Bagian 48

93 12 0
                                    

Pagi berembun sinar tak terang, sesosok gadis menjamu hari barunya dengan kembali terlelap.

Ting.
Notifikasi handphone membuka paksa mata berat seorang gadis yang masih terlelap di balik selimut hotel.

From Om Dani
087788112xxx

Lathifa, ayah kamu nanyain kabar kamu. Apa kamu baik-baik saja?

___
Ifa menyentuh kening, dan didapatinya masih bersuhu tinggi.

To Om Dani
087788112xxx

Aku sakit ....

___
Ifa menggeleng, ia hapus kembali pesannya yang baru selesai diketik itu.

To Om Dani
087788112xxx

Alhamdulillah, minta doanya aja ya om? Tolong bilangin juga ke ayah, Ifa ....

___
Ifa terdiam, tak melanjutkan aktifitasnya mengetik. Ia seka air matanya yang terasa lebih panas.

'Apa berbohong akan membantuku?' Tanyanya dalam hati merasa sakit dan tak kuasa menahan perihnya sendiri.

Ia hapus kembali pesannya itu. Matanya yang terus berdenyut ia pejamkan. Termenung, memikirkan jawaban apa agar dirinya tidak berbohong dan ayahnya tidak merasa khawatir.

To Om Dani
087788112xxx

Alhamdulillah 😊

Send.

__

Ifa bangkit, rasa mual di pencernaannya sungguh benar-benar tak nyaman. Ia singkap selimut biru yang membalut tubuh lemahnya.

'Allahuu, aku hamba-Mu yang lemah ... mohon beri hamba kekuatan,' jeritnya dalam hati dengan kaki yang sudah siap menjejaki ubin.

Dingin. Kakinya yang hangat bisa merasakan dinginnya keramik kamar.

Ia ambil sandal hotel yang tersimpan di rak sepatu lalu mulai kembali melanjutkan tujuannya menemui si bening air di kamar mandi.

Pening yang mengganggu, mual yang menyiksa dan suhu tubuh yang tinggi, memberinya tubuh yang terasa lemah dan tak berenergi.

Dengan sedikit tertatih ia sampai di depan pintu toilet. Ia buka pintu walau dengan pandangan yang terasa berputar.

Rasa mual yang datang dengan tiba-tiba, mendesak Ifa memasuki kamar mandi dengan lebih bergegas. Ia seret kedua kakinya yang terasa telah kehilangan tenaga.

"Hoek, hoek ...."
Tak ada yang keluar, sebab di pagi berembun ini belum ada makanan jenis apapun yang masuk ke perutnya.

Ifa memutar kran wastafel, ia basuh wajahnya yang memerah. Disentuhnya titik wudhu rambut bagian depan dengan sedikit air di tangan.

Hal itu bisa membantu menenangkan saraf yang tegang dan meninimalis efek pusing pada kepala.

Dinginnya si bening mineral juga membantu Ifa menenangkan suhu panas yang datang menyerang.

Ifa berkumur, mencoba menghilangkan rasa pahit di ujung lidah. Dan sedikit air yang tertelan, mengundang mual kembali.

"Hoek, hoek, cuh ...."
Ifa kembali memutar kran, mencuci muntahannya lalu ia matikan kembali kran.

Ifa menyender pada pintu kamar mandi, lalu berjongkok dan ditutupnya wajah bersuhu tinggi miliknya.

Setelah dirasa cukup menghilang semua keluhan demamnya, Ifa kembali bangkit dan memutar knop. Keluar dengan tertatih, membawa pening dan mual kembali ke tempat tidur.

The True Traveller (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang