.

"A..ah, ya...apa yang anda bilang tadi nona ?" aku masih terkejut dengan kehadiran Jess di sana.

"Kubilang dia wanita yang kulihat waktu itu. Ternyata kau mengenalnya ya ?" Alecia mengerjap-kerjap ke arahku dengan bingung.

Aku tertegun mendengarnya. Jess wanita yang dilihatnya bersama target Alecia ???

"Jadi, laki-laki yang anda ceritakan itu...jangan-jangan namanya...Dave ?" aku mengernyit dengan jantung berdegup kencang.

"Bagaimana kau tahu ??? Apa kau juga kenal dengan Dave ???" Alecia terkejut seketika dan aku langsung meneguk ludah. Kenapa dunia ini sempit sekali ???

Jess kembali berdeham hingga membuat kami menoleh ke arahnya. Aku tahu aku tidak akan bisa menunda ini lebih lama lagi. Mau tidak mau aku harus bicara padanya.

"Umm...mohon maaf sebelumnya nona Alecia, tapi nampaknya saya tidak bisa menemani anda. Ada urusan yang harus saya selesaikan dengan nona ini." Aku memandangnya memohon pengertian.

Tepat pada saat itu, Ben tiba-tiba muncul di ruangan kami juga. Ia nampaknya terkejut melihat Jess di sana.

"Ah, nona ! Apa anda tersesat ? Saya mencari anda dari tadi." Ben memandangnya dengan serius. Nampaknya dia benar-benar mengira Jess tersesat di kafe kecil ini, konyol...(=_=)

"Ben, bisa kau bantu aku melayani nona Alecia ? Nona ini biar aku yang urus." Aku langsung berjalan ke arah Ben. Ia mengernyit ke arahku.

"Kenapa Dylan ? Kau mau merebut klienku ?" ia sudah memandang tajam padaku. Aku menggeleng padanya.

"Tidak. Nona ini kemari karena mencariku. Ada urusan yang harus diselesaikan antara kami. Jadi, apa boleh kau membantuku melayani nona Alecia ?" aku terlihat lelah sekali menghadapi semua ini.

Ben sepertinya mengira Jess adalah kekasihku karena melihat wajah Jess yang terlihat kesal saat melihatku dengan Alecia. Mungkin itu hanya penafsiranku terhadap tatapannya. Tapi, tidak mungkin 'kan dia cemburu hanya karena aku melayani tamuku bicara ??? Memangnya dia bisa cemburu pada budak sepertiku ???

"Ah, baiklah Dylan. Kau bisa bicara dengannya di ruang 3." Ben berjalan melewatiku dan tersenyum pada Alecia.

"Mohon maaf nona, saya akan menggantikan Dylan. Silahkan duduk kembali nona."

Aku masih bisa mendengar perkataan Ben sebelum aku berjalan melewati Jess tanpa berbicara padanya. Aku langsung berjalan ke ruang nomor 3 yang sepertinya menjadi tempat Jess dan Ben tadi. Aku tahu Jess pasti mengikuti dari belakang.

Aku terlalu marah untuk bicara padanya, bahkan untuk melihatnya saja aku sudah kesal setengah mati. Kenapa dia begitu ngotot mencariku ??? Memangnya tidak ada pria yang bersedia menjadi budaknya selain aku ??? Sial sekali nasibku karena harus berhutang budi pada keluarga ini.

Aku duduk sambil menyilangkan kakiku. Aku bahkan melipat tanganku di dada sambil memalingkan wajah ke arah lain. Aku tidak menganggapnya sebagai tamu di sini dan nampaknya Jess mengerti hal itu.

"Bicaralah. Apa yang ingin kau katakan padaku ?" suaraku terdengar dingin sekali hingga mengejutkan Jess.

Aku memandangnya tajam dan kali ini pikiranku kosong hingga ia tidak bisa membaca apapun yang ada di pikiranku.

"Aku tidak akan lari lagi. Jadi, cepat katakan semua yang ingin kau katakan."

Unusual VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang