#38# Gak mau !

1K 115 2
                                    

Orangtua Jess masih sibuk memandangi anak mereka yang sedang berubah menjadi cool man. Ibunya bahkan melakukan selfie bersama anaknya itu yang kelihatan jengah.

Aku hanya memandangi mereka dengan senyum yang kupaksakan. Yah, aku patut iri melihat perempuan yang ganteng saat menjadi pria. Aku yang pria aja gak seganteng itu. Bagaimana bisa Jess melakukannya ?

"Dylan ! Bagaimana bisa kau kalah dengan Ica ??? Astaga, harusnya aku melahirkan anak cowok lagi !" Seru ibunya masih menatapi anaknya dengan mata yang bisa memancarkan kilauan permata.

"Ha-ha-ha, ya tante...Jess emang lebih ganteng dariku...untung saja aku lebih tinggi darinya...setidaknya ada satu poin yang menang dariku melawan cowok ganteng di depan tante itu..." kataku tertawa hambar.

Jess tertegun mendengar kata-kataku barusan. Ia terlihat syok dan aku menaikkan sebelah alisku saat melihatnya.
Kenapa ? Apa aku salah bicara ?

Secara tiba-tiba, Jess langsung berbalik dan berlari meninggalkan kami semua. Kami bertiga terkejut melihat reaksinya dan orangtua Jess langsung menatap tajam ke arahku.

"A...ada apa ? Saya gak tahu kenapa dia lari..." jawabku dengan bingung.

Ibu Jess tiba-tiba mendengus, "Dasar gak peka !" Katanya tajam hingga aku tertegun mendengarnya.

Peka ? Peka apa ???
Memangnya apa yang kulakukan ???

Aku mengerjap-kerjap bingung ke arah ayah Jess. Beliau hanya mengedikkan bahu dan menghela napas.
"Wanita terkadang sulit dimengerti..." gumamnya.

"Om 'kan bisa aja baca pikiran Jess atau tante." Gerutuku mendengar khotbahnya.

"Tidak ah. Asal kau tahu, kalau bangsa Witch tidak bisa membaca pikiran keluarga mereka sendiri. Dari tadi om hanya menebak Ica saja. Kebetulan tepat..." kata ayah Jess sambil berjalan meninggalkanku juga.

"Jangan beritahu Ica soal yang satu ini. Nanti dia belajar bohong pada om dan tante." Kekehnya lagi.

Aku hanya mendengus hendak tertawa tapi aku mulai berpikir lagi. Apa yang terjadi dengan Jess ? Kenapa dia kelihatan marah ?

Aku berjalan ke arah kamar Jess dan kulihat ibunya sedang bicara padanya. Jess terlihat sangat sedih dan hampir menangis. Lho ??? Ada apa ini ???

Tanpa sadar pintu kamar Jess terdorong olehku hingga berderit dan membuat kedua orang itu menoleh ke arahku.

"A...ah, maaf. Apa saya mengganggu ? Saya cuma cemas karena Jess tadi lari begitu saja..." kataku.

Ibu Jess berbicara dengan suara kecil pada anaknya lalu ia beranjak meninggalkannya. Saat melewatiku, beliau berbicara dari sudut bibirnya.
"Lain kali kalau bicara dipikir dulu."

Hah ??? Memangnya aku tadi bilang apa ???
Aku mengernyit bingung mendengar ibu Jess mengatakan hal itu.

Aku masuk ke kamar Jess dan mendekatinya yang sedang berusaha menghapus air matanya.

"Kau menangis ? Ada apa ?" Tanyaku menghampirinya dan duduk di sampingnya.

Jess mengelak menghindari tatapanku dan terus berusaha mengusap kering air matanya.

Secara refleks, aku menarik tangannya agar menghentikan tindakannya itu.
"Jangan dikucek terus. Nanti matamu perih." Kataku.

Jess memandangku selama beberapa detik dan aku dapat melihat matanya berkaca-kaca. Ia kembali mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Kayaknya aku ada berbuat salah deh padanya...(=_=")a

"Maaf." Kataku langsung.

Jess tertegun dan memandangku kembali. Mungkin ia sedang membaca pikiranku yang sedang dalam keadaan bingung karena tidak tahu apa salahku.

"Tidak perlu minta maaf kalau gak salah !" Jawabnya jutek.
Nah, ini jelas-jelas dia lagi marah padaku...(=A=")

"Kau kenapa ? Marah padaku ? Apa aku tadi berbuat salah padamu ?" Tanyaku langsung.

Jess mengacuhkanku dan memasang wajah BiMoLi (Bibir Monyong Lima senti).

Aku menghela napas panjang dan bersandar di sofa itu sambil melipat tangan di dada dan menyilangkan kakiku.

"Jangan pake kode-kodean. Cowok itu gak peka sama kode-kodean ala cewek. Kalau marah bilang aja salahku apa. 'Kan jelas..." kataku memejamkan mata dengan lelah.
Aku tidak ahli membujuk gadis yang sedang mengambek.

Jess semakin memanyunkan bibirnya dan menarik-narik ujung bajunya dengan kesal.

"Kau ini gak peka sekali ! Kau kira cewek itu senang dibilang ganteng ??? Aku sakit hati tau !!!" Kata Jess cukup keras. Aku tertegun mendengarnya.

"Loh ? Aku 'kan jujur. Kenyataannya kau memang lebih ganteng dariku kalau berpenampilan pria." Balasku dengan heran.

"Gak mau !!! Pokoknya aku gak mau dibilang ganteng !!!" Jeritnya hingga membuatku semakin tercengang heran.

"Kau ini kenapa sih ??? Kau itu memang ganteng kalau kayak gini. Kenapa ??? Mau kubilang cantik ? 'Kan gak logika kalau tomboy gini dibilang cantik. Bisa-bisa aku dibilang buta sama orang yang dengar !" Aku membelalak ke arahnya. Jess terlihat sangat kesal sekali hingga membuatku kembali menghela napas dan mengalihkan pandanganku.

Kami diam seperti orang yang sedang marahan dan Jess kelihatan seperti akan menangis lagi.

"Kalau kau berpenampilan cewek, ya tentu saja aku akan mengatakan kau cantik..." kataku kemudian memecah keheningan.

Jess tertegun dan menoleh ke arahku. Wajahku memerah dipandangi seperti itu olehnya.

"Yah...kuakui sih walau aku tidak terbiasa melihatmu dengan gaun putri-putrianmu itu, tapi kau memang cocok dan cantik sekali memakainya..." gumamku yang pasti terdengar olehnya karena ruangan itu sangat hening.

Wajah Jess memerah sama sepertiku. Nampaknya dia senang dengan pujianku dan akupun sebenarnya bukan mengatakan hal itu hanya untuk menyenangkannya, tapi itu memang kenyataan.

Aku melirik Jess dan ia sedang menghapus air mata yang hendak jatuh kembali. Wajahnya tersenyum.

"Harusnya kau bilang itu dari tadi..." ucap Jess hingga membuatku mendengus tertawa.

Unusual VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang