Bagian Sembilan

180 20 2
                                    

Ifa tengah sibuk berkecimpung dengan resep herbal barunya, saat dengan tiba-tiba, satu peluru melesat cepat ke arahnya.

Ifa berhasil mengelak, lalu berlari mencari tahu dari mana asal peluru itu melaju.

"Paman!" Ifa meneriaki laki-laki berusia 35 tahun, tengah sibuk mencoba senjata api hasil modifikasi terbaru si gadis berkerudung lebar.

"Apa Paman berniat membunuhku dengan senjataku?!"

Gadis yang dulu tampak kumuh itu, kini telah menjelma menjadi seorang muslimah anggun. Setelah cukup lama meninggalkan kewajibannya menjadi hamba yang taat, Ifa kembali menerapkan aturan Islam pada kehidupannya.

Buku Biografi Ibnu Batutah, benar-benar telah mengembalikan Ifa dalam beragama. Sosok yang dikenal sebagai penjelajah muslim pertama yang mendunia, juga seorang ahli bersastra itu menghidupkan kembali nilai-nilai keimanan pada diri Ifa.

Dari sosok itu pula, Ifa menargetkan diri untuk menjelajahi dunia sebagai seorang agen muslimah penebar damai.

"Senjata modifikasimu ini sangat menarik. Kecepatannya dalam melaju benar-benar di luar prediksi. Aku akan menggunakannya di misiku nanti." Anton berbicara sambil meneliti apa yang berbeda dari senjata api di genggamannya itu.

Ya, tiga tahun terakhir ini kehidupan Ifa berubah drastis.

Ifa tak lagi mendapat luka dari cambuk Tuan Jaka, tak lagi hidup di lorong kumuh, dan juga Ifa tak perlu lagi turun ke jalanan dan mengamen hanya untuk mendapatkan uang untuk makan.

Anton yang akhir-akhir ini memaksa Ifa memanggilnya dengan panggilan Paman benar-benar menepati janjinya.

Tuan Jaka tak lagi mengganggu Ifa dan entah ada angin apa, tiba-tiba Anton membawa Ifa ke kediamannya: sebuah apartemen mewah di tengah-tengah Ibu Kota.

Anton bahkan tak tanggung-tanggung, ia menyediakan ruang pribadi bagi Ifa. Sebuah kamar yang nyaman, toilet yang bersih, ruang yang Ifa modifikasi sebagai ruang medis, dan ruang lab yang Ifa gunakan sebagai tempat meracik herbal.

Dan kesehatan Anton?

Ahh, paman dadakan Ifa itu telah kembali memiliki jantung yang sehat.

Ifa memaksa Anton agar memiliki pola hidup, pola makan, dan pola tidur yang baik.

Ifa juga melakukan terapi akupuntur, terapi lintah, dan terapi bekam yang teratur serta Ifa juga memberi Anton berbagai macam herbal racikannya.

Alhasil, di usia ke-35 tahun, Anton tetap memiliki stamina yang bagus dan daya tahan tubuh yang kuat.

"Terserah," ketus gadis yang kini berusia 11 tahun itu mengakhiri kekesalannya dengan berlalu kembali ke ruang lab. Melanjutkan kegiatan meracik herbal yang sempat terputus karena gangguan yang datang dari paman dadakannya.

"IFA!" Anton berteriak panik di pintu lab dan Ifa yang mendengar menoleh dengan wajah tak mengerti.

"Kemasi barang-barangmu dan cepat tinggalkan tempat ini. Markas utama diserang pemberontak. Orang kepercayaanku mengabarkan bahwa Jaka: si bodoh itu ditemukan sudah tak bernyawa di ruang pribadinya dengan kondisi kepala hancur. Kau harus pergi agar bisa selamat."

Anton mengeluarkan koper besar dan memasukkan beberapa pakaian dan makanan ke dalam koper.

"Kenapa kau diam saja?! Cepat sebelum mereka kemari. Aku yakin bocah bernama Arya itu mengincar kemampuanmu!" Anton terus berusaha menutup koper yang berisi tumpukan berbagai barang.

Arya? Ifa bergumam dalam hatinya.

Ohh, tidak!

Saat menyadari apa yang terjadi, Ifa langsung berlari memasuki kamarnya dan mengambil ransel coklat hitam dari lemari bagian atas dan memasukkan beberapa helai pakaian dan beberapa lembar uang serta kartu ATM pemberian Paman Anton.

Ifa kemudian membuka lemari bagian bawah dan mengeluarkan tas berisi alat-alat medis sederhana.

Sebelum berlari menuju Anton, Ifa meraih jaket hijau toska yang tergantung di lemari bagian luar.

"Sialan!" Anton mulai kesal dengan usahanya menutup koper yang tiada juga memberi hasil.

"Paman, ayo, tinggalkan saja. Aku sudah membawa keperluanku."

Anton menoleh dan melihat Ifa sudah siap dengan barang bawaannya yang sederhana.

Anton mendekati Ifa dan menyodorkan dompetnya.
"Entah mengapa, aku merasa harus memberikan ini padamu."

Ifa melongo melihat kelakuan ajaib Pamannya.

"Paman, jangan bercanda!"

Ifa merasa Anton sudah gila karena tindakannya benar-benar di luar prediksi.

Pintu apartemen tiba-tiba dibuka paksa. Menampilkan Arya yang semakin terlihat dewasa dengan 3 anak buahnya.

"Kau disini rupanya." Arya berkata, tapi entah siapa yang ia maksud.

Anton merasa saat ini posisinya tidak menguntungkan untuk sekedar berdebat dengan gadis kecil yang telah mencuri perhatiannya itu.

Anton kemudian memasukan secara paksa dompetnya pada ransel Ifa.

"Pergilah. Tinggalkan kota ini. Dan jangan pernah berhenti berjalan. Kau mengerti?" Anton merasa dadanya terasa sesak saat membayangkan Ifa akan sendirian di luaran sana tanpa penjagaannya.

"Paman, berjanjilah setelah ini kau akan mencariku." Ifa memegang erat tangan pamannya.

"Saat kau berlari tutup telingamu, oke?" Anton melepas lembut genggaman tangan gadis manis itu.

Ada genangan air mata di pelupuk mata Anton dan Ifa menyadarinya.

"Bisakah kalian hentikan drama perpisahan penculik dan korbannya yang saling menyayangi ini?" Arya berbicara dengan nada mencemooh.

"Kalian berdua! Bawakan aku gadis kecil itu!" perintah Arya pada 2 anak buah dengan mata menatap lurus ke arah Ifa. Dan kali ini, nada bicaranya berubah dingin dan menggetarkan kaki.

The True Traveller (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang