#54# Ngedate ?

1K 91 8
                                    

Aku akhirnya menemani Jess pergi belanja. Dia bilang dia ingin membeli beberapa pakaian karena sudah bosan dengan semua gaunnya selama ini.

Kami duduk di dalam mobil dengan canggung. Aku bahkan tidak bisa melihat ke arahnya sama sekali dan hanya memandang jendela mobil. Rasanya entah kenapa aku jadi sangat malu padahal bukan aku yang seharusnya merasa demikian.
Jess juga tidak berkata apa-apa dan aku bisa melihat pantulan dirinya dari jendela mobil.
Gadis itu menunduk sambil meremas gaunnya. Kelihatannya dia sedang mencari topik yang bisa digunakan untuk bicara denganku.

Suasana canggung ini untungnya tidak berlangsung lama karena kami akhirnya tiba di butik langganan Jess dan aku hanya mengekorinya di belakang sambil memasukkan kedua tanganku ke saku jeans.

"Selamat datang nona muda, apa yang bisa kami bantu ?" Seorang wanita menghampiri Jess dan menunduk sopan.
Nona muda ? Apa ini butik miliknya ?

"Oh halo Maria, aku mau mencari beberapa pakaian yang cocok denganku. Ada model baru ?" Jess tersenyum padanya.

"Tentu saja nona. Silahkan ikuti saya." Maria menunjukkan bagian gaun di dalam butik.

Butik itu luas sekali dengan tatanan anggun dan berkelas. Kurasa harga-harga di sini pasti luar biasa...
(=_=")

Kulirik salah satu jaket parka yang ada di sana dan mataku melotot seketika.
Jaket yang kelihatannya biasa saja ini harganya Rp. 35.000.000,- ????
Ini butik atau toko emas ????? (0A0")

Maria sibuk melayani Jess sementara aku memilih duduk di salah satu sofa empuk daripada mataku sakit semua karena melihat harga barang-barang di sini. (=v=")

Jess memegang dua helai gaun panjang berwarna toska dan biru langit. Ia kelihatan ragu. Akhirnya ia menoleh ke arahku dengan wajah malu-malu.

"U...umm...Dylan, menurutmu mana yang bagus ?" Tanyanya dengan suara kecil.

Aku memandang gaun yang dipegangnya.
"Tidak ada yang bagus. Dua-duanya gak cocok denganmu." Jawabku langsung.

Maria membelalak ke arahku. Mungkin karena aku blak-blakkan mengatakan baju itu tidak bagus hingga dia tersinggung.
Jess mengangguk-angguk tanpa terlihat kecewa sama sekali dan ia mengembalikan baju itu ke Maria.

Ia berjalan lagi mencari gaun yang disukainya dan terkadang bertanya padaku. Entah kenapa aku tidak suka dengan pakaian di sana.
Selain karena harganya mahal sekali, modelnya juga terkesan agak jadul seperti kerajaan-kerajaan gak jelas...
(=_=")

Bahkan aku harus menunggui Jess yang mencoba beberapa pakaian di sana dan menjadi jurinya.
Tapi, komentar yang bisa kuberikan adalah :
"Jelek."
"Kayak nenek-nenek."
"Ketuaan."
"Warnanya kusam."

Dan ujung-ujungnya aku menghela napas karena stress melihat model pakaian yang terlihat sama semua itu.

Jess pun kelihatannya letih karena harus berkali-kali mengganti pakaiannya. Ia akhirnya duduk di sampingku dan memandangku jenuh.

"Jadi aku harus pakai baju apa yang cocok ??? Dari tadi komentarmu gak ada yang bagus." Katanya ke arahku.

Aku hanya menaikkan sebelah alisku.
"Loh 'kan itu cuma pendapatku. Kalau kau suka ya beli saja." Jawabku enteng.

Jess menggembungkan pipinya karena kesal dan aku mendengus hendak tertawa melihatnya.

"Aku 'kan pakai baju biar kau lihat, bodoh !!! Kalau kau tak suka, untuk apa aku beli ???" Balasnya membelalak ke arahku.

Wah, Jess terang-terangan sekali bicaranya padaku. Semenjak kejadian malam itu, nampaknya ia tak segan-segan lagi menunjukkan rasa sukanya padaku.

"Hmph, jadi maksudmu kau nyari baju untuk menarik perhatianku nih ?" Godaku. Wajah Jess langsung memerah. Ia hanya mengangguk kecil hingga membuatku gemas sekali padanya.

Unusual VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang