#64# Hati-hati

825 70 6
                                    

Aku menyuruh Jess untuk tidak menggunakan suara perempuannya selama menginap di kamar kos ku.
Aku bahkan pergi kembali ke rumah Jess dan mengambil wig serta pakaian prianya. (Maklum saja, ukurannya gak sama denganku...==")

"Ikut..." Jess menatapku dengan memelas. Aku membalas tatapannya dengan garang.

"Tidak ! Kau mau jadi santapan serigala gila itu ??? Aku masih belum bisa mengontrol kekuatanku dan aku tidak bisa menjagamu jika aku berkelahi dengannya nanti. Kau tetap di sini !" Kataku galak. Jess langsung memanyunkan bibirnya dengan sebal.

"Aku 'kan bisa sembunyi..." alasan Jess.

"Memangnya kalau kau sembunyi, dia gak bisa mencarimu ??? Kalo kayak gitu, sama aja dengan menyimpan daging di bagian kulkas tersembunyi dan kau tinggal mencari-carinya saja !" Bantahku.

Jess tersentak mendengar kata-kataku. Matanya mulai berkaca-kaca. Nah tuh, mulai deh...(=_=x)

"Kali ini walau kau menangis sampai mata bengkak pun, aku tidak akan mengizinkanmu pergi. Kamar ini akan kukunci dari luar supaya kau tidak kabur !" Kataku sebelum air mata Jess mulai mengalir seperti air terjun Niagara.

"Dylan !" Rengek Jess.

"Apa ???" Balasku masih membelalak padanya.

"Aku tidak akan pergi kok. Tapi, setidaknya kau tidak usah mengunci pintunya. Aku ingin bilang itu dari tadi !" Kata Jess langsung.

"Tidak kukunci dan kau akan mengikutiku bukan ? Aku tidak bodoh, Jess...kau suka kabur." Jawabku.

"Kalau kau tidak bodoh, maka gunakan otakmu. Kalau kau mengunciku, bagaimana aku mau ke toilet ??? Aku sering buang air tau ! Itu yang kupikirkan dari tadi dan kau sibuk menyerocos saja ! Aku juga tidak berniat ikut lagi denganmu. Kau pikir aku mau mengantar nyawa kesana ???" Jess membelalak padaku yang terkejut.

"Tapi kau bilang tadi mau ikut ?" Heranku.

"Aku tadi memang mau ikut. Tapi, cuma mau menunjukkan dimana aku menyimpan pakaianku ! Aku gak sebodoh itu kalo mau kembali ke rumah !" Jess semakin memelototiku.

"Eerrr...okay...baiklah aku tidak akan mengunci kamar. Tapi, ingat kata-kataku, jangan keluar dari sini. Kunci saja dari dalam dan jangan bukakan untuk siapapun kecuali aku." Pesanku menatapnya tajam. Jess langsung mengangguk patuh.

Aku kembali ke jalan rahasia Jess dan menyalakan senter dari ponselku. Kutemukan lemari kecil di salah satu sisi lorong seperti yang diberitahu oleh Jess.
Ketika kubuka lemari itu, isinya semua pakaian pria remaja dan sebuah wig ombre ungu yang kukenali.

Aku memasukkan semuanya ke dalam plastik yang kubawa dan berniat untuk kembali. Tapi, tiba-tiba aku berbalik. Bagaimana dengan kondisi rumah Jess ? Apa yang terjadi setelah pembantaian itu ?"

Aku mencoba kembali ke rumah Jess dan membuka pintu tingkap sedikit saja hanya untuk mengintip dari bawah ranjang Jess.

Deg !

Untung saja aku hanya membuka sedikit pintu itu, ada banyak polisi berseliweran di kamar Jess !

"...korban di sini ada 10 orang. 6 penjaga dan 4 pelayan. Pemilik rumah adalah keluarga Palmore dan mereka nampaknya tidak ada di rumah saat itu, pak." Salah satu polisi nampaknya sedang melapor pada atasannya.

"Bagaimana kondisi korban ?" Si komandan bertanya pada anak buahnya sambil memandang sekeliling kamar.

"Semuana meninggal karena tercabik dan beberapa bagian tubuhnya menghilang." Jawab polisi itu.

"Nampaknya dimutilasi ya..." komentar si komandan.

Glek !

Aku bergidik membayangkannya. Aku tahu bagian tubuh yang hilang itu bukan karena dimutilasi. Dave pasti memakan mereka. (=^=")

"Bagaimana dengan kamar ini ? Sudah diperiksa ?" Tanya si komandan dan jantungku berdegup kencang. Mereka bisa tahu pintu rahasia ini !

"Kamar ini terkunci tadi, pak. Dan saya rasa pelakunya tidak masuk ke kamar ini sama sekali. Semua korban hanya ada di lantai satu dan jejak-jejak darahnya agak aneh pak..." si polisi terlihat ragu mengatakannya.

"Aneh apanya ?" Heran si komandan.

"Jejak kaki yang ditemukan seperti jejak kaki binatang liar. Dan ada bulu-bulu seperti anjing ditemukan di jejak-jejak kaki itu."

"Apa jangan-jangan ini semua korban binatang buas ?" Tebak sang komandan.

Ya iyalah binatang buas bro...nelen kepala lu aja bisa dia...(=.=")
Cuma hobinya si Dave aja nyisain makanan mulu. Coba kalo dihabisin, 'kan polisi gak tau...(=v=")

"Belum ada kepastian pak. Semua jenazah akan diotopsi." Jawab si polisi.

"Siapa yang menemukan mayat pertama kali ?" Si komandan berkelana kembali memandang ruangan Jess.

"Tukang susu yang biasa mengantar kemari mengatakan bahwa dia menekan bel berkali-kali dan tidak ada yang membukakan pintu. Lalu dia melihat darah merembes dari bawah pintu. Karena itu si tukang susu melapor pak."

Aku tidak bisa mendengar kelanjutannya kembali karena mereka keluar dari kamar Jess dan suara mereka hanya samar-samar terdengar.

Aku segera menutup pintu tingkap kembali dan keluar dari jalan rahasia secepatnya. Jika aku masuk ke rumah Jess, aku bisa dijadikan tersangka pula...(=.=")

Aku kembali ke kos ku dan melihat Jess menonton dengan santai. Ia melirikku dan nampaknya langsung mengetahui apa yang terjadi karena aku sibuk memikirkan semua itu.
Itulah untungnya jika Jess bisa membaca pikiran, aku tidak perlu menjelaskan semuanya lagi padanya.

Kuberikan plastik pakaian itu padanya dan membuka jaketku. Jess masih menatapku.

"Kurasa orangtuamu pasti sudah tahu ada polisi di rumahmu. Polisi pasti menghubungi mereka." Kataku sambil duduk di tepi ranjang dengan malas.

"Kurasa juga begitu..." jawab Jess dan ia duduk dengan lesu.

Aku menghampirinya dan memegang bahunya yang kecil.

"Jess, dengarkan aku. Kau tidak boleh keluar sembarangan lagi. Jika kau mau kemana-mana, kau harus bersamaku sampai orangtuamu kembali." Kataku menatapnya serius.

"Tapi, aku 'kan menyamar, Dylan. Dave tidak akan tahu." Jess membesarkan bola matanya ke arahku.

"Dia itu werewolf, Jess. Werewolf bisa mengendus bau seseorang. Walaupun kau menyamar, mereka akan mengenalimu. Kurasa karena Dave telah ke rumahmu, dia pasti ada mengendus barang-barangmu jika dia ingin mencarimu." Aku masih menatapnya serius. Mata Jess membelalak seketika.

"Ba-baiklah, aku tidak akan kemana-mana..." jawab Jess menunduk.

Aku meraihnya ke dalam pelukanku dan mengelus kepalanya.

"Aku pasti akan melindungimu."

Unusual VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang