Bagian Tiga Belas

168 16 2
                                    

Byurrr!

"Hahaha!"

Ifa menertawakan si belang yang terjatuh akibat tingkah sombong yang enggan mengikutinya menyebrang sungai.

Namun, anehnya, si belang tetap melakukan karena merasa tak ingin ditinggalkan.

Si belang ceroboh, entah apa yang terjadi, yang Ifa lihat si belang terjatuh ke bagian sungai yang agak dalam. Si belang ternyata takut air juga.

Dasar kucing besar pemalas!

Ifa tersenyum geli saat menyaksikan si belang mulai naik kembali ke permukaan dengan tubuh basah kuyup dan raut wajah yang tersiksa. Bahkan si belang sempat mengeong keras layaknya kucing yang dipaksa mandi majikannya.

Ifa tak tahan untuk tak kembali tertawa ia benar-benar menikmati kejadian langka ini. Jarang-jarang Ifa bisa menyaksikan hewan sombong itu menampilkan wajah teraniaya.

Ifa turun dari seekor kuda hitam saat ia berhasil menyebrangi sungai yang lumayan dalam.

Kamu benar. Nona kecil yang hari ini menggunakan kerudung instan berwarna coklat muda; kaos berwarna hitam dengan rok hitam yang Ifa modifikasi menjadi menyatu dengan celana berwarna senada; lalu pinggiran rok yang Ifa lepas jahitannya agar mempermudah dirinya dalam bergerak itu menyebrang sungai dengan menunggangi kuda hitam legam yang Ifa tolong 2 minggu lalu.

Saat turun Ifa tak sengaja menyentuh bekas luka si legam: nama yang Ifa berikan pada kuda hitam legam yang masih Ifa rawat karena luka dalamnya belum sembuh total.

Entahlah, jika berdekatan dengan si legam Ifa selalu merasa seakan ia menemukan sosok lain yang senasib dengannya, menjadi buruan seseorang.

"Ramuan baru percobaanku sepertinya sangat cocok untuk kondisimu." Ifa mengusap luka si legam yang sudah mengering sempurna dan penampakannya mulai tersamarkan.

"Dan sepertinya luka dalammu juga mulai membaik."

Ifa mengecek kondisi luka dalam si legam dengan menekan lembut luka luarnya. Ifa merasakan suhu dan pergerakan tubuh bagian dalam si legam.

"Antioksidan dari tanaman hijau yang kau makan benar-benar bereaksi dengan baik, kekuatannya dalam menangkal radikal bebas penyebab kerusakan lebih jauh lukamu bekerja dengan sangat cepat dan efektif."

Ifa tersenyum merasa puas dengan pencapaian usahanya dalam menyembuhkan luka si legam.

Si belang yang sudah selesai dengan urusan mengeringkan tubuh basah kuyup mulai mendekat dan mengusap-ngusap tubuh besarnya yang masih agak basah pada tubuh kecil gadis anggun.

"Kenapa? Kau cemburu? Apa kau juga ingin memakan tanaman?" Ifa bertanya sambil tersenyum mengejek.

Biarlah, sesekali ia juga ingin bersikap menyebalkan pada binatang sombong itu.

"Sepertinya bagus juga, aku tak perlu berburu binatang lain lagi untuk makananmu," kata Ifa sembari membayangkan hidupnya akan jauh lebih santai bila itu terjadi.

Seakan paham, si belang meringsut dan mengeluarkan napas seperti seseorang yang mendengus.

Sepertinya, hewan sombong itu meniru kebiasaan itu dari Ifa. Dan Ifa mengagumi kemampuan si belang dalam menirunya.

"Bertahanlah, Nak, ibu akan membawamu ke rumah sakit di kota. Bertahanlah! Sebentar lagi kita sampai."

Pendengaran Ifa yang tajam menangkap suara isakan seseorang. Ifa berjalan mencari tahu asal suara.

Dan ya, benar dugaan Ifa seseorang ada di hutan lebat itu juga.

Ifa menghampiri wanita kurus yang memeluk erat anak laki-laki di pangkuannya.
Terlihat wanita kurus itu ketakutan saat Ifa berjalan mendekat, tapi matanya menatap takut ke arah belakang. Dan Ifa tahu itu.

The True Traveller (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang