#TheTrueTraveler
#Bagian62Selamat membaca
“Mang, ke Sukabumi?” tanya Ifa pada salah satu pengemudi angkot biru. Ini adalah kali pertamanya mendatangi Sukabumi tanpa diantar Kak Harris atau Om Hasan.
“Ini ke Sukaraja, Neng. Kalau Eneng mau ke Sukabumi, nanti dari Sukaraja Eneng naek angkot pink,” terang sang kenek.
Ifa mengangguk. “Jadi dari sini saya naik angkot biru dulu?”
“Iya, Neng. Mangga masuk.” Sang kenek mengarahkan Ifa memasuki angkot.
“Emang lagi manja, lagi pengen dimanja … pengen berduaan dengan dirimu saja ….”
Ifa tersenyum. Musik yang ia ketahui sedang hits dari Kak Dila ia temui di dalam angkot.
Ifa mengambil posisi di dekat jendela dan menggeser penutup jendela. Angkot mulai melaju membawa terpaan angin membelai wajah. Ifa tersenyum lalu mengeluarkan tangannya sedikit.
“Bismillahi tawakaltu’alallah lahaula wa laa quwwata illabillah … (dengan menyebut nama Allah aku berserah hanya kepada Allah, tidak ada daya tidak ada upaya kecuali atas izin Allah)”Tidak terlalu berdesakan dengan begitu gadis yang hari ini berseragam hitam dengan kerudung abu-abu itu bisa lebih nyaman di dalam angkot.
Ifa menarik kembali tangan kanan yang terulur sedikit. Berbahaya bila terlalu nekad. Apalagi saat ini ia sudah memasuki kawasan ramai.
Hari ini Ifa ingin mengenal Sukabumi. Ujian semesternya sudah selesai. Dan si menyebalkan Dirga sudah kembali bertugas. Panggilan negara katanya.
Saat itu Ifa hanya mengangguk dan mereka berpisah. Ifa dan Kak Harris ke Sukabumi dan Dirga kembali ke Kalimantan.
Dan tadi pagi Kak Harris harus kembali ke Bandung. Katanya ia harus melakukan sidang.
Ifa tersenyum. Sebentar lagi Kak Harris akan menjadi sarjana kedokteran.
“Eaaaaa … eaaaa …,” tangisan bayi memecah hening di dalam angkot.
“Aduh bu, itu anaknya kenapa nangis?” tanya ibu penumpang berbaju biru.
“Dia baru sekarang saya ajak naik angkot, bu …,” akunya dengan berusaha menenangkan putri tercinta.
“Coba disusui, bu,” saran ibu penumpang yang lain.
“Sudah. Tapi dia gak mau.” Ibu itu mengguncang-guncang lembut putrinya.
“Boleh saya mencoba,” tawar sesosok gadis manis dengan ransel coklat hitam.
Sang ibu nampak ragu namun ibu yang lain menyetui usulan penumpang gadis di angkot biru.
“Ini …,” ucapnya mengantar putri tercinta yang masih menangis.
Ifa tersenyum dan menerima lalu mulai memberikan posisi yang nyaman pada bayi dalam gendongan.
“Siapa namanya?” tanya Ifa halus.“Rania,” jawab sang ibu.
Ifa mengangguk. “Jadi nama kamu Rania ya? Nama yang cantik seperti orangnya.” Ifa menimang pelan Rania.
“Nama kakak Rahma, kita samaan ya?” Ifa seolah punya dunia sendiri dengan bayi bersih di gendongan.
“Sholatullah sholamullah ‘ala yasin habibillah …, sholatullah sholamullah ‘ala thoha rasulillah ….”
Angkot mendadak hening. Lagu dangdut seolah ditarik menghilang. Menyisakan syahdunya aluanan nada salam bagi kekasih Allah, Muhammad saw.
Ifa tidak hanya sekedar bersenandung. Yang ia lafalkan adalah salam untuk Baginda Rasul. Terlebih melodinya mengandung keikhlasan dan harapan semoga Allah berkenan mendengar doa khusyuk Ifa dalam hati.
![](https://img.wattpad.com/cover/162141702-288-k13209.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The True Traveller (Revisi)
AdventureCover By Canva Template Cover by mystudio11 Elemen by Gia Leuterio from sketchify japan & alvindovicto from painting tools Font : Kollektif & Lotus Eater Sans SUDAH TAMAT _____________________________ Apa yang lebih sakit dari ini? Air mata yang te...