Couple Traveller

263 14 2
                                    

EKTSTRA PART
_

____________________________

"Jalan masih panjang terbentang di hadapan. Tak hanya sekadar dunia. Lihatlah ke depan. Yang lalu biar berlalu. Jadikan pemicu kalbu."

Jalan Masih Panjang
Edcoustic
~•~

Jatuh hati, apa ada yang pernah? Mencintai pada yang halal dan berseri dalam maghlihai keindahan. Betapa fitrah terasa pasti jika ditempuh dalam ridho-Nya.

Dulu, Ifa tidak pernah sedikit pun memiliki pemikiran tentang seseorang. Semuanya blur, abu-abu, dan hambar. Tidak ada kepastian. Langkah awalnya adalah menjauh dari sosok pelindung pertama yang ia kenal sebagai pelaku kejahatan.

Arya, nama bersejarah. Bersanding dengan Rizki alasannya kekal dalam kekuatan. Juga paman Anton, lelaki keras yang tidak pernah bersedia mengalah. Keduanya meninggalkan. Begitu saja. Setelah daun menghijau dan memberi kehidupan. Tanpa aba-aba mengering dan berjatuhan.

Waktu terus berpacu. Menggerus melodi pada rinai hujan di mata. Terlebih, sosok bidadari ikut melepaskan diri dan kembali kepada-Nya. Betapa kehidupan selalu sangat suka merebut sosok berharga. Ayah tercinta pun ikut mengembus napas terakhir. Setelah mengantar Ibnu menjadi suaminya dan memberi kedua netra berharga kepada putrinya.

Dan si Belang, wujud paman dalam kisah tak terpaham. Saat itu masih ada gelak tawa, lalu senapan menyembelih dan membinasa. Terkutuklah semuanya. Istighfar! Allah tidak akan suka.

Manusia, makhluk Bumi dengan identitas sebagai hamba-Nya. Menuang kasih dalam ikhlas menata. Berharap Ilahi berkenan mencinta dan mengabul doa.

Seperti itu, Rahmalia Lathifa menapaki jalannya. Terjal, sendiri, gersang, juga asing untuk dikenang. Sulit menetap lalu Zein hadir sebagai magnet lain.

Pertama, Ifa mengagumi dokter muslim asal Persia, Ibnu Sina. Darinya Ifa memiliki keinginan besar untuk menyentuh setiap luka dan mengobatinya. Lalu Ibnu Batutah, sang penjelajah ternama. Tokoh muslim penggerak langkahnya.

Namun, sepertinya itu saja tak cukup. Ada Ibnu lain yang menggenggamnya erat saat ini. Ikut tertawa saat pijakannya salah dan berujung pada jatuhnya couple traveller.

"Rahma, kenapa kamu menerima lamaranku?" tanya Ibnu kembali. Entah keberapa, tetapi pemuda itu seolah tak pernah puas pada satu kesempatan saja.

Lagi, dengan suara yang masih ditata hati-hati, Ifa akan menjawab, "Allah yang Mahapenyayang telah menetapkan." Lalu Ibnu akan tersenyum dan mengecup lagi, lagi, dan lagi kedua lengan dalam genggaman.

"Aku ingin tahu isi hatimu," katanya tanpa melepas jatuhnya pandangan pada dua bola mata baru milik almarhum ayah mertua.

"Mas, aku mencintaimu. Begitu tak bisa kupahami. Bahkan hatiku sendiri tak bisa menerka. Ia mengalir begitu saja. Membasahi setiap bagian terpencil dalam hati. Lalu tumbuh sebagai fitrah yang ingin selalu kujaga." Itu adalah definisi sederhana tentang isi dari kalbu Rahma.

"Lalu, apa kamu tidak berniat menanyakan hal yang sama padaku, Rahma?"

Ifa tersenyum. Ia raih wajah tirus yang terasa dingin akibat suhu dingin di puncak tertinggi Indonesia. "Apa kamu berniat memberitahuku?" tanyanya dengan tangan yang mengikuti bentuk alis tebal berkharisma.

Ibnu tak merespon. Ia terlalu sibuk menikmati pemandang hebat yang jatuh dalam lingkup wajah oval berbalut kerudung abu. Ia raih lengan kecil yang terbungkus sarung tangan hitam. "Apa dingin?" tanyanya sembari mencoba memberi kehangatan dengan cara menggosokkan tangan dan menempelkannya berulang pada pipi ayu yang ingin selalu ia jaga.

The True Traveller (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang