Bagian Empat Belas

155 17 0
                                    

Mentari berada pada posisi di mana sinarnya memberi kehangatan. Burung-burung berkicau riang dan angin sejuk menyapa setiap pergerakan.

Ahh, suasana pagi memang yang paling menyehatkan.

Ifa benar-benar menikmati kegiatan menjemur pakaian hasil cuciannya pagi ini.

Saat Ifa hendak menjemur jemurannya yang terakhir, pendengaran Ifa menangkap suara teriakan yang mengarah padanya.

"Uni Dokter!"

Ifa berbalik dan melihat ada Hamka dan beberapa pria dewasa menghampiri kediamannya.

Kali ini apa?

Ifa menelan ludah, tak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Dokter kecil, perkenalkan saya Datuk Syarif, kepala Dusun kecil di sebrang hutan ini," ucap seorang lelaki paruh baya berkemeja putih yang menyapa Ifa lebih dulu. Terlihat ia berusaha menyembunyikan logat Minangkabaunya.

"Ahh, ya, nama saya Ifa, Datuk." Ifa tersenyum canggung.

"Oh, Dokter Ifa, saya sudah dengar cerita Amak Hamka bahwa dokter bisa menyembuhkan penyakit Hamka."

Ifa melirik Hamka yang sejak tadi tak henti-hentinya melaporkan diri bahwa ia sudah sembuh.

"Datuk harap dokter Ifa berkenan menolong penduduk Dusun lain yang terkena wabah juga. Dan tolong selamatkan putri saya, Dokter. Saya mohon, saya akan memberikan apa pun sebagai bayarannya, Dokter, tolong."

Datuk Syarif memohon membuat Ifa salah tingkah.

Datuk Syarif sebenarnya agak kaget, setelah berkeliling menjelajahi hutan lebat itu, akhirnya rombongannya menemukan seseorang yang hidup di tengah-tengah hutan dan yang lebih membuatnya kaget lagi seseorang itu masih sangat belia ditambah dialah yang rombongannya cari.

"Datuk, tolong jangan seperti ini, saya pasti akan mencoba membantu sebisa saya." Ifa tak nyaman dengan situasi seperti yang tengah ia alami.

"Terima kasih, Dokter, terima kasih." Namun, Datuk Syarif tetap dalam sikapnya yang merendah. Membuat Ifa menahan napas karena canggung.

"Bisakah Dokter ikut dengan saya ke ydusun?"

"Ya, tentu. Tolong tunggu sebentar."

Ifa berjalan cepat memasuki kediamannya dan kembali dengan membawa ransel coklat hitam dan tas jinjing.

Datuk Syarif yang melihat itu langsung mengajak Ifa dan rombongannya bergegas ke Dusun tempatnya memimpin.

Ifa berjalan dengan rombongan pria dewasa serta Hamka yang berjalan di sebelah kanan yang terlihat begitu antusias.

Entahlah, Ifa tak ingin menebak apa yang dipikirkan anak laki-laki di sebelah kanannya itu.

Sepanjang jalan, Datuk Syarif menceritakan kondisi dusunnya yang semakin hari semakin memburuk. Datuk Syarif mengatakan bahwa kondisi seperti ini sudah terjadi sejak 5 tahun yang lalu.

Saat ini, hampir 70% penduduknya terkena penyakit yang serupa.

Karena hal itulah datuk Syarif menyimpulkan bahwa Dusun tempatnya memimpin terkena wabah.

Dalam hati Ifa meyakini bahwa ini bukan wabah. Dan karena itu, Ifa menjadi sangat penasaran dengan kondisi penduduk dusun lainnya.

Langkah Ifa memasuki Dusun yang terlihat sepi. Ternyata jarak dari tempat Ifa tinggal dengan Dusun Datuk Syarif tak begitu jauh.

Hanya saja pepohonan di hutan membuatnya terlihat seakan tak tersentuh manusia mana pun.

Ifa memutar pandangannya, ia menangkap banyak pohon yang mati kekeringan. Ifa juga melihat ada banyak sayuran yang tergelatak di depan beberapa rumah dengan kondisi tidak layak makan.

The True Traveller (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang