#81# Pasrah (?)

838 56 30
                                    

Aku selesai membereskan pecahan mangkuk yang berserakan tadi. Tanpa sadar aku menghela napas. Bukan karena aku lelah setelah membereskan semuanya, tapi karena kelakuan istriku yang sedang dalam masa labilnya.

Ya aku tahu aku seharusnya tidak marah padanya karena aku tahu dia tidak sengaja menjatuhkan mangkuk itu. Aku memang melihatnya tanpa sengaja menyenggol mangkuknya hingga jatuh tapi saat melihatnya melempar sendok itu...aku tahu itu memang sengaja dilakukannya...

Aku tahu kalau mungkin masakanku tidak terlalu enak, tapi aku tidak mau perut Jess menjadi kosong karena semalam ia juga tidak mau makan. Aku tentu saja khawatir dia bisa jatuh sakit dalam keadaan hamil seperti ini.

Akhirnya aku kembali membuka kulkas dan membuat smoothies untuknya. Jika dia kesulitan mengunyah, mungkin dengan minum lebih gampang.

Aku berjalan ke kamar dan saat membuka pintunya, aku tertegun mendengar suara isakan tangis dari balik gundukan selimut.
Cepat-cepat kuletakkan segelas smoothies yang kubawa tadi ke meja dan aku segera duduk di tepi ranjang untuk menarik selimutnya.

"Jess ??? Ada apa ??? Kau kesakitan sayang ???" tanyaku khawatir sambil membalik tubuhnya yang bersimpuh sambil menelungkup.

Jess menoleh lambat padaku masih sambil terisak. Ia benar-benar menangis karena aku bisa melihat air mata mengalir seperti sungai di kedua belah pipinya.

Jess mengusap air matanya tapi ia tidak bisa menyembunyikan sengukannya sama sekali.

Aku menunggunya dengan sabar karena aku tahu dia pasti berusaha untuk meredakan tangisnya yang kurasa tadi cukup kuat.

Aku ikut mengusap air matanya agar ia lebih tenang. Tapi, kenyataannya Jess malah semakin kuat sesengukan dan air matanya tidak berhenti mengalir. Tangisannya kembali lagi.

"Ada apa ? Apa sesakit itu ?" tanyaku lagi sambil memandangnya cemas.

Jess menggeleng.
"Ma..maafkan aku...Dylan...aku...hiks...tidak bermaksud...hiks...untuk...menyakitimu...hiks...aku...tidak sengaja...hiks..." katanya dengan suara tercekat.

Aku tertegun mendengarnya.
Astaga... Jadi dia tadi lari ke kamar karena merasa bersalah padaku ?
(0/////0)

Aku tersenyum tulus padanya. Memang tadi aku marah padanya tapi kalau melihatnya seperti ini, apa aku tega marah terus padanya ? Lagian aku tahu emosinya sedang tidak stabil saat ini dan aku juga tahu kalau dia tidak hamil dia pasti akan sangat lengket padaku. Jess tidak bakalan menolakku sama sekali. Yang terjadi tadi...yah, bisa dibilang gangguan anakku yang belum terima bapaknya masih muda...(--v--)

"Hmm..kukira ada apa...kenapa sampai harus menangis seperti ini ? Sudah tidak apa-apa..." aku masih tersenyum dan menyeka air matanya kembali.

"Ha-habisnya...aku...muntah terus...hiks...di badanmu...dan...hiks...aku melempar sendok...di depanmu...hiks...aku tidak tahu kenapa....hiks...tapi aku sulit sekali...mengontrol...emosiku...huaaaa....!" Jess menangis keras lagi hingga aku langsung memeluknya dan mengelus rambutnya perlahan sambil menenangkannya.

"Ssshhh...sudah...sudah...jangan menangis lagi. Aku tidak marah kok..." jawabku terus menenangkannya dalam sesengukannya.

Jess mencengkeram bajuku sambil masih menangis.
"Aku tidak...suka...aku tidak suka...harus begini...hiks..."

Aku hanya bisa mengelus kepalanya terus agar ia tenang. Sesengukannya mulai memelan setelah 10 menit dia menangis terus.

"Jangan sering menangis seperti ini... Kau sedang hamil dan kalau kau terus menangis, kasihan 'kan anak kita ?" aku tersenyum kembali sambil mengusap kedua pipinya.

Jess mengangguk pelan dan ia menciumku secara tiba-tiba hingga membuatku terkejut. Ia merangkul leherku erat.

Kupikir itu hanya ciuman biasa sebagai permintaan maafnya padaku. Tapi, ternyata Jess melumat bibirku dengan cukup antusias seperti memintaku untuk membalasnya.

Aku melakukannya dan Jess semakin erat mengalungkan tangannya di leherku. Tubuhnya bahkan dirapatkannya padaku dan kedua kakinya dilingkarkan di pinggangku. Ia kini duduk di pangkuanku seperti seekor panda.

Aku kewalahan melihatnya berubah seperti ini. Memang sih tangisnya sudah berhenti, tapi kok jadi nafsuan??? (=////=")a

Jess mendorongku dengan tubuhnya agar aku berbaring dan ia berada di atasku masih sambil memelukku erat.
Tanganku otomatis memeluk pinggang Jess.

Tangan Jess yang merangkulku melonggar dan ia menurunkan tangannya ke kaos yang kupakai. Jess menyelipkan kedua tangannya ke dalam kaosku hingga tangannya menyentuh kulit dadaku.

Tangannya terus merayap naik hingga mengusap puncak dadaku dan tentu saja itu membuat darahku berdesir tidak karuan. Apalagi Jess sama sekali tidak melepaskan french kiss nya dariku.

Malah kali ini aku cukup tercengang saat tangan Jess dengan lihai melepas celanaku dan membuangnya sembarangan ke lantai. Astaga...sejak kapan dia jadi liar??? (=//w//=)

Ia akhirnya memberi rongga untuk kami bernapas setelah lumatan panas itu. Aku memandangnya dengan terkejut.

"Ada apa??? Kenapa kau bersemangat sekali???" heranku padanya yang sekarang sedang sibuk melepaskan pakaiannya dengan cepat.

"Sudah diam saja dan nikmati apa yang kulakukan." jawabnya singkat dan ia kembali menghujaniku dengan kecupan di sekujur tubuhku.

Oke, aku bingung apa yang dilakukan istriku saat ini. Tadi dia nangis gak karuan dan sekarang ???
Emang emosi orang hamil kayak gini ya ??? (=___=")

Yang kutahu sekarang adalah dia sedang memperkosa suaminya sendiri...(=/////=")

Unusual VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang