Bagian 75

114 8 0
                                    

"Nona. Ada yang perlu saya bicarakan dengan Nona," kata Om Dani yang berdiri di sisi Ifa.


"Mari ikut saya." Ifa mengangguk lalu memasang tongkatnya. Setelah menerima berita duka, Ifa diantar Ibnu ke Indonesia dan sekarang ia sudah ada di Rumah Sakit tempat sosok tercinta dirawat.

Ifa berjalan mengikuti aroma parfum milik Om Dani. Pendengarannya menjadi lebih tajam dan hal itu membantu Ifa untuk menggambarkan keadaan.

"Sebelah sini." Om Dani membuka pintu. Rumah Sakit ini adalah bangunan medis milik Ayah angkatnya: Om Hasan. Oleh sebab itu, Ifa memiliki ruangan pribadi di sana. Terlebih dulu Ifa sempat menjadi salah satu tenaga medis andalan di RS. Surya.

"Setelah mendapat kabar dari Nona, Tuan Bukhori langsung melakukan penyelidikan terhadap apa yang menimpa Nona. Beliau mendatangi Tubagus Syaridin untuk menggali informasi yang sebenarnya." Om Dani menjeda. Ia melirik sebentar gadis anggun tanpa suara yang duduk tenang di kursi kepemilikan ruangan.

"Tanpa diminta, Bagus menjelaskan semuanya. Ia mengaku bahwa ia sangat menyesal bahkan dia berlutut dan mencium kaki Tuan Bukhori."

Ifa memiringkan kepala sedikit. Bermaksud menanyakan isi perbicangan Ayahnya dan tersangka kejahatan.

"Anda ingat Pak Joni?"

Gadis buta itu menegang. Sesekali bibirnya hendak menjawab, tetapi kesadaran selalu berhasil mengingatkannya kembali tentang keadaan.

Meski sudah banyak waktu menelan usia, Ifa tidak akan lupa bahwa pemilik nama itu adalah sosok yang menjadi pengantar bagi setiap hukuman cambuk yang menghantam tubuh. Joni adalah bawahan Tuan Jaka yang selalu mengikuti ke mana pun si gila itu pergi.

"Dia dalang dari semua ini. Pak Joni yang meminta Bagus agar melakukan hal memalukan itu pada Nona."

Kenapa?

Ifa berujar tanpa suara.

"Dia masih memiliki dendam tentang tuannya." Om Dani berdecih. "Tidak saya sangka, penjahat itu memiliki ajudan setia."

Sesaat, keduanya sama-sama menekuri kisah masa lalu. Ifa dengan perih luka di sekujur tubuh dan Om Dani dengan rintihan kenangan titik hancurnya keluarga.

"Pak Joni adalah sahabat pengganti Tuan Bukhori bagi Tuan Jaka. Dia sudah mengalami banyak hal bersama Tuan Jaka. Dia menyalahkan Nona atas apa yang menimpa tuannya."

"Tuan Bukhori mendatangi kediaman Pak Joni."

"Bekerjasama dengan Polisi yang juga sedang mengincar Pak Joni, tapi ternyata kedatangan kami sudah diketahui oleh Pak Joni. Dia menembak Ayah Nona tepat di Jantungnya." Om Dani menunduk. Menyesali ketidakberdayaan dalam melindung sang tuan yang sudah sangat berjasa di kehidupannya.

"Anda harus tahu bahwa Pak Joni itu ...."

"Dia Ayahku." Suara lain terdengar mendekat dan Ifa sudah lebih dulu menegang. Napasnya memburu dan beberapa ingatan durjana datang menghampiri.

"Maafkan aku, Ifa ...." Suara bass itu terdengar sangat dekat. Seolah pemiliknya sedang bersimpuh dan bersumpah menyesal.

"Iptu Bagus! Anda tidak diizinkan berbicara dengan Nona Ifa." Om Dani hendak menyeret laki-laki dengan kaus hitam itu, tetapi lengan Ifa terangkat. Meminta Om Dani untuk tidak melakukan.

"Aku menyesal." Bagus menunduk dengan dua lutut yang menempel pada ubin berwarna krem.

"Aku salah, tolong hukum aku, Ifaaa ...." Lirih. Suara bass itu benar-benar terdengar putus asa.

The True Traveller (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang