#69# Pusing

767 64 7
                                        

Aku mondar mandir di kamar Jess dari tadi setelah ayah ibunya keluar dari sana. Kepalaku rasanya bermunculan berbagai pertanyaan dan pemikiran masa depan.
(~_~")

Oke, aku memang mencintai Jess. Tapi, untuk menikah aku masih belum memikirkannya sama sekali ! w(0A0;;)w

Kenapa belum kupikirkan ???
Karena aku bahkan masih 19 tahun dan jalanku masih sangat panjang !
Aku belum cukup mapan untuk menghidupi keluarga yang akan kubina !
Dan memang keluarga Jess itu kaya raya, tapi 'kan gak mungkin juga dong aku gak tahu malu nebeng ama mereka melulu ???
Jatuh harga diriku sebagai pria !
(=^=)

"Dylan ? Ada apa ? Kau...tidak mau menikah denganku...?" Tanya Jess takut-takut saat melihatku berdecak dan mengacak-acak rambutku.

Aku menoleh ke arahnya dengan pikiran yang sangat kusut. Mungkin dia kesulitan membaca pikiranku sekarang...

"Jess..."

Aku menghampirinya kembali dan duduk di sampingnya. Aku menghela napas panjang.

"Aku...sebenarnya bukan tidak ingin menikah denganmu...hanya saja...kita bahkan baru berumur 19 tahun dan menikah itu bukan sesuatu yang mudah untuk dijalani...aku bahkan belum memiliki pekerjaan tetap..." kataku pada Jess.

"Bukannya kau bekerja di The Kindom ?" Jess mengerjap bingung menatapku.

"Itu hanya kerja sambilan...maksudku jika kita menikah, aku tentunya harus mapan untuk bisa membiayai kehidupan kita." Jelasku kembali.

"Ada mom dan dad. Kau tidak perlu mengkhawatirkan hal itu, Dylan." Balasnya lagi.

"Justru itu yang menjadi masalahnya. Aku tidak ingin bergantung pada orangtuamu. Jika aku menikah, aku ingin bisa menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab. Jika mengandalkan keluargamu, sama saja artinya dengan aku dibeli oleh mereka dan tidak berguna sama sekali." Keluhku lagi.

Mata Jess langsung membesar seketika mendengarku berkata demikian.

Plok ! Plok ! Plok !

Terdengar suara tepuk tangan dari pintu dan kami berdua menoleh ke sana. Orangtua Jess muncul kembali dan nampaknya mendengarkan kata-kataku tadi.

"Om salut sama kamu, Dylan. Pemikiran kamu memang bagus untuk berusaha mapan dengan usaha sendiri. Tapi, dengan kondisi sekarang yang berbahaya, kita tidak bisa menunda kamu hingga mapan baru menikah ! Jika kamu keberatan dengan bergantung pada om atau tante, kamu bisa bekerja pada kami. Sama saja bukan ?" Ayah Jess tersenyum padaku yang hanya bisa miris melihatnya.

"Kerja apa om ?" Tanyaku.

"Om punya usaha toko pakaian terkenal dan mungkin om bisa meminta kamu yang mengurusnya. Kamu juga pandai bergaya jika om lihat... setidaknya kamu bisa menjadi penata gaya para pelanggan nanti. Pekerjaannya tidak susah 'kan ?" Tawar beliau.

Aku berpikir...memang tidak susah dan aku juga senang mengikuti fashion. Tapi, tetap saja tinggal dengan mereka membuatku tidak merasa aku sudah cukup mapan...

"Kamu dan Ica tidak akan tinggal di sini kok jika menikah nanti." Celetuk ibu Jess tiba-tiba. Ah, sial...pikiranku terbaca.

"Memang tinggal dimana mom ?" Tanya Jess dengan heran.

"Di apartemen dekat dengan toko pakaian. Selain bisa memudahkan Dylan untuk bolak-balik, ini juga demi keamananmu sayang...kita tidak akan tahu kapan Dave datang kemari lagi. Dan mom rasa sebaiknya kamu pindah ke tempat lain sampai Dave ditangkap..." jawab ibunya Jess.

Okelah tinggal di luar dari mereka... nampaknya yang mereka pikirkan hanyalah keselamatan Jess dan mereka juga nampaknya tidak menanyakan jawabanku dulu apa aku mau menikah atau tidak.

"Loh ? Emangnya kamu gak mau nikah sama Ica ? Kamu bukannya suka sama dia ???" Heran ibunya. Uugh, aku benci pikiranku dibaca terus...(=_=x)

"Jika tidak mau dibaca ya nikah aja. Kalo kamu jadi anggota keluarga kami, otomatis kami tidak akan bisa membaca pikiranmu lagi." Jawab ayah Jess ikut-ikut membaca pikiranku.

"Lagian nikah aja kok susah ??? Ntar udah ngerasain surganya dunia baru kamu nyesal gak nikah dari dulu." Kekeh ayah Jess hingga membuat istrinya cekikikan di samping. Wajah Jess dan aku bahkan merona merah.

Ini topik apa coba ???
(=w=")a

"Oh ya Dylan, kita juga tidak akan mengadakan pesta pernikahan yang besar-besaran agar tidak diketahui oleh Dave. Cukup hanya keluarga inti saja yang hadir dan om rasa kamu harusnya menghubungi orangtua mu untuk masalah kehadiran di pernikahan nanti." Kata si om lagi.

Aku hanya bisa mengangguk pasrah saja.
Mungkin dengan begini isi pikiranku bisa menjadi lebih privasi...
(=_=)

Unusual VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang