Hari telah berganti dan waktupun telah siap berjelajah kembali. Sebab pagi adalah tanda segalanya berawal.
Tapi awal apa yang dimaksud?
Lihatlah ruang tunggu Rumah Sakit ini.
Amatlah mencekam, hening dan sepi, walau ruang tersebut tengah di huni 4 pria berbeda generasi.
"Rizki, istirahatlah ... biar ayah yang menjaga Lathifa."
Dan suara pertama muncul setelah hampir 8 jam ruangan itu tak bersua."Kau tidak di izinkan memanggilku seperti itu, brengs*k! Hanya adik ku yang boleh memanggilku seperti itu."
Rizki menatap benci kearah ayahnya."Sampai kapan kau akan membenciku, putraku?"
Ayah Rizki menyandarkan punggungnya yang lelah pada sandaran kursi tunggu.
Matanya ia pejamkan, merasakan setiap tatapan Rizki yang seakan ingin menikam. Memberinya perasaan sakit, bersalah dan menyesal. Tapi dia tak berdaya, walau untuk sekedar memperbaiki dan meminta maaf."Aku tidak sudi dipanggil putra olehmu!"
Rizki mengepalkan tangannya menahan emosi yang entah mengapa terasa lebih tak terkendali."Katakan. Kenapa kau begitu membenciku?"
Rizki tersenyum mengejek,
"Kau masih ingin bertanya? Sadarlah! Semua ini terjadi akibat dirimu! Kau meninggalkanku dan membuatku dirawat si brengs*k bibi Margareth! Kau membuat tante Aisyah mengalami semua ini! Kau juga yang membuat adik ku selalu berada dalam bahaya! Kemana saja kau? Hah?"
Rizki emosi, nafasnya memburu dan wajahnya memerah.Kakak dari Ifa itu marah sebab Toni mendahulukan menolong dirinya daripada menolong Ifa yang seharusnya menjadi prioritas.
Rizki menyalahkan kondisi adiknya saat ini pada diri sendiri yang telah gagal menjaga dan melindungi Ifa, gadis manis yang selalu menanyakan lelaki tua di hadapannya ini.
Dan kehadiran lelaki tua itu menambah emosinya menjadi lebih tak terkendali.
"Aku tidak meninggalkanmu! Kakekmu yang mengusirku dan tak mengizinkan aku membawamu serta! Aku juga tak pernah menginginkan istriku mengalami semua ini! Dan yang kau sebut adik adalah putriku! Kau pikir selama ini aku hanya diam? Hah? Kau tau persis apa yang terjadi pada istriku saat aku berusaha menyelamatkan Lathifa."
Ayah Rizki juga terbawa emosi, nafasnya memburu dan wajahnya memerah.Hampir 12 tahun dia memendam semua sakitnya sendiri.
Menyaksikan Aisyah istri tercinta yang mengalami banyak hal sulit dan putranya Rizki yang menyalahkannya atas semua kejadian malang yang menimpa dia, Aisyah dan Lathifa. Membuatnya sungguh tersiksa, bahkan sangat tersiksa.
Lelaki paling tua diruangan itu juga tak kuasa setiap mendengar laporan bahwa putrinya kembali disiksa oleh si kejam Jakadinata, sahabatnya dulu saat masih di dunia kelam.
Ia juga benar-benar tak tahan ingin membawa Lathifa kembali bersamanya sejak awal, namun tak bisa.
Sebab dia perlu mempersiapkan segalanya secara sempurna terlebih dahulu.
Ahmad, ayah Ifa dan Rizki, tak ingin hal yang terjadi 11 tahun yang lalu kembali terulang.
"Bapak, mas, tolong jangan ribut."
Seorang perawat berhijab lebar memberi peringatan pada pertengkaran ayah dan anak itu."Maaf ya, mbak."
Dani dan Toni segera mengurus peringatan perawat tersebut. Merasa setelah ini mungkin keadaan akan membaik.
.
.Hening,
Selama beberapa jam ruangan itu kembali tak bersuara. Hanya deru nafas yang mulai stabil yang menjadi pengisi sepi.
.
."Kenapa kau masuk islam? Padahal semua yang terjadi setelahnya membuatmu banyak kehilangan?"
Rizki sudah lebih tenang, ia menatap serius wajah tua sang ayah yang terlihat agung nan menawan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The True Traveller (Revisi)
AdventureCover By Canva Template Cover by mystudio11 Elemen by Gia Leuterio from sketchify japan & alvindovicto from painting tools Font : Kollektif & Lotus Eater Sans SUDAH TAMAT _____________________________ Apa yang lebih sakit dari ini? Air mata yang te...