Bagian 65

102 8 0
                                    

“Ayah, apa pendapatmu tentang Pakistan?” Ifa menuang teh hangat pada cawan laki-laki paruh baya yang saat ini tengah bersantai di taman belakang rumah.

“Tempat yang bagus,” jawabnya tanpa mengalihkan fokus pada koran yang sedang ia baca.

Ifa beralih mengisi teh pada gelasnya lalu kembali mengambil posisi duduk yang ia anggap paling nyaman.

Sudah satu tahun dirinya menghabiskan waktu bersama ayah tercinta.

Sekembalinya dari Sukabumi, Ifa memutuskan untuk merawat ayah yang memiliki keluhan penyakit jantung.

Ifa melakukan perawatan pada ayah seperti halnya perawatan yang ia lakukan pada Paman Anton dulu. Terapi lintah, bekam, akupuntur dan selalu memberi ayah obat herbal racikannya sendiri.

Ifa juga menerapkan pola hidup yang baik, pola makan yang teratur dan sehat, pola olahraga yang rutin dan mengusahakan selalu agar ayahnya tidak stres.

Sebab stres akan sangat berpengaruh bagi yang memiliki keluhan penyakit jantung. Sewaktu-waktu stres bisa menjadi pendorong terjadinya hipertensi (tekanan darah tinggi) dan serangan jantung mendadak.

Dan di dua belas bulan itu pula, Ifa sangat sering mengunjungi tante Sinta, istri dari Om Dani yang berada dalam pengawasan tenaga medis di rumah sakit jiwa.

Entahlah, saat melihat Tante Sinta, Ifa merasa seperti melihat ibunya. Ifa tidak ingin kehilangan Tante Sinta. Oleh sebab itu, Ifa melakukan terapi hormon dan terapi otak pada Tante Sinta.

Sebenarnya tidak begitu sulit untuk menyembuhkan orang yang memiliki keluhan seperti Tante Sinta.

Kita hanya perlu melihat gejalanya dulu. Setelah itu baru menentukan tindakan apa yang sebaiknya diberikan pada penderita.

Dan yang terjadi pada Tante Sinta, keluhannya sama persis seperti ibunya dulu, bertingkah seperti anak-anak.

Untuk kondisi seperti itu, Ifa memutuskan melakukan pendekatan sebagai seorang teman. Ifa membuat dirinya memasuki dunia Tante Sinta sebagai anak-anak.

Dan setelah satu minggu melakukan pendekatan, Ifa mulai mengajari banyak hal Tante Sinta yang ternyata memiliki pemikiran seperti anak TK.

Ifa mengikuti arah pembicaraan Tante Sinta dengan tetap mengarahkan Tante Sinta agar terus berpikir lebih dewasa dan bijak.

Ifa juga menerapkan pola makan sehat yang banyak mengandung omega 3 pada Tante Sinta agar perkembangan otaknya bisa lebih cepat meningkat.

Dan yang paling utama, Ifa mengarahkan Tante Sinta agar bisa ikhlas dan menerima atas semua ketetapan Allah pada kehidupannya. Dan hal ini dilakukan Ifa dengan cara pendekatan rohani.

Alhasil, tiga bulan yang lalu, Tante Sinta telah resmi dinyatakan terbebas dari gangguan jiwa. Kehidupan Om Dani dan Tante Sinta telah kembali harmonis dengan putrinya, Zahra yang juga sedang dalam tahap kesembuhan dari penyakit Leukimia.

Dan saat ini, Ifa sedang fokus untuk membantu menyembuhkan keluhan yang diderita Zahra.

“Apa putriku akan ke Pakistan?” Ayah Ifa mengangkat cawan dan menyesap isinya.

“Aku sudah pernah mengatakannya satu tahun lalu, ayah ….”

Ayah Ifa terkekeh saat menyaksikan putrinya merajuk. “Ayah sudah tua.”

“Aku tahu,” jawab Ifa yang masih merajuk.

“Jadi, kapan putriku akan pergi meninggalkan ayah lagi?” Laki-laki paruh baya yang hari ini ber-sweeter merah tua itu meletakan kembali cawan dan bergerak melipat koran yang sudah selesai ia baca.

The True Traveller (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang