Bagian 23

130 16 3
                                    

"Apa yang kau lakukan?"
"Berhenti bersikap seolah kau tidak tau apa-apa, saya tau Kolonel Syahid sudah menemukan sinyal asing ini lebih awal."
Ya, Kolonel Syahid mengakui itu. Ia sudah menemukan sinyal asing itu dua tahun yang lalu setelah dia mempelajari komputer pemilik sinyal asing itu selama hampir 6 bulan. Dan sudah hampir 3 tahun dia berusaha melakukan hal yang saat ini Ifa lakukan.
Kolonel Syahid berdecak tak percaya gadis kecil ini menyelesaikan sisa pekerjaannya hanya dalam waktu 30 menit.
Apa namanya jika bukan kemampuan langka yang mengerikan?

Pintu ruangan tiba-tiba terbuka dan menampilkan sesosok Mayor Jenderal tentara yang tersenyum puas.
"Sekarang apa yang akan kita lakukan?" Mayor Jenderal Syarif bertanya dengan antusias. Dia melupakan posisinya sebagai pemimpin.
"Menyerangnya," Ifa menjawab dengan pandangan mata penuh rasa ketertarikan.
"Maksudmu ... ?"
"Ya. Ayo kita serang sekarang, sebelum mereka menyadari sistem teknologinya kita retas."
"Kau akan ikut?"
"Ya, tentu. Saya ingin tau orang yang membut anda ragu dalam bertindak."
mayor Jenderal Syarif mematung,
'Anak ini, mengapa begitu peka?'

Ya, Mayor Jenderal Syarif sudah memiliki nama untuk orang yang menyadap sistem teknologi markasnya. Dan Ifa menyadarinya.

Dan disinilah mereka sekarang.
Disebuah ruang bawah tanah yang terlihat megah dengan penerangan yang minim.
Awalnya anggota pasukan yang dipimpin Mayor Jenderal Syarif sempat ragu dengan lokasi yang ditunjuk Ifa. Tapi Mayor Jenderal Syarif tetap mempercayainya dan membiarkan Ifa memeriksa bangunan kumuh tak berpenghuni itu.
Saat memasuki bangunan itu, Ifa memindai setiap sudut bangunan dan tak menemukan sesuatu yang janggal. Lalu pandangannya terarah pada karpet merah lusuh yang ia injak. Ifa kemudian meminta semua anggota pasukan tentara yang menginjak karpet untuk mundur sebelum Ifa menarik karpet penuh debu itu.
Ifa berjongkok, mendekatkan tubuhnya pada keramik putih yang terlihat lebih terurus dan mengarahkan telinganya ke permukaan keramik.
Tok ... tok ...
Ifa mengetuk keramik dan menemukan ketukannya berbenturan dengan udara. Ia lalu tersenyum tebakannya yang mengatakan ada ruangan dibawah bangunan ini semakin kuat. Ifa kemudian mengarahkan tangannya meraba setiap sudut keramik dan menemukan ada garis mencurigakan disalah satu keramik yang terletak paling tersembunyi.

Ifa terlihat berfikir sebentar sebelum mengarahkan tangannya kedalam kerudung instan coklat muda yang ia kenakan. Ifa mengambil jepit rambut pada rambutnya yang Ifa buat sendiri. Lalu menusukannya pada titik yang terlihat lebih menonjol dan menariknya mengikuti garis yang menjadi fokusnya saat ini.
Takk,
Keramik yang memiliki garis samar itu bergerak lalu perlahan menampilkan ruangan gelap dan selanjutnya sebuah tangga muncul mengantarkan mereka pada kondisi saat ini.

"Meyerahlah, Hendrik!" Mayor Jenderal Syarif berkata tegas.
"Kau masih mengingat namaku, mantan guru?" pimpinan kelompok penambang ilegal itu nampak tersenyum meremehkan pada lawan bicaranya yang ia sebut sebagai mantan guru.
"Katakan darimana kau memiliki rencana penyerangan seperti ini? Tidak mungkin dari cucumu yang lemot itu kan?"
Kolonel Syahid merasa geram, mantan teman seperjuangannya saat di akademi militer itu mengatainya.
"Tenangkan dirimu Kolonel Syahid, jangan terpancing. Dia sengaja melakukannya," Kolonel Ella yang pandai membaca situasi menenangkan Kolonel Syahid yang terlihat hendak menyerang lebih dulu.

"Pengikutku ... dengarkan pemimpin kalian ini ... Sekalipun kalian menyerahkan diri kepada mereka, aku menjemanin hidup kalian tidak akan tenang. Maka dari itu ... berjuanglah untuk keselamatan kalian. Habisi mereka yang berusaha menangkap kalian!" Hendrik berkata lantang mendorong emosi pengikutnya agar mau melawan.

Mayor Jenderal Syarif berdecak geram, Hendrik ini sejak dulu tidak berubah selalu pandai memonopoli emosi pengikut dan musuhnya.

Dan akhirnya baku tembakpun tak terelakan. Semua sibuk saling menyerang dan melindungi diri. Dan tak ada yang menyadari, gerakan Hendrik kini terarah kepada gadis kecil yang memakai cadar hitam yang sengaja Dirga sembunyikan dibalik dinding ruangan penyergapan.

The True Traveller (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang