Aku berpikir dimana Jess berada. Mataku tiba-tiba memandang ranjang pink miliknya.
Aku langsung bergerak ke sana tanpa berpikir lagi. Kuraba bagian bawah ranjang itu hingga menemukan sebuah tali dengan bola kecil di ujungnya.
Kutarik tali itu hingga berbunyi 'klik' pelan.Tangga rahasia yang tersembunyi di bawah ranjang itu terbuka. Aku langsung masuk ke dalam tangga itu. Kututup pintunya kembali agar tidak ada yang mengetahui tempat rahasia ini.
Kuturuni tangga yang gelap itu dan aku harus memegang dindingnya yang dingin agar tidak terjatuh. Di sini benar-benar gelap sekali hingga jantungku berdegup kencang karena tegang.
"Jess ?" Panggilku pelan.
Suaraku langsung bergaung di seluruh lorong itu. Tidak ada sahutan sama sekali.
Aku telah berhenti menuruni tangga. Jalan lurus membuatku harus tetap meraba dinding agar tahu dimana ujungnya.
"Hiks...hiks..."
Suara tangisan itu...itu suara Jess !
"Jess ??? Kau di situ ???" Panggilku dengan agak kuat.
Suara tangisan itu langsung berhenti dan aku tidak bisa mengetahui dimana Jess berada. Ini terlalu gelap !
Brugh !
Ada yang menabrakku dan memelukku erat. Tanganku meraba kepalanya dan itu adalah rambut panjang milik Jess.
"Kau baik-baik saja ??? Apa dia melukaimu ???" Tanyaku cepat.
"Aku...ma-masih sempat kabur...saat di-dia datang...dia membantai semua pe-pelayanku ! Semuanya terjadi begitu cepat...pengawalku menyuruhku u-untuk bersembunyi... ta-tapi mereka malah tewas dicabik-cabik oleh Dave...! Untungnya kamarku dilengkapi ku-kunci otomatis yang tidak bisa dibuka paksa...dia tidak bisa masuk dan aku ketakutan !" Cerita Jess sambil sesengukan.
Kuusap rambutnya perlahan untuk menenangkannya."Dimana orangtuamu ? Bukannya mereka bisa mengatasi werewolf ?" Kernyitku.
"Me-mereka berangkat ke Los Angeles jam 7 tadi...ka-katanya ada bisnis mendadak...setelah itu Dave datang..." tubuh Jess bergetar cukup kuat.
"Sialan ! Dave pasti mengecoh orangtuamu agar pergi dari sini. Lebih baik kau menginap di rumahku. Di sini tidak aman karena Dave bisa kembali kapan saja. Kau tahu jalan keluar dari sini 'kan ?" Tanyaku padanya.
Jess mengangguk dan ia menarik tanganku untuk menyusuri lorong gelap itu. Nampaknya ia sangat hapal dengan lorong ini karena ia bahkan tidak memerlukan ponsel untuk cahaya bantu.
"Dimana ponselmu ?" Tanyaku lagi.
"Ba-batere nya habis...aku tidak bisa memberi tahu mu dimana aku bersembunyi tadi karena ponselku sudah mati langsung...aku juga tidak bisa menghubungi orangtuaku untuk menyuruh mereka pulang..." sengukan Jess mulai berkurang.
"Awas...tangga..." katanya pelan dan aku langsung mengikuti langkahnya menaiki tangga kembali.
Jess berhenti dan kurasa kami telah sampai di puncak tangga. Aku tidak tahu apa yang dilakukan Jess hingga akhirnya terdengar bunyi besi bergerak.
Secercah cahaya gelap menerangi mataku dan aku menyadari lorong rahasia ini ternyata terhubung pada drainase. Jess memanjat tangga kecil untuk keluar dari lubang dan aku mengikutinya.
Ia kembali menggenggam tanganku dan kami menaiki tangga keluar dari drainase.
Ternyata lubang drainase itu berada di salah satu gang buntu yang sepi. Jess menungguku yang sedang memanjat keluar.
Aku mengenali daerah itu dan rumahku tidak jauh dari sana. Jalanan masih tetap sepi karena semua orang masih terlelap.
Aku membawa Jess ke kos ku. Mungkin kalo ibu kos tahu, aku bisa diusir keluar segera...(=_=")
Untungnya karena semua masih tertidur, aku bisa menyelundupkan Jess ke kamar kos ku.
Jess sudah tidak menangis lagi. Ia menatap sekeliling kamarku. Aku menyodorinya segelas air dan ia menerimanya.
Aku bahkan menyuruhnya duduk di tepi ranjangku karena hanya itu tempat yang bisa didudukinya."Aku akan menelepon orangtuamu. Mereka perlu tahu Dave mengincarmu terang-terangan." Kataku dan mengambil ponselku di ranjang.
Aku menghubungi ibunya Jess dan cukup lama hingga beliau baru menjawab.
"Ha...lo...?" Suara beliau mengantuk. Nampaknya aku mengganggu tidurnya.
"Tante, ini Dylan." Kataku serius dan ibunya Jess tersentak seketika. Ia nampaknya tidak melihat nama peneleponnya...(=.=")
"Ada apa Dylan ???" Kaget ibu Jess.
"Jess diserang Dave, tante. Semua pengawal dan pelayan dibunuh olehnya." Jawabku kalem.
"APAA ??? ICA ??? BAGAIMANA DENGAN ICA ???" suara ibu Jess membuat kami berdua terlonjak. Kurasa ayah Jess juga terkejut dengan suara istrinya hingga ia terbangun juga.
"Tenang tante. Ica bersamaku. Dia sempat meneleponku dan saat aku tiba di rumah, Dave menyerangku. Kurasa...karena darah Jess, aku memiliki kekuatan untuk melawannya...Dave kabur." Jelasku lagi. Ibu Jess langsung menarik napas lega.
"Tante...memang benar ada urusan di Los Angeles ? Soalnya Jess bilang padaku setelah tante dan om berangkat, Dave muncul sesudahnya... mungkin bisa jadi..." nada bicaraku membuat ibu Jess mengerti maksudku.
"Kami belum sampai di perusahaan, Dylan. Pesawat kami sampai jam 11 malam tadi dan tentu saja kami baru akan tahu masalah perusahaan besok pagi. Tapi, terima kasih banyak Dylan...kau telah melindungi Ica...bisa tante bicara padanya ?" Ibu Jess terdengar sangat lega dan aku menyerahkan ponsel itu pada Jess.
"Mom !!!" Suara Jess yang cukup kuat membuatku harus membungkam mulutnya agar tidak membangunkan anak kos lainnya.
Jess langsung mengerti dan mengangguk-angguk kecil."My sweetheart ! Kau baik-baik saja sayang ??? Apa Dave tadi melukaimu ???" Tanya ibunya cepat.
"Tidak mom...aku masih sempat bersembunyi...tapi, kumohon cepatlah pulang mom...situasi di sini mengerikan..." Jess kelihatannya kembali membayangkan mayat-mayat di rumahnya.
"Tenang saja sayang. Mom dan dad akan pulang besok pagi. Selama kami belum pulang, kau harus tetap bersama Dylan. Mengerti honey ?" Pesan beliau.
"Ya, mom..." jawab Jess pelan dan ia mematikan ponselku.
Jess menyerahkan ponselku padaku dan kuletakkan di meja.
Kupandangi dia dari kepala sampai kaki, untung saja tidak ada luka.
Jess hanya menunduk memikirkan semua masalah itu."Istirahatlah, Jess. Jangan pikirkan kejadian tadi. Kau perlu menenangkan pikiranmu. Kau bisa memakai kasurku." Kataku kemudian dan membentangkan selimut di lantai untukku tidur.
"Kau...tidak tidur di sini saja ? Aku takut Dylan..." Jess memandangku sayu dan aku tahu dia memang masih trauma dengan penyerangan itu.
Aku tidak menjawab dan naik ke ranjangku. Kubiarkan Jess menggunakan lenganku sebagai bantalnya. Aku memeluknya hangat dan ia merasa sangat aman sekali saat bersamaku. Aku senang akan hal itu...
"Selamat malam..." ucapku padanya dan kukecup keningnya sebelum tidur.
"Um...selamat malam Dylan..." balas Jess dengan suara pelan dan ia tertidur di pelukanku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unusual Vampire
VampirosJika biasanya di film-film, vampire selalu digambarkan memiliki paras rupawan melebihi manusia biasa, hal itu sama sekali tidak terjadi padaku... Kenapa bisa kukatakan demikian ? Karena aku adalah vampire yang menyedihkan... Buruk rupa, pendek, gend...