06 Bagian Enam

190 20 0
                                    

"Bagus. Kuda-kudamu cukup bagus untuk anak seusiamu." Anton mengagumi dasar bela diri dari gadis berusia 8 tahun itu.

Tak hanya itu, Ifa cepat tanggap dan sangat pintar. Terbukti, dari setiap gerakan yang Anton peragakan, sang murid mampu meniru dengan baik dan sempurna.

Ifa juga pandai dalam bersiasat.

Entahlah, siasat yang digunakan dia dalam melawannya, selalu tak terbaca dan mengejutkan.

"Aku tahu kau sakit," ucap Ifa, memecah lamunan Anton.

Anton mendelik.

"Aku bisa menyembuhkanmu," lanjut.gadis mungil.

"Berdasarkan buku yang kau baca?"
Anton menimpal seakan mengejek.

"Ya." Namun, Ifa menjawab mantap.

"Lupakan, dan lanjutkan latihanmu. Aku lelah." Anton hendak berlalu.

"Aku bilang aku bisa menyembuhkanmu! Lalu kau bisa datang meminta maaf pada keluargamu!" Ifa mempertegas maksudnya.

Anton tertawa, sedang Ifa masih bergeming dengan tekadnya yang baru itu.

Pengagum tokoh Ibnu Sina itu merasa, bahwa dirinya perlu menyembuhkan penculiknya.

"Memangnya apa yang bisa dilakukan gadis berusia 8 tahun sepertimu?" Anton mencemooh.

"Ikut aku." Ifa berjalan mendahului Anton yang enggan.

Anak ini, apa tidak bisa bertingkah normal seperti anak seusianya yang lain? Hahaha?  Apa katanya tadi? Menyembuhkanku? Yang benar saja.

Berbeda dengan hatinya yang menggerutu, Anton tetap mengikuti penawar kesembuhan.

Langkah Ifa berlanjut memasuki ruang pribadinya, keluar dengan membawa botol berisi lumpur.

Anton tak mengomentari.

"Julurkan lidahmu." Ifa mengeluarkan sesuatu dari botol.

"Dapat." Dia mengangkat seekor makhluk kecil hitam. Mengarahkan pada lidah Anton yang entah mengapa menurut, tak protes.

Lintah. Itu lintah. Anton bergidik, tetapi tak menarik kembali lidahnya, yang kini sudah digigit dua lintah di sisi kanan dan sisi kiri.

"Lepaskan bajumu." Ifa memerintah seolah dia lupa, bahwa yang ia tolong, adalah alasan semua kemalangan muncul di harinya.

"Kau sakit jantung, 'kan?" Gadis itu memang pandai menebak.

Dia mulai meraih pergelangan tangan Anton dengan tangan kiri, sedang tangan kanan ia arahkan menekan kuat-kuat pembuluh darah di lengan atas.

"Tensimu cukup tinggi, dan detak jantungmu benar-benar tidak bagus," terang Ifa, dengan pergerakkan mengeluarkan 1 lintah lagi. Meletakkannya tepat di titik Jantung.

"Aku sudah pernah mencobanya pada lukaku. Dan ternyata, memang efektif. Lintah mampu menghasilkan banyak zat. Yang paling terkenal adalah zat hirudin, mampu menghancurkan pembekuan darah atau gumpalan sampah metabolisme tubuh lainnya. Dan kurasa, ini cocok untuk penyakit jantungmu, yang tersumbat kumpulan sampah metabolisme tubuh."

Ifa mengakhiri penjelasannya. Bangkit, berlalu mengambil ember kecil, mengisinya dengan air. Dia membawa ember ke perapian, mendidihkannya di sana.

Setelah dirasa cukup, Ifa mengangkatnya, memindahkan air panas pada ember kecil tadi.

Gadis berambut kusam kembali berdiri. Mengambil handuk kecil yang tergantung di jemuran buatannya. Lalu, kembali mengahampiri Anton yang sejak tadi memperhatikannya.

Ah, mungkin dia mulai bosan karena tak bisa bicara, simpul Ifa saat melihat Anton memicingkan mata padanya, dengan 2 lintah di lidah dan 1 lintah di dada.

Setelah 1 jam, gigitan lintah di lidah mulai lepas. Jatuh ke pangkuan Anton, dengan ukuran 5 kali lebih besar dari ukuran semula.

"Menjijikkan," desis Anton tak suka.

"Jangan salah, biar pun lintah terlihat menjijikkan, permukaannya memiliki anti bakteri yang ampuh membasmi virus, bakteri, dan parasit." Ifa menjelaskan kembali, apa yang tertera dalam penjelasan lintah di buku Ibnu Sina.

"Terserah." Anton  meludahkan darah yang mengalir dari bekas gigitan lintah.

"Eh, jangan diludahkan, kau ingin pendarahannya makin lama? Telan saja, ini aman." Sang dokter amatir memberi Anton botol berisi air minum.  Diterima dan ditenggak habis.

Tak lama, lintah di dada ikut terlepas.

Dengan cekatan, Ifa mengambil handuk kecil--sudah dibasahi air hangat--ia menempalkannya pada bekas gigitan lintah.

Sedangkan ketiga lintah yang kini ukurannya lebih besar dari ukuran semula, dia masukkan ke botol baru, sudah Ifa siapkan sejak tadi.

"Dari mana kau menemukkan makhluk-makhluk menjijikkan itu?" Anton bergidik. Pria sombong itu memang sangat disiplin tentang perkara kebersihan.

"Aku mencarinya dan menemukannya." Ifa menjawab santai.

Anton kembali memicingkan mata, menatap Ifa penuh kecurigaan.

"Tenang saja, yang kuberikan padamu bukan jenis lintah sembarangan. Aku sudah mempelajarinya. Dan memang, tidak semua lintah bisa menyembuhkan. Yang kuberikan padamu adalah lintah jenis hirudomedicinialis, khusus untuk keperluan medis," terang Ifa menjelaskan panjang lebar, tetapi Anton tidak memedulikan.

Terserah. Sekali pun lintah itu beracun, palingan Anton akan mati lebih cepat. Bukankah itu bagus? Dia jadi bisa cepat-cepat pergi dari tempat melelahkan ini.

Anton bangkit, memakai kembali kaos hitamnya, dan mulai melangkah saat seketika dia merasa ada yang aneh dengan tubuhnya.

Waahh ... a-apa yang terjadi dengan tubuhku? Mengapa terasa lebih ringan?

The True Traveller (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang