"Apa kamu memang seorang penjinak bom?" Tanya laki-laki jangkung yang sejak tadi membantu Ifa menangani para penumpang kereta MRT yang terkena gangguan syok dan luka-luka ringan akibat berdesakan.
"Saya hanya mengerti beberapa hal tentang komponen bom," jawab Ifa santai dengan tangan yang terlatih memberi rileksasi pada ibu muda yang hamil 4 bulan.
Ifa memijat ringan titik-titik syaraf di lengan, kaki dan kepala ibu hamil yang berasal dari melayu itu.
Aroma melati dan mawar menguap memenuhi gerbong kereta yang disulap laki-laki berjins hitam menjadi tempat praktek penanganan medis yang dipimpin oleh Ifa.
Ifa melakukan penanganan dibantu oleh beberapa mahasiswa keperawatan. Dengan begitu dirinya tak begitu mendapat banyak pasien. Hanya mereka yang dianggap memiliki keluhan khusus yang diserahkan pada Ifa.
Entahlah, tindakan Ifa saat melumpuhkan bom memberikan kepercayaan lebih dari para penumpang untuknya.
Dan Ifa menanggapi hal itu dengan tersenyum canggung lalu mengikuti arah keinginan para penumpang kereta.
"Apa pendidikan terakhirmu?" Tanyanya kembali dengan tangan yang sibuk mengobati luka-luka ringan penumpang laki-laki dengan ramuan ranti dari Ifa.
Ifa mendadak terdiam, ia lalu menyelesaikan penanganannya terhadap ibu hamil yang memperkenalkan diri sebagai Makci Aida. Setelah itu Ifa menutup kembali botol minyak zaitun wanginya.
"Sudah selesai, makci," ucap Ifa ramah pada ibu muda yang mulai terlelap karena merasa nyaman oleh sentuhan Ifa.
Makci Aida mengerjap-ngerjap mata,
"Iye keh? Tak terasapun?"Ifa tersenyum,
"Coba makci gerakan kaki makci yang sakit tadi."Makci Aina menggerakan kakinya, lalu matanya yang serius berubah membulat sempurna.
"Sudah tak sakit!!" Ucapnya antusias.
"Terimakasih, ye?" tambahnya dengan menatap Ifa kagum.
"Sama-sama, makci," jawab Ifa lembut.
"Hoaaammm, makci ngantuklaah. Makci izin tidur dulu yah?"
Ifa tersenyum lalu mengangguk setuju. Logat melayu Makci Aida terdengar lucu dan menggemaskan.
"Apa kamu tidak sekolah?"
Laki-laki yang sejak awal membantu Ifa tanpa bertanya dulu kembali melempar pertanyaan yang serupa dengan yang sebelumnya."Saya sekolah," ucap Ifa dengan mata menatap orang-orang yang sudah kembali santai menunggu pemberhentiannya masing-masing.
"Lalu?"
Si penanya melipat kembali kain lengan panjangnya yang sudah mulai melorot."Saya mahasiswi kelas karyawan di Universitas Yapkesbi Sukabumi," jawab Ifa tenang.
"Fakultas?"
Ifa menoleh ditatapnya laki-laki kurus jangkung yang sejak tadi tak berhenti memberinya pertanyaan.
"Apa saya harus menjawabnya?"Yang ditatap membuka topi birunya lalu mengusap rambut agar lebih rapih tersisir ke belakang. Dan kini Ifa bisa melihat, rambut hitam ke merah-merahan itu sedikit gondrong dan ikal.
Rambutnya memang tidak serapih rambut Dirga, dan tidak juga setertata rambut Kak Harris atau semengkilap rambut Kak Bagus. Tapi entahlah, rambut sedikit kusam dan gondrong itu membuat Ifa gemas ingin membawa pemiliknya ke tempat pangkas rambut dan membuatnya melakukan keramas di salon rambut.
"Tidak harus," balasnya tak kalah santai memecah pikiran aneh Ifa.
Ifa mengangguk lalu mulai membereskan kembali barang-barang medisnya. Jika perkiraannya tidak salah, satu pemberhentian lagi adalah tujuannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/162141702-288-k13209.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The True Traveller (Revisi)
AdventureCover By Canva Template Cover by mystudio11 Elemen by Gia Leuterio from sketchify japan & alvindovicto from painting tools Font : Kollektif & Lotus Eater Sans SUDAH TAMAT _____________________________ Apa yang lebih sakit dari ini? Air mata yang te...