Bagian 34

123 10 0
                                    

Masih dalam balutan jingga dari sang surya yang perlahan mulai menghilang.
Dua insan bersaudara tengah menikmati pergantian warna dilangit.

"Ifa?"
Kak Rizki memanggil Ifa yang terlihat asyik menikmati pesona langit yang memukau.
"Ifaaaaa ..."
Kak Rizki gemas, sejak pagi Ifa terus merajuk.
"Apa langit itu lebih penting dari kakak?"
Kak Rizki menarik ujung kerudung bagian belakang Ifa.

"Apa sih kak?"
Ifa mendengus sebal, lalu memperbaiki kembali kerudung merah mudanya.
"Sampai kapan kamu akan bersikap seperti ini sama kakak?"
Ifa sama sekali tak berniat menatap ulang lawan bicaranya.
"Ifaaaa ... jawaabbb ... atau ..
"Atau apa? Kakak mau kirim 10 orang pengawal lagi untuk mengikutiku??? Kak, aku ini bukan tahanan penjara."
Ifa menatap sebal kak Rizki. Pasalnya sudah hampir 3 bulan Ifa berada di Pulau Sulawesi ini, tapi sang kodok, ehh sang abang tak pernah mengizinkan Ifa keluar rumah walau hanya sejengkal.

Jikapun mendapat izin, kak Rizki akan menyertakan 5 pengawal berwajah datar membersamai setiap langkah Ifa.

Bisakah kamu bayangkan?
Seorang Ifa berpergian dengan para makhluk dingin?
Ohh, god. Ifa sendiri merasa sangat gatal ingin mengirim mereka ke dalam kulkas.

Dan menyebalkannya lagi, jika Ifa menolak di kawal, maka bayarannya pengawal Ifa akan bertambah hingga dua kali lipat.

Jika tidak begitu, maka kak Rizki sendiri yang akan selalu membuntuti Ifa.

Contohnya saat ini, lihatlah tuan muda itu. Ifa hanya berjalan ke taman belakang untuk menikmati pesona senja tapi sang tuan muda seperti tak bisa membiarkan Ifa menikmati hidupnya yang damai.

"Aku ini kakak kamu, Ifa ... dan semua itu aku lakukan untuk menjagamu ..."
Kak Rizki memasang tampang memelas, berharap Ifa bersedia menghentikan aksi merajuknya.
"Aku tau, tapi gak gini juga caranya ..."
Ifa menahan tawa geli akibat ekspresi kak Rizki. Sungguh, Ifa ingin tertawa tapi kali ini Ifa harus berhasil membujuk kak Rizki agar mengizinkannya berjelajah kembali.

"Arya, seseorang bernama Harris Hasan Surya mencari Ifa. Dia sedang menunggu di ruang tamu."
Kak Rizki hendak menjawab protes Ifa, tapi Toni tiba-tiba datang dengan membawa kabar.

"Kak Harris ..."
Mata Ifa berbinar, ia lalu bangkit dan berlari menuju ruang tamu tak mempedulikan teriakan sang kakak yang entah berisi apa. Ifa sengaja menutup telinganya agar tak terpengaruh oleh ancaman dan protes kak Rizki.

*****

"Kak Harris ..?"
Orang yang Ifa panggil menoleh dan tersenyum hangat. Kak Harris senang karena informasi keberadaan Ifa yang ia dapat dari Dila sangat tepat dan tidak keliru.
"Apa kabar, Ifa?"
Kak Harris menyapa Ifa, gadis mungil yang entah sejak kapan membuat seorang Harris Hasan Surya yang tidak suka banyak bicara menjadi begitu hobi berdebat. Dan Ifa sang tokoh utama dalam perdebatan pikirannya masih belum bisa merespon ucapan kak Harris, disebabkan efek lari marathon yang baru saja ia lakukan.
"Ini minum dulu."
Kak Harris yang melihat Ifa masih ngos-ngosan berinisiatif menyodorkan air putih yang disediakan pelayan rumah tempatnya bertamu.

Tapi belum sempat Ifa menyentuh gelas berisi air putih itu, sebuah tangan khas laki-laki merebutnya lebih dulu.
"Kau mau memberi adik ku minuman bekasmu, hah?"
Kak Rizki berteriak garang ke arah kak Harris dan Ifa hanya bisa pasrah untuk tragedi yang akan berlangsung sesaat lagi.
Pasalnya, kak Harris juga merupakan orang yang keras kepala dan tidak suka direndahkan. Dan karakter kak Harris akan sangat cocok membuat orang sakit kepala jika di pasangankan berdebat dengan kak Rizki yang super duper gak mau kalah.

"Adik? Dia adik ku. Kau ini siapa?"
Kak Harris memang tidak berteriak namun matanya tajam dan mengintimidasi.
"Aku yang kakaknya. Kau yang siapa?"
Kak Rizki membalas ulang tatapan tajam kak Harris.
"Bukti apa yang kau punya? Aku memiliki kartu keluarga yang di dalamnya menyertakan namaku dan Ifa."
Kak Rizki mendadak diam tak bisa menjawab.

The True Traveller (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang