#24# Omg...

1.2K 129 8
                                    

Aku melihat poster film Beauty n The Beast.
Apa aku monsternya ? Mungkin begitu...
Aku ini monster yang paling mood-mood an yang pernah ada.
Aku benci melihat Jess dan Dave yang terlihat begitu akrab setelah lama aku tidak melihatnya.

Semenjak aku kabur dari rumahnya waktu itu, Jess sudah berhenti dari sekolah. Nampaknya keluarganya akhirnya mengetahui bahwa ia diam-diam bersekolah di luar dan bertemi banyak orang.

Aku tidak tahu kenapa orangtuanya begitu protektif terhadapnya hingga tidak membiarkan anak semata wayang mereka itu keluar rumah sama sekali.

Dan aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi padaku akhir-akhir ini. Wajah Jess sering muncul dalam pikiranku hingga membuatku hampir gila.

Aku berusaha menghilangkan bayangannya dengan berolahraga. Selain bisa membentuk otot-otot yang menunjang penampilanku, kegiatan ini bahkan bisa membuatku lupa padanya sesaat.
Tapi, tidak mungkin aku seharian olahraga 'kan ? Lama-lama aku bisa jadi kurus kering seperti ranting yang mudah dipatahkan !

Aku berjalan dengan malas saat akan pulang ke rumah. Aku sampai tidak menyadari ada pria berjaket hitam dan seorang wanita gendut berambut pink mencolok sedang berdiri di depanku.

Otomatis kakiku berbelok menghindari mereka tanpa memandang sama sekali. Aku masih saja menunduk menendangi kerikil yang ada.

"Hei bung." Panggil si pria.

Aku tidaj menggubris dan terus jalan karena aku tidak sadar yang dipanggilnya adalah aku.

"Woii !!!" bentaknya keras hingga membuatku terlonjak dan berbalik ke belakang untuk melihat apa yang terjadi.

Ia memandangku dari balik kacamata hitamnya. Aku hanya mengernyit berusaha mengenali siapa orang itu.
Teman ? Tidak...
Sodara ? Juga tidak...
Tukang kartu kredit ? Aku miskin bro...
Tukang palak ? Mungkin saja...

Aku meneguk ludah karena tampang pria itu cukup sangar dan jika memang dia adalah tukang palak, aku perlu melindungi duit di kocekku !

"Ampun bang...ampun...saya cuma punya 5 rebu bang...itupun buat makan siang bang...abang tega ya ngeliat saya gak makan ? Kalo mau cari yang lain aja bang...saya gak enak buat dimangsa...udah kere bisa bikin ketiban sial lagi..." Aku memasang tampang memelas dan mengerutkan tubuhku.

Kedua orang itu terdiam dan mereka tiba-tiba tertawa mendengar ocehanku barusan.

"Siapa yang mau palak kamu ? Diliat aja udah tau kamu gak ada duitnya ! Tuh, sepatu mulut buaya, jaket kucel, apa yang bisa diambil ??? Dikasih 10 rebu pun ogah !" Balasnya.

Aku langsung menarik napas lega karena dia rupanya tidak berniat jahat.

"Ohh maaf deh bang...napa manggil bang ? Nyari alamat ? Saya kurang tau daerah sini bang. Cuma tau jalan dari sekolah ke rumah. Ato abang nyari kontrakan ? Ada tuh deket rumah saya. Tapi, agak parah kondisinya bang. Itu pun kalo abang tahan sama kecoak dan tikus yang suka seliweran malam hari..." aku terus mengoceh tanpa henti hingga pria itu mengangkat tangannya menyuruhku diam.

"Eh busyet ni anak...ngoceh mulu. Tampang lumayan tapi mulut kayak kereta express...." omelnya. Aku langsung diam.

"Kita tu manggil kamu buat nawarin kerjaan. Mau gak ? Jarang-jarang loh kita nerima anak SMA." kata si pria lagi.

"Mo nipu saya ya bang ?" ucapku langsung tanpa sadar.

"Siapa yang mau tipu kamu, hah ??? Kita lagi kekurangan orang makanya nyari karyawan baru. Oh ya, gua Evan dan yang ini Mamicitta."

Aku membelalak mendengarnya.
"APAA ??? MAMI ???" kagetku dengan suara keras hingga Evan menggeleng pasrah.

"Ampun bang...saya masih anak baik-baik bang...jangan jadiin saya anaknya mucikari ato germo ato apalah itu bang...ampun bang...saya masih perjaka...mau nyimpan kesucian saya buat istri saya kelak... jangan nodai saya bang..." lagi-lagi mulutku menyerocos tak karuan hingga membuat kedua orang itu melongo.

Mereka berdua tiba-tiba tertawa keras dan membuatku kebingungan.

"Oi bego ! Namanya Mamicitta bukan mami-mamian. Perlu dikasi liat KTP nya ???" Evan menepuk keningnya karena heran melihat tingkahku.

"Oh yang lagu super junior itu ?" Mataku membesar seketika.

"Astaga...itu Mamacita ! Kau ini humoris banget ! Siapa namamu ?" Evan masih tertawa melihatku yang terbengong.

"Dylan." jawabku begitu saja.

"Nah, Dylan. Kau sangat cocok dengan pekerjaan ini menurutku. Kau pandai bergaul dan bisa membuat orang senang padamu. Kau bisa menjadi seorang host terkenal !" Mamicitta ikut bicara akhirnya.

"Ho...host ? Maksud kalian pembawa acara ???" Mulutku ternganga lebar.

Unusual VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang