Bagian 73 - Sang Pengelana Zein Ibnu Syakir

108 12 0
                                    

"This's Taj Mahal." Laki-laki jangkung itu merentangkan tangan di hadapan 7 pendengar. Tugasnya kali ini adalah menjadi tour guide bagi turis asing yang datang ke India.

Zein menjelaskan bahwa Taj Mahal mulai dibangun sejak tahun 1632 dan selesai di tahun 1653. Bangunan yang memiliki tinggi 240 kaki itu didesain oleh adi karya: Ast. Mughal atas perintah pemimpin Agra di tahun itu, Mughal Shah. Masjid Taj Mahal dibangun saat istri Persianya: Mumtaz Mahal wafat setelah melahirkan Gauhara Begum, anak ke-14.

"Ibnu, are you a moslem (apa kamu seorang muslim)?" tanya turis dengan rambut ikal yang pirang. Dia berasal dari Autralia. Justin namanya.

"Ya, I'm a moslem," jawab Zein dengan senyuman bangga.

Dan hidayahnya... berawal dari dia.

Zein menelan kalimat akhir yang terngiang di kepala. Gadis itu pasti baik-baik saja.

"Why (kenapa)?"

"I want married with a moslem girl (saya ingin menikah dengan gadis muslim)."

"Just because it (hanya karena itu)?" si penanya mulai menginginkan jawaban lebih.

"Listen, she is so danger (dengar, dia itu sangat berbahaya)," ucap Zein dengan menahan sedikit tawa.

"Danger?" beo Rachel: turis lain yang hanya mengenakan tangtop merah muda dan celana jeans ketat.

Dengan senyum yang menerawang, Zein bercerita bahwa gadis itu akan menjauh jika ia mendekat, dia anggun dan sangat terjaga. Dia juga pintar, cerdik, kreatif, dan sangat mengagumkan.

Tanpa dirasa, Zein juga mengisahkan kisah di mana ia bertanya tentang masalah agama dan gadis manis itu menjawab tanpa ragu. Dia akan selalu tersenyum bila pembahasannya mengarah tentang Islam.

Gadis itu, entah mengapa, selalu bisa mengaitkan segala hal dengan ilmu Tuhan yang Maha Benar.

"You see so love him (kamu terlihat sangat mencintainya)," sela Jisoo: turis yang berasal dari Korea.

"I think moslem people is so sweet (saya pikir orang-orang muslim itu sangat romantis)," timpal Rachel kembali.

"For excampel, this mosque (contohnya, masjid ini)." Austin merentangkan tangan. Mengikuti irama burung-burung yang beterbangan di sisinya.

"Ya, I'm agree (ya, saya setuju)," sahut Jisoo dengan lengkungan manis yang menghiasi bibir merahnya.

"Taj Mahal is proof of true love (Taj Mahal adalah bukti dari cinta sejati)," tambahnya.

Yang lain mulai melemparkan pertanyaan pribadi soal sara. Dan Zein? Masih dengan senyum damai ia menjelaskan segala pemahaman yang ia dapat dari ... Rahma.

Tour berakhir kembali ke titik awal. Sebuah hotel di tengah Agra yang memberinya pekerjaan sementara.

"Sudah Asar," gumam Zein saat pendengarannya menangkap alunan panggilan paling indah di muka bumi.

Zein membelah arah. Memenuhi panggilan pemilik alam untuk mengadu dan memohon ampun selalu.

Dalam naungan rumah Allah, Zein menyucikan diri. Ia bertakbir dan ruku bersama orang-orang yang ruku. Syukur selalu ia langitkan atas Rahmat Allah yang masih sudi memberinya kesempatan untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.

Zein bersujud. Ia lama dalam mengadu memohon penjagaan bagi sosok yang masih belum juga ditemukan.

Ilahi, dialah yang selalu mengingatkanku tentang-Mu.

The True Traveller (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang