05 Bagian Lima

170 18 0
                                    

"Kau menemukannya ternyata, anak kecil?"

Pria bertato naga harimau itu berkata datar.

"Namaku Ifa."
Ifa benar-benar tak suka dengan panggilan laki-laki yang ia tolong.

"Dari mana kau menemukannya?" tanya Anton, laki-laki yang menculiknya 4 tahun yang lalu dan kini Ifa tolong.

"Apa? Buku ini?" Ifa mengangkat buku karangan Ibnu Sina yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Ya, yang mereka perdebatkan adalah buku tebal tentang pengobatan Islam yang kini menjadi pedoman bagi luka Ifa.

"Ya, dari mana kau menemukannya?"

Ifa menerawang mengingat kejadian saat ia terbangun dari tidur perihnya.

Ketika Ifa berusaha mencari sesuatu untuk mengusap luka di kening, Ifa menyentuh buku tebal itu dan membawanya.

"Dari sudut kanan ruang eksekusi Tuan Jaka," jawab Ifa datar.

"Ck. si bodoh itu masih menyimpannya rupanya."
Anton berbicara sambil menunduk memperhatikan luka-luka yang mulai mengering. Dan Ifa diam tak mengomentari.

"Jadi apa yang kau inginkan sebagai bayaran karena telah menolongku?"
Anton berbicara to the point, tapi tak mengalihkan perhatian dari luka-luka yang tampak di betis.

"Keluarkan aku dari tempat ini."

Seketika Anton memalingkan wajahnya pada Ifa.
"Kau yakin?"

"Ya." Ifa menjawab mantap.

"Baik." Anton mengangguk.

"Tapi sebelum itu aku ingin kau mengajariku ilmu bela diri," ucap Ifa mutlak.

Anton melirik dan memicingkan mata dan Ifa melihat itu.

"Aku tahu Tuan Jaka tak kan melepaskanku begitu saja," sambung Ifa.

"Smart girl." Anton tersenyum menyeringai

"Kau setuju?" tanya Ifa memastikan.

"Ya."

Anton menyetujui. Toh usianya juga tak kan lama lagi, setidaknya ia telah berbuat baik sebelum mati.

Ia sering melihat gadis kecil hasil penculikannya ini disiksa saudaranya yang bodoh itu yang selalu seenaknya memerintahkan dia turun tangan menghajar musuh-musuh dan orang-orang yang berani mengkhianati.

Seperti hari ini, ia terluka karena harus menghadapi para pengkhianat dari pertahanan sayap kiri gengnya. Jika bukan karena gadis kecil tanpa ekspresi ini, ia mungkin saat ini sudah tak bernyawa lagi.

"Aku akan mengajarimu ilmu bela diri 3 kali dalam seminggu selama 2 jam setiap jam 12 malam."
Anton memberi tahu jam istirahat malamnya.

"Ya." Ifa mengangguk tak protes. Ifa cukup tahu penculiknya ini cukup sibuk dalam kesehariannya.

"Tiga bulan. Aku akan mengajarimu hanya 3 bulan. Tidak lebih."
Anton memberi jangka kelas ilmu bela dirinya.

"Ya." Ifa benar-benar tak protes.

"Jika kau membaca buku tebal sialan itu, kau pasti belajar ilmu herbal dan ilmu pengobatan bukan?"
Anton ingin memastikan sesuatu.

"Ya." Dan Ifa membenarkan keingintahuan Anton.

"Sudah sampai mana kau membacanya?" Anton kembali bertanya.

"Aku sudah membancanya 872 kali dalam kurun waktu 3 tahun," jawab Ifa santai.

"Baik. Aku kira ilmu medismu sudah cukup." Anton mengorek jas hitam dan mengeluarkan beberapa buku catatan kecil dan melemparnya pada Ifa.

"Pelajari buku-buku itu."

Setelah itu Anton berlalu.

Ifa membuka salah satu buku kecil bersampul biru.

Ahh, rupanya ilmu siasat perang.

The True Traveller (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang